Di seluruh Gurun Barat, cahaya Buddha berkobar, bahkan kuil-kuil kuno di pegunungan dipenuhi kekuatan Buddha. Suara ilahi terus bergema bagai dentuman lonceng kuningan raksasa, seolah Buddha bereinkarnasi dan akan menampakkan diri di alam semesta.
Di Gunung Sumeru, Genderang Penakluk Iblis memancarkan energi chaos. Aura keabadian tak terhingga menyembur ke langit sementara dewa yang tersimpan di dalamnya berdengung halus, meminta maaf dan memberi ganti rugi kepada Kaisar Manusia.
Pemandangan ini membuat Kuil Maha Genta Suara berguncang, mengeluarkan gemuruh Buddha beruntun. Patung-patung batu kuno bergetar, kekuatan keyakinan murni bergelora seperti lautan.
Semua biksu tua terdiam sejenak. Murid-murid Buddha membeku bagai patung batu, menatap dengan ekspresi di luar akal sehat sebelum membenturkan dahi ke tanah - senjata Amitabha Buddha ini tak disangka melakukan gerakan seperti itu.
Kuil Maha Genta Suara bergoyang, memancarkan nyanyian ritual Buddhis. 3.000 Bodhisattva dan Buddha kuno serentak menampilkan tubuh spiritual, memancarkan kilau magis abadi sambil menggantung di angkasa membacakan kitab suci.
“Ini adalah para Buddha prasejarah yang memanifestasikan tubuh spiritual, kesadaran spiritual tertanam peninggalan mereka muncul kembali, bukan pertanda besar penuh berkah tak mungkin ada tanda-tanda seperti ini!”
Seorang biksu suci dilanda kegelisahan, gemetar menghadapi Kaisar Manusia dan Genderang Penakluk Iblis, hal-hal yang terjadi hari ini sulit dipercaya, melampaui pemahamannya.
Genderang Penakluk Iblis terus-menerus bergetar, memberi hormat kepada Kaisar Manusia, sangat manusiawi, seolah melakukan permintaan maaf dengan membawa ranting berduri.
“Hanya sekadar keinginan jahat, tidak berarti apa-apa, tak perlu meminta maaf.” Kata Kaisar Manusia, tidak menuntut tindakan Kaisar Amitabha Buddha terhadap Nian Shenthi-nya.
Namun, Relik Buddhis itu justru terus-menerus berguncang, dengan kesungguhan luar biasa dan tekad bulat, bersikeras mewakili Kaisar aliran Buddha untuk meminta maaf.
“Kutanyakan padamu, mengumpulkan kekuatan keyakinan agama sebanyak ini, apakah merugikan seluruh makhluk?” Kaisar Manusia bertanya dengan tenang, namun memancarkan kekuatan suci yang dahsyat.
Dalam ketenangan tersirat kewibawaan yang tak boleh dilawan, Kaisar Manusia bagaikan duduk tegak di Sembilan Langit, memandang sinis dunia fana, menguasai hukum, tak memungkinkan siapa pun membahayakan seluruh makhluk.
Baik di masa lalu maupun saat ini, dia tetap Yang Maha Agung yang berwibawa, penjaga langit biru, penguasa An Ye, takkan membiarkan penghancuran hukum atau malapetaka di dunia manusia.
Bahkan saat berhadapan dengan seorang Kaisar manusia sekalipun, sikapnya tetap sama. Jenis ini ambisi menelan gunung-sungai, menyapu penuh kesombongan ke Sembilan Langit, membuat hati manusia berguncang dan nyali gemetar.
Umat Buddha semua terdiam sejenak. Sebenarnya apa latar belakang orang ini? Mungkinkah berani menegur Kaisar Amitabha Buddha dari masa lalu? Sungguh mengerikan sampai membuat bulu kuduk berdiri!
Di luar perkiraan mereka, Genderang Penakluk Iblis memberikan jawaban serius tanpa sedikit pun kesan seadanya. Dewa dalamnya bangkit kembali, kali ini bahkan mengeluarkan suara ilahi.
"Amitabha Buddha penuh welas asih, seumur hidup tak pernah membunuh satu makhluk pun. Menyapu debu tanpa melukai nyawa semut, mencintai ngengat dengan lampu bertirai kabut."
