"Sudah lama kami dengar tanah air Pusaka Spiritual adalah tanah suci yang diagumi semua cultivator. Dahulu Xian Shi Ge Hong membuat terkesan di Tiongkok, menjadi salah satu yang terkuat dalam sejarah Taoisme. Kami datang mempelajari metode ini, ingin mengagumi tanah suci." Kata Ye Fan.
Guo Zhen juga melangkah maju dan memberikan hormat, memohon kelonggaran. Mereka tidak berniat tidak hormat, justru karena mengagumi barulah datang mencari ke sini, berharap bisa memenuhi keinginan mereka ini.
"Jika ingin mengagumi reruntuhan orang suci, bisa pergi ke kelenteng di luar. Tanah rahasia ini tidak pernah terbuka untuk umum." Seorang murid Gerbang Pusaka Spiritual berkata dengan ekspresi dingin, menunjukkan wajah tidak senang.
Empat pemuda itu memang memiliki ikatan setipis air dengan Guo Zhen. Meski Guo Zhen sudah mengikuti sampai sini, mereka tetap tak berperasaan. Tidak membantu membela sepatah kata pun sudah biasa, malah mengucapkan kata-kata pedas dengan nada meremehkan.
“Meskipun kami saling mengenal, tapi area ini memang tidak diperbolehkan untuk orang-orang tak berkepentingan.” Orang lain itu langsung mengategorikan dia dan Ye Fan sebagai pihak luar dengan nada merendahkan.
“Apa kriteria orang yang tidak dianggap pihak luar?” Melihat Guo Zhen dalam posisi sulit, Ye Fan bertanya. Bagaimanapun juga dia tidak akan pergi sebelum melihat tempat pertapaan Ge Hong.
“Apa kalian benar-benar menganggap diri sebagai senior terhormat?” Pemuda lainnya tidak tahan tertawa terbahak.
Biksu tua yang berdiri di samping pernah mengatakan, hanya senior terhormat yang boleh datang untuk mengajar dan memiliki akses ke tanah suci era keemasan Lingbao.
“Di gerbang utama ada tiga puluh tiga anak tangga yang melambangkan tahapan menuju pencerahan. Jika ada satu orang di antara kalian yang bisa melewati delapan anak tangga, kami akan mempertimbangkan untuk memberi izin masuk.” Biksu tua itu menjelaskan.
Beberapa pohon pinus kuno berdiri tegak di kaki gunung seperti naga legendaris yang melingkar. Konon ditanam langsung oleh Ge Hong di masa lampau, tetap hijau zamrud dan kokoh seperti naga batu.
Di sana terdapat 33 anak tangga, berbeda dengan tangga batu pualam lain yang menuju ke atas gunung. Konon di zaman kuno ini adalah ujian paling biasa, bahkan murid pelayan Zhenren pun mampu melewatinya. Jika tidak, tidak bisa bebas naik-turun gunung.
Tapi kini hanya orang-orang tua yang bisa melaluinya. Murid biasa terpaksa memutar lewat jalan setapak samping untuk menghindari tangga batu ini, tak bisa dibandingkan dengan masa lampau.
Awalnya Ye Fan ingin langsung menaikinya sekaligus. Tapi Guo Zhen keras kepala, bersikeras mencoba. Dihina berkali-kali oleh kenalan, hatinya sulit tenang karena api amarah.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. Dengan pengalaman kultivasinya, Guo Zhen hanya bisa melangkah tiga kali sebelum kelelahan. Langkah keempat mustahil. Lingkungan kosmik Langit-Bumi kini membuat cultivator modern jauh lebih lemah dibanding zaman kuno, sulit meningkat.
Keempat pemuda di samping tertawa ringan, semua menggelengkan kepala. Bahkan mereka tak berani menapaki tangga batu, menganggap Guo Zhen tak paham sehingga hanya akan mempermalukan diri.
“Swoosh！”
Segumpal cahaya biru kehijauan menyala, di tangan Guo Zhen muncul lembaran tipis Blue Gold yang terukir simbol aksara magis kuno, memancarkan kilauan emas-biru menyelimuti tubuhnya.
"Bang!"、"Bang!"……
Guo Zhen berhasil melangkah enam kali, digabung dengan tiga langkah sebelumnya total sembilan langkah—melampaui standar yang disebutkan orang tua itu. Dengan wajah berkeringat dingin, dia melompat keluar dari tangga batu dan mundur.
