Noda darah yang cerah, kepingan tulang berkilau pucat, senjata yang hancur, beterbangan di udara membentuk gulungan lukisan yang menyedihkan.
Pasukan berkuda bersenjata baja, sinar dingin memantul di baju besi, medan perang memang tak pernah lepas dari kekejaman. Kepala-kepala kecil berlumuran darah melayang, mata yang dipenuhi ketidakrelaan dan keputusasaan benar-benar tak terucapkan.
Nyawa demi nyawa menghilang, korban jiwa manusia lebih murah daripada rerumputan. Jalan yang dibangun dari darah dan tulang menjadi penjelasan terbaik di tengah arena pertempuran.
Ini adalah zaman dahsyat yang jarang muncul sepanjang masa, seluruh suku muncul serentak mengacaukan langit dan bumi. Kebangkitan apapun suku atau seseorang takkan membiarkan ketenangan.
Sejak pertempuran besar dimulai hingga saat ini, bahkan Ye Fan sendiri cedera. Tidak adanya aura darah emas yang tumpah bukan berarti dia tidak mengerahkan seluruh kemampuannya. Berbagai seni magis dikeluarkan serentak, berubah menjadi jejak Dao.
Di jalur majunya, darah dan tulang beterbangan. Berperang hingga sejauh ini matanya telah memerah. Dia berjalan maju sambil berendam dalam hujan darah.
"Ye Fan percaya, pasti sudah ada yang curiga bahwa dirinya telah kembali. Meski Tinju Enam Jalan Samsara dan berbagai fenomena aneh disamarkan dengan teknik klandestin, belum benar-benar terungkap, tetap bisa terdeteksi sebagian."
"Dia tidak menampakkan tubuh asli untuk menghindari memicu lebih banyak klan kuno menyerbu ke sini. Pertempuran di Gunung Tian Duan tahun lalu telah membuatnya menciptakan reputasi menggemparkan dunia, namun juga membuat beberapa klan kuno membencinya sampai ke tulang sumsum."
"Braak!"
"Satu pukulan Ye Fan menghancurkan barisan Pasukan Delapan Dewa berkeping-keping. Aura kebencian menyapu area, jeritan penuh ketidakrelaan menggema, daging dan darah beterbangan."
"Tubuh aslinya telah menguasai janin batu, setara dengan mengenakan jubah suci yang mampu menahan serbuan senjata pusaka dan ribuan pisau. Setiap langkahnya meninggalkan tumpukan mayat membentuk gunung yang terus berjatuhan."
"Meski demikian, Ye Fan sudah terluka. Beberapa setengah-suci membawa alat suci menyerang dengan mengerikan, menghujam ruang hampa hingga melukainya."
Ye Fan tidak tahu sudah berapa banyak orang yang dibunuhnya, medan perang memang kejam seperti ini. Untuk meraih kemenangan akhir, hati harus sekeras baja, tanpa belas kasihan atau simpati. Sedikit keraguan akan berujung pada kematiannya sendiri.
Di hati Putra Langit, rasa takut mulai menggeliat. Orang di seberang itu sama sekali tidak gentar menghadapi kematian, datang menyapu bagaikan iblis. Aura yang mampu menelan gunung-sungai itu membuatnya tercekat.
"Serang sekarang dan bunuh dia!" teriak Putra Langit dengan suara mengguntur.
Delapan jendral surgawi bertempur tanpa rasa takut mati. Tujuh hingga delapan dari sepuluh pasukan gugur dalam pertempuran ini, namun yang tersisa tetap melanjutkan gempuran, terutama setengah-suci yang menggenggam alat suci untuk menyerang habis-habisan.
Dua anak panah hitam melayang diam melindungi area di atas kepala Ye Fan. Dengan kedua tangan menggenggam tombak panjang emas gelap, serangannya menghancurleburkan pasukan musuh. Hujan darah menyirami medan perang, potongan tubuh yang tak terhitung bertebaran.
Pada titik ini, Ye Fan tak mungkin mundur. Meski terperangkap dalam kepungan dan menderita luka parah, dia terus menggempur. Akhirnya dia berhadapan dengan setengah-suci perkasa yang membawa perisai aneh. Perisai itu dihantamkan dengan aura sakral melilit, bobotnya melebihi gunung.
"Krak"
Meski aura darah Ye Fan tak lagi sekuat sebelumnya, dia tetap bangkit. Dari matanya memancar dua berkas cahaya bagai obor. Dengan tombak di tangan, dia menusuk ke depan sekuat tenaga. Menyatukan fenomena aneh, melancarkan serangan terkuat yang menghancurkan perisai kuno itu.
"Ah…"
Jeritan memilukan menggema di bawah langit. Ujung tombak tajam menghujam dadanya. Tubuh setengah-suci itu berkeping-keping, mati di tempat. Darah berceceran di mana-mana. Di mata yang terakhir terbuka, terpancar keputusasaan.
Di sisi lain, Sheng Kong juga berjuang sekuat tenaga, seperti harimau masuk kawanan domba membunuh semua di sekelilingnya. Sebatang tongkat besi menyapu Pasukan Delapan Dewa hingga tulang remuk. Dia melangkah maju dengan langkah lebar, meski kondisi fisiknya tak prima, namun semangat yang tertahan di hatinya membuat aura wibawanya seberat gunung, memaksa Putra Langit di kejauhan mundur tak terkendali.
"Tak ada waktu lagi," gumam Ye Fan.
Tak ada seinci waktu yang boleh disia-siakan. Ji Zi mempertaruhkan nyawanya untuk membuang Huang Xudao, Huo Lin'er dan lainnya ke ruang hampa tak bertepi. Mereka mungkin kembali kapan saja dan merobek tubuhnya berkeping-keping.
Pada detik ini, fenomena aneh Ye Fan muncul kembali. Meski samar-samar, kekuatan mematikannya mencapai puncak keperkasaan, menghancurkan banyak Pasukan Delapan Dewa hingga tak bersisa. Terciptalah langit cerah di depan, wilayah kosong terbuka lebar.
"Bunuh...!" Teriakan perang menggema. Pasukan tak takut mati menyergap dengan cepat.
"Serang!"
Ye Fan meneriakkan teriakan keras, fenomena aneh terkembang, melemparkan Sheng Kong menembus ruang hampa dan memindahkannya ke sisi Putra Langit.
"Apa yang bisa kau lakukan terhadapku, Sheng Kong? Aku sudah hampir pulih setelah menyeruput cairan ilahi, kali ini akan kubunuh kau!" Putra Langit juga menunjukkan kekejaman, situasi hidup-mati memaksanya mengamuk.
"Dang!"
Pisau keabadian yang berkilauan saling berbenturan dengan tongkat hitam legam, suara getar logam menggema ke enam penjuru dan delapan arah, mengguncang jiwa para penonton pertarungan. Dua putra maharaja purba memulai pertarungan legendaris untuk supremasi.
Ye Fan mengembangkan fenomena aneh, menginjak-injak 'Gerak' dari Sembilan Rahasia hingga mencapai kecepatan sempurna. Waktu seolah terhenti saat ia melesat melewati ruang hampa dengan cepat.
Namun saat ini delapan jendral surgawi memenuhi segala penjuru. Beberapa setengah-suci menyerbu sekuat tenaga untuk menghalangi. Meskipun teknik 'Gerak' bisa mencapai setiap sudut langit-bumi sebagai puncak kecepatan...
"Tapi jumlah orang terlalu banyak, ke mana pun muncul pasti langsung terjadi pertempuran. Beberapa semi-suci ini benar-benar nekat, memusatkan aura ke tubuhnya. Ini taktik penghancuran total, bagai bayangan yang tak pernah lepas."
"Braak!"
Di kejauhan, ruang hampa runtuh. Huang Xudao berhasil membebaskan diri, berubah menjadi phoenix suci yang menghancurkan langit biru.
Di wajah biasa Ji Zi muncul warna kemerahan. Sudut bibirnya mengalir setetes noda darah, menunjukkan trauma yang cukup serius. Akhirnya ada yang berhasil lolos dari dunia rahasianya.
Pada saat yang bersamaan, dua wilayah lain remuk. Huo Qizi dan Huo Lin'er berturut-turut muncul, membunuh jalan keluar dari ruang hampa, melepaskan diri dari "rawa" itu.
"Haha..." Putra Langit tertawa kejam, aura pembunuhnya bergelora. Saat ini dia penuh keyakinan, menghardik: "Semua sudah tak bisa diubah. Kalian tak mungkin memutar balik takdir. Semua akan mati di tempat ini!"
Postur tubuh Ji Zi goyah, batuk darah sambil terlempar mundur. Semakin banyak yang berhasil kabur. Tiga putra maharaja purba termasuk Huang Xudao mulai mengejar ke arah Ye Fan.
"Sheng Kong, hari ini aku yang akan memenggal kepalamu terlebih dulu, kemudian mempersembahkan mereka kepada langit! Tak satu pun dari kalian bisa hidup pergi dari sini!" Sudut bibir Putra Langit menyungging senyuman kejam.