Keempat pemuda di samping terkejut, menatap tajam lembaran Blue Gold di tangan Guo Zhen. Simbol mistis itu tak terduga mampu meningkatkan performanya sedemikian rupa. Normalnya mereka hanya bisa tiga langkah, tak menyangka Guo Zhen bisa mencapai ini.
Biksu tua itu juga heran, tak henti mengamati simbol Blue Gold sambil berkata: "Meskipun meminjam artefak spiritual, tetap kuhitung kalian lolos. Boleh naik."
Guo Zhen menghela napas lega, menyeka keringat di dahinya, lalu dengan berhati-hati menyimpan lempengan Blue Gold. Pada tingkatnya saat ini, dia belum bisa menyimpan senjata di Roda Lautan dalam tubuhnya.
"Cuma mengandalkan alat luar, apa artinya itu?" gumam seorang pemuda. Keempatnya merasa malu tak berkutik, lalu buru-buru melanjutkan pendakian.
Guo Zhen tampak kelelahan setelah melakukan sembilan langkah tadi. Sekembalinya, dia langsung duduk bersila untuk memulihkan energi kehidupan.
Ye Fan menatap tangga batu tiga puluh tiga tingkat itu. Dia menaikinya selangkah demi selangkah hingga puncak, lalu turun kembali.
Di bawah, sang biksu tua hampir panik. Mulutnya terbungkam oleh keterkejutan - dia sendiri hanya bisa mencapai setengah tangga, tapi pemuda ini berjalan bak di taman santai. Sadar telah bertemu sosok sejati, dia hendak memanggil "Senior" dan memberi hormat.
Ye Fan menghentikannya dengan gelengan kepala. Mendekati Guo Zhen, dia mentransfer energi spiritual murni yang langsung menghilangkan semua kelelahan, membuat tubuhnya segar kembali seperti semula.
“Saudara Ye……”Dia terkagum-kagum, langsung membuka matanya lebar-lebar.
“Jalan kecil, biasanya aku menyimpan energi cadangan di perangkat spiritual.” Ye Fan tersenyum menjelaskan.
Guo Zhen tersadar, kalau tidak pasti mengira bertemu senior terhormat. Memberikan energi vital seperti ini sangat menguras tenaga, berbeda jika berasal dari perangkat spiritual.
Biksu tua itu memandang mereka dengan khidmat menyusuri jalan setapak menuju kelenteng di dek observasi. Ia sendiri tetap di tempat, menggelengkan kepala kuat-kuat, terus berjaga di gerbang.
Sepanjang perjalanan, pemandangan dipenuhi pohon pinus dan cemara. Bangau putih menari-nari di langit, sesekali berputar-putar. Tempat ini diselimuti awan membara mega berkilau, terlihat seperti negeri dongeng dengan energi spiritual puluhan kali lebih pekat dibanding luar.
Tiba di platform gunung terpenggal, pertama yang mereka lihat adalah patung batu pualam seorang praktisi Dao. Sosoknya tenang dengan tulang Dao dan aura immortal, memancarkan kesan angin sepoi-sepoi yang telah memahami seluruh rahasia dunia fana.
Ini adalah patung yang didirikan generasi penerus untuk mengenang Xian Shi Ge Hong, hidup bagai manusia sesungguhnya tanpa jejak kembang api, seolah hendak Yuhua dan asensi.
Sekte Lingbao didirikan oleh Ge Xuan hingga disempurnakan Ge Hong, memainkan peran penting dalam sejarah Taoisme dengan pengaruh tak tertandingi. Gunung Gezao pun menjadi salah satu dari Tiga Gunung Suci Taoisme di Selatan.
Ye Fan berdiri di dek observasi, memandang ke segala penjuru. Awan kabut bergulung-gulung, gunung menjulang megah, puncak berenergi dan lembah indah. Ia menghela nafas: Tempat ini sungguh luar biasa.
Di kejauhan masih ada beberapa gunung terpenggal sejajar dengan lokasi ini. Meski energi spiritualnya kering kerontang, tersisa jejak gelombang penciptaan Jalan Agung yang membuat hatinya bergetar. Apakah ini peninggalan Ge Hong?
Alasan kedatangannya ke tanah air Sekte Lingbao selain mencari warisan ajaran Ge Hong, juga ingin memverifikasi sebuah rahasia yang terkesan terlalu abstrak - apakah itu nyata?