Pisau langit berkilau mempesona, menebas dengan garang hingga membelah langit dan bumi menjadi puluhan bagian. Qian Kun runtuh, sinar pedangnya tak tertandingi. Putra Langit penuh keyakinan, mengerahkan seluruh kekuatan tempur sebenarnya hingga menjadi sangat mengerikan.
"Braak!"
Wang Teng mengendalikan kendaraan tempur kuno emas yang melesat menerobos langit. Di genggamannya pedang emas berkilauan menebas tajam ke arah Ye Fan, sinar pedang yang membutakan mata itu menerangi keabadian.
"Dang!"
Ye Fan berbalik badan, tombak panjang emas gelapnya meremukkan sinar pedang. Serangan telekinetik melesat, tombak itu menyapu langit-bumi meninggalkan jejak cahaya ketuhanan yang abadi.
"Brak!"
Wang Teng muntah darah deras, seluruh tubuhnya berguncang hebat. Hampir saja ia terjatuh dari kendaraan tempur kuno emas itu, buru-buru mundur ratusan zhang.
"Cis!"
Seberkas cahaya seperti ular berbisa melesat, menghujam ubun-ubun Ye Fan. Langit runtuh dan bumi terbelah, kewibawaannya mengerikan. Dia berbalik, satu serangan menjadi sia-sia. Sang Perwira manusia tak dikenal itu menghilang sekejap, lenyap di kejauhan.
"Bunuh!"
Huang Xudao, Huo Qizi, dan Huo Lin'er bertindak, hendak bergumul lagi. Sementara Ji Zi, setelah memuntahkan darah segar, mengejar namun tak bisa seketika menghadang ketiganya.
"Haha..." Tatapan Putra Langit semakin menakutkan. Tertawa terbahak dengan dingin, pandangannya menyapu semua orang. Dia tahu kemenangan sudah di depan mata.
"Hancur!"
Ye Fan berteriak, mengoperasikan Rahasia Gerakan sekuat tenaga hingga mencapai kesempurnaan. Di bawah kakinya menjalar pola energi tak bertepi ini, tiba-tiba menyatu hingga ke wilayah Sang Putra Langit.
"Swoosh!"
Dua orang berubah menjadi dua berkas cahaya yang menghilang sekejap, lenyap dari medan perang ini. Ye Fan mengerahkan seluruh pengalaman kultivasinya untuk mengembangkan satu Rahasia ini hingga batas maksimal yang bisa dicapai saat ini, tidak hanya dirinya sendiri yang hampir berubah menjadi cahaya, tapi juga membawa serta Putra Langit pergi bersamanya.
"Bahaya!" Teriak banyak anggota klan kuno.
Ye Fan dan Putra Langit muncul bersamaan di langit puluhan li jauhnya, bertarung dengan sengit. Energi kehidupan, vitalitas, dan semangat Ye Fan mencapai puncak batasnya, bertempur hingga darahnya bersorak-sorak. Putra Langit mengaum, mengayunkan pisau keabadiannya, kilatan cahaya putih menyilaukan menembus sembilan langit, namun justru terus terdesak, bahkan terus-menerus dipukul mundur.
Ye Fan menyerang sekuat tenaga, satu tusukan berhasil menggores kulit kepalanya. Seandainya Putra Langit tidak memiliki alat suci pelindung tubuh, serangan ini pasti sudah menyapu bersih ubun-ubunnya.
"Di dalam hati Ye Fan tersimpan amarah yang terpendam, kecepatannya semakin bertambah cepat. Setelah mengaktifkan Rahasia Gerakan, tubuhnya hampir berubah menjadi seberkas cahaya. Pukulannya membuat seluruh tubuh Putra Langit berbunyi ruas tulang tak henti-hentinya, terus-menerus muntah darah, beberapa kali dijatuhkan ke tanah."
"Dari kejauhan, orang-orang terdiam takjub. Putra Dewa hari ini benar-benar menyedihkan, bahkan dipukuli berturut-turut oleh tiga karakter yang masing-masing lebih garang dari sebelumnya."
"Bunuh!"
"Jarak puluhan li sama sekali tidak berarti. Pasukan Delapan Jendral Surgawi menyerbu bagaikan air bah, sementara Huang Xudao dan Huo Qizi bahkan lebih cepat dari kilat, dalam sekejap mata sudah tiba."
"Menuju Kota Zhenxian!" Ye Fan berkomunikasi diam-diam dengan Sheng Kong, Ji Zi, Kaisar Hitam dan lainnya melalui telepati, karena dia memiliki firasat mungkin ada Santo yang akan datang.