Dalam Taoisme, aliran Lingbao menempati posisi penting sebagai pemimpin tertinggi karena Mahadewa Lingbao dari Tiga Kemurnian yang dihormati dalam Taoisme lahir dari aliran ini. Catatan sejarah perkembangan Taoisme menyebutkan aliran ini terlibat dalam menentukan posisi Tiga Kemurnian.
"Legenda mengatakan di era yang jauh lebih kuno daripada zaman purba, pernah ada seorang Mahadewa bergelar Lingbao, namun kebenarannya tidak diketahui." Ye Fan bergumam.
Mahadewa Lingbao yang kini dihormati oleh seluruh aliran Taoisme, keberadaannya sebagai sosok nyata dalam dunia kultivasi sudah tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Pendirian aliran Lingbao dengan nama seperti ini telah menjelaskan segalanya, sekaligus secara tidak langsung membuktikan status tertingginya dalam hierarki Taoisme.
Ye Fan merasakan riak-riak takdir kosmik sambil merenung dalam-dalam. Di ujung galaksi lain dulu, ia pernah mendengar asal-usul Sembilan Rahasia. Ada yang mengatakan teknik ini diciptakan oleh beberapa Mahadewa Tao yang telah tiada. Versi lain menyebutkan sebagai seni rahasia yang ditinggalkan oleh tokoh-tokoh agung dari berbagai era purba sebelum wafat dalam meditasi, lalu digabungkan oleh generasi penerus. Ada pula yang meyakini Sembilan Rahasia merupakan hasil penyempurnaan tak terhitung orang selama berabad-abad.
“Ge Hong mungkin menguasai satu atau dua dari Sembilan Rahasia. Dari nama aliran ini, tidak sulit untuk membuat beberapa spekulasi. Mungkinkah Mahadewa Lingbao adalah salah satu Mahadewa yang menciptakan Sembilan Rahasia di masa lampau?”
Di atas gunung terpenggal, kelenteng-kelenteng ini terlihat sangat kuno. Meskipun para ahli kesaktian besar telah menghilang, segala sesuatu di tempat ini membuktikan kejayaannya di masa lalu – jejak Dao yang tersisa, formasi magis orang suci yang tidak lengkap – semuanya sangat mengejutkan.
Namun, energi alam di sini terlalu menipis. Barang-barang ini sulit dioperasikan, dan entah mengapa semuanya perlahan merusak diri sendiri. Jika dibiarkan lama, pasti akan musnah seluruhnya.
"Inikah yang kalian sebut senior terhormat?" Seorang gadis berdiri di depan sebuah kelenteng sambil tertawa ringan, wajahnya cantik. Ia memandang Ye Fan dan Guo Zhen, dengan beberapa pemuda di sampingnya.
"Benar. Ini orang yang berhasil menembus sembilan tangga batu pualam. Kalian harus banyak bertanya nanti," kata salah satu dari empat cultivator muda yang mengenal Guo Zhen, berkata dengan nada mengejek.
Beberapa orang segera tertawa mendengar itu. Mereka semua adalah generasi penerus yang datang ke sini bersama senior sekte, dan jelas sudah saling mengenal. Ye Fan menepuk bahu Guo Zhen, menyuruhnya tenang dan tidak perlu mempermasalahkan, lalu menggandengnya menuju kelenteng.
"Kalian benar-benar masuk? Itu kan tempat para senior berdiskusi tentang Jalan. Apa maksudmu memberi ceramh pada kami?"
Melihat itu, sekelompok orang ikut masuk. Di pekarangan yang dipenuhi rumput hijau seperti permadani dan pepohonan purba menjulang langit, belasan orang tua terlihat duduk bersila di atas bantal meditasi tak jauh, sedang berdebat tentang Jalan. Beberapa pemuda menyimak dengan seksama.
Ye Fan menarik Guo Zhen ke tepi dan menemukan dua bantal duduk. Beberapa pemuda langsung menunjukkan ekspresi aneh, semua mata tertuju ke arah mereka.
"Kalian ini... benar-benar menganggap diri sebagai ahli yang mencapai Jalan? Berani-beraninya duduk di sini?" Empat pemuda yang mengenal Guo Zhen kini tidak lagi merendahkan, tapi menunjukkan raut penuh simpati.
Banyak orang melirik, bahkan para senior pun memperhatikan situasi ini dengan ekspresi bingung.
"Ada apa?" Guo Zhen tampak kebingungan.
“Lihatlah, adakah dari kita semua yang berani duduk? Bukankah kami semua berdiri dengan hormat di sini sambil mendengarkan ajaran sejati?” Seorang pria bersukacita atas kesulitan orang lain.
“Mereka kan juga pemuda, duduk di sana.” Guo Zhen yang curiga mengarahkan jarinya ke depan menunjuk belasan pria dan wanita muda.
“Guo Zhen, kau benar-benar naif. Kalian berdua mana bisa dibandingkan dengan mereka? Mereka semua adalah murid inti jenius yang keluar dari tanah rahasia.”
Para pemuda yang berdiri memandangi mereka dengan iri dan dengki, sambil menggelengkan kepala pada Ye Fan berdua. Terutama keempat orang tadi yang memperlihatkan senyum ejekan, bersikap ingin menonton keributan.
Guo Zhen bingung hendak berdiri, tapi Ye Fan menggenggamnya seraya berkata: "Sudah duduk, tak perlu bangun lagi."
“Kalian ini siapa? Atas dasar apa bisa semena-mena duduk di sini? Siapa yang mengundang kalian masuk?” Dari seberang, seorang murid inti yang duduk di bantal duduk bertanya.
Ye Fan mengamati dan menyadari para pemuda ini memang luar biasa, semuanya berada di atas tingkat Mata Air Kehidupan, benar-benar melampaui batas kefanaan dibanding yang lain.
“Mereka berhasil menembus sembilan anak tangga batu dan masuk ke sini dengan kemampuan sendiri." Seorang orang cepat-cepat menjelaskan prosesnya.
Belasan orang tua itu terkejut, mulai mengamati kedua pria dengan seksama. Guo Zhen merasa seluruh tubuhnya tidak nyaman. Di saat yang sama, Ye Fan juga mengobservasi mereka - para sesepuh ini semuanya berada di level Istana Dao atau lebih tinggi. Di era sekarang ini, mereka memang sangat kuat, bahkan tiga di antaranya mencapai level Empat Ekstrem.
"Oh begitu? Masuk dengan kemampuan sendiri? Biar kujuji apakah kalian layak duduk di sini." Seorang murid inti dari Sekte Lingbao bangkit dari bantal meditasinya. Level kultivasinya berada di tahap akhir Mata Air Kehidupan.
"Bukankah ujian sudah dilakukan di bawah sana? Mengapa harus diulang lagi?" Guo Zhen pusing. Ia hanyalah cultivator mandiri, sedangkan orang-orang di sini semuanya murid sekte besar. Konon beberapa wilayah rahasia mereka mungkin masih memiliki ahli kesaktian besar yang hidup. Murid sekte seperti ini tak boleh diusik.
"Ujian di gerbang terlalu sederhana. Orang yang kemampuannya lumayan bisa naik 8-9 anak tangga, itu tidak berarti apa-apa. Jika kalian bisa naik 4 anak tangga di tangga batu itu, aku tidak akan protes. Bahkan mau bersujud menyebut kalian senior seumur hidup." Pemuda itu menunjuk ke altar Jalan Kosong tertinggi, di sana juga ada 33 anak tangga batu yang langsung menuju altar.
Orang-orang lain berubah wajah melihatnya. Tempat macam apa ini? Ini adalah tempat di mana pemimpin agung zaman kuno naik untuk berkhotbah. Di zaman sekarang, masih adakah yang bisa naik? Bahkan yang bisa naik beberapa anak tangga saja sudah sangat langka.
"Aku pernah dengar, Xian Shi Ge Hong dari Lingbao Pai pernah menulis kitab Tao yang membahas Sembilan Rahasia. Jika kami bisa naik, kami tidak akan memaksamu. Cukup beri tahu asal-usul Sembilan Rahasia saja." Ye Fan berbicara.
Tujuannya jelas datang untuk Sembilan Rahasia. Ia ingin memastikan apakah Lingbao Pai benar-benar memiliki satu atau dua Rahasia itu!
Banyak orang tertawa, hanya belasan biksu tua yang ekspresinya berubah. Namun setelah melihat Ye Fan, mereka kembali mengendur karena tidak mendeteksi kemampuan bela diri yang tinggi.
“Kau pikir dirimu bisa menyaingi Pemimpin Agung zaman kuno?”
“Bahkan ahli kesaktian besar masa kini pun belum tentu bisa menapaki 33 tangga Tao, apalagi kalian?”
Banyak orang tertawa sinis, menganggap ini omong kosong. Beberapa kenalan Guo Zhen menggelengkan kepala, merasa agak kasihan pada duo ini.