"Pada saat ini, penguasaan Ye Fan terhadap Rahasia Gerakan sudah tak tertandingi. Di bawah kakinya terpampang pola energi yang padat, memunculkan cahaya cemerlang yang berkilauan. Saat ini teknik rahasia ini telah meningkat ke tingkat kondisi yang ajaib."
Ye Fan mengeluarkan sebuah platform formasi, memancarkan cahaya tak terbayangkan dari Rahasia Gerakan, membungkus Putra Langit masuk ke pintu domain dalam sekejap, menghilang dari medan perang.
"Apa?! Rencana besar kita dalam masalah!" Semua anggota klan kuno panik.
Delapan jendral surgawi dan setengah-suci tak berdaya menyelamatkan situasi. Bagaimana cara menyerang? Musuh telah membawa Putra Langit melintasi ruang hampa. Hanya Langit yang tahu tujuan mereka.
Bersamaan itu, Sheng Kong, Ji Zi, Kaisar Hitam dan yang lain membuka pintu domain bersama-sama, lenyap dari dunia ini.
"Braak!!!"
Hampir pada saat yang sama, kewibawaan suci purba meledak, menghancurkan langit-bumi. Namun takdir ini tetap tak berubah.
Sejak awal pertempuran, Ye Fan telah menyadari: Insiden sebesar ini pasti menarik perhatian orang penting. Di momen genting, mereka mungkin akan menghalangi dan menggagalkan semua usaha.
Kini dengan melintasi ruang hampa dan melarikan diri dalam sekejap, bahkan Orang Suci pun tak bisa segera melacak. Mengganti medan pertempuran akan efektif untuk menembak mati Putra Langit.
Di tengah proses ini, kedua pihak terus bertarung sengit dalam kehampaan gelap, nyaris menghancurkan jalur ruang.
Ye Fan mengembangkan fenomena aneh-nya, menstabilkan situasi dan membungkus semuanya dalam medan pertarungan hidup-mati.
Putra Langit yang memiliki konstitusi fisik darah nomor satu di dunia membuktikan gelarnya bukan omong kosong - dengan memancarkan berbagai berkas energi, ia memblokir serangan fenomena aneh, beberapa kali nyaris kabur ke ruang hampa tak bertepi.
Akhirnya dengan kilatan cahaya, mereka muncul kembali di dunia nyata di antara pegunungan dekat Kota Zhenxian.
"Putra Langit, lihat bagaimana kau bisa lolos sekarang!" Ye Fan menyimpan tombak panjang emas gelap-nya, langsung melancarkan Tinju Enam Jalan Samsara yang disertai aura darah emas menggila. Braak! Seluruh area depan langsung diterjang energi.
"Benar juga kau!" Putra Langit gemetar antara kaget dan marah saat bertahan. Namun ketakutannya yang tersembunyi membuatnya jelas berada di posisi lemah.
Brak!
Dalam aura perang emas yang mendidih, kedua tulang lengan Putra Langit nyaris patah. Ia muntah darah deras dan terlempar ke udara.
“Kau di sini saja!” Sheng Kong muncul, melangkah keluar dari domain, persis melihat dia terlempar ke arahnya. Batang besi besar diayunkannya dengan keras ke bawah.
“Bang!”
Putra Langit menjerit kesakitan, hampir terpotong di pinggang. Seluruh tubuh fisiknya kejang-kejang.
Domain lain terbuka. Ji Zi keluar tanpa sepatah kata. Telapak tangan nisannya diayunkan, menghantam Putra Langit yang terbang mendekat. Tulang rusuknya tak terhitung batang yang patah, membuatnya terpental kembali.
Putra Langit menjerit, seluruh tubuhnya berlumuran darah dewa. Sejak muncul, dia terus menang telak. Bertahun-tahun memerintah Donghuang, memandang dunia, siapa berani menantangnya?
Tapi hari ini nasibnya memilukan. Tiga ahli besar secara bergantian menghancurkan lebur dirinya, hampir-hampir dihancurkan.
“Braak!”
Ye Fan tak menyembunyikan aura darah emas-nya yang mendidih. Kaki kanannya diayunkan menghancurleburkan, menendang Putra Langit hingga terlempar ratusan zhang. Tulang-tulangnya patah di banyak tempat.
Pada seperempat jam berikutnya, Kaisar Hitam, Ye Tong, dan yang lain menerobos keluar dari domain. Setelah melihat kejadian ini, mereka semua menjerit kencang, masing-masing bersemangat mengasah kemampuan.
Ye Fan, Sheng Kong, dan Ji Zi mengepung Putra Langit di tengah, memukulinya dengan brutal. Setiap pukulan menyemburkan darah dewa, jerit kematian terus bergema.