Kesadaran spiritual ini juga dipenuhi aura intimidatif, merupakan getaran kekuatan yang bisa disebut penguasa tak tertandingi di antara Langit dan Bumi, merespons Kaisar Manusia dengan sangat teliti, menunjukkan perhatian khusus terhadap masalah ini.
Seluruh Gunung Sumeru berguncang, memancarkan kilau magis sejauh 10.000 zhang. Kekuatan keyakinan agama yang murni naik turun bagai galaksi bintang yang megah tak bertepi.
Semua orang terpaku, para biksu tak ada yang tidak gemetar. Sejak zaman kuno hingga kini, senjata kuno ini belum pernah berbicara, namun kini memberikan penghormatan sedemikian rupa kepada pria misterius berperawakan agung.
Siapa gerangan orang ini? Hati semua orang bergetar, serentak melantunkan mantra Buddha dengan getaran jiwa yang tulus.
Kaisar Manusia menganggukkan kepala, tetap serius bagai penguasa An Ye di masa lalu. Tatapannya menyapu dewa-dewa dengan sikap heroik suci yang menimbulkan rasa hormat.
"Sebenarnya, jenis keyakinan agama yang murni ini juga dapat menguntungkan setiap penganut Buddha, bahkan memberi nutrisi balik bagi mereka, energi kehidupan bergelora, darah dewa berlimpah." Dewa yang tersimpan dalam Genderang Penakluk Iblis menjelaskan, memaparkan berbagai keistimewaan keyakinan agama.
"Tidak membunuh sesaat memang mudah, tapi seumur hidup tak pernah membunuh, sungguh memberatkan dia. Kuatir akhirnya langit runtuh dan bumi ambles, benar-benar menggulingkan segalanya."
Kaisar Manusia dengan rambut hitam terurai, bola matanya yang dalam seolah mampu menembus pandangan masa lalu hingga masa depan. Saat berbicara, wibawanya menggetarkan langit kesembilan, membawa kesedihan dan kewibawaan agung yang menghantam sepanjang masa.
Jelas, Kaisar Manusia sedang memberi peringatan: meski menghadapi roh senjata pusaka seorang Kaisar dari era selanjutnya, aura tak terbantahkan yang dipancarkannya tetap tak memungkinkan penolakan. Jika ada gerakan membahayakan umat manusia, langsung dihabisi!
Di era Kaisar Manusia, beliau mendirikan zaman keemasan yang luar biasa gemilang. Sembilan langit dan sepuluh bumi tunduk takluk, menyerang para dewa di atas dan menaklukkan Sembilan Neraka di bawah. Membunuh Roh Suci dengan kekuatan mutlak, mengunci segala bentuk kerusuhan. Segala yang mengancam seluruh makhluk hidup, takkan bisa menahan satu serangan Kaisar Manusia.
Saat ini, meski hanya berupa kesadaran spiritual semata, keberanian tak tertandinginya tetap terpancar jelas. Bahkan ketika berhadapan dengan Kaisar lain sekalipun.
"Yang Mulia bisa tenang. Amitabha Buddha seumur hidup penuh welas asih. Meski memiliki wujud Buddha tak tertandingi, tak pernah melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan makhluk hidup." Genderang Penakluk Iblis menjelaskan prinsip Buddhis tentang kesetaraan semua makhluk.
Seluruh Gunung Sumeru bergetar. Para biksu kuno dan murid Buddha terkemuka terdiam sejenak. Ini ternyata Kaisar Manusia yang muncul di gunung suci mereka, bagaikan mitos yang hidup kembali.
Masa hidup Kaisar Manusia terlalu purba, sudah tak bisa diverifikasi. Kini beliau justru muncul memandang sinis Gunung Sumeru, membuat senjata Kaisar Buddha terbangun dan terpaksa merespons sendiri.
Semua ini terlalu sangat mengejutkan, membuat orang merasa seperti berada dalam Mimpi, tampak begitu tidak nyata.
"Hormat kepada Kaisar Manusia!"
Di depan Kuil Maha Genta Suara, puluhan ribu penganut Buddha berlutut. Meski telah masuk agama Buddha, mereka tetap tahu Kaisar Manusia memiliki jasa besar. Walau tak bisa menjelaskan detailnya, namun generasi manusia selalu melantunkan namanya - ini sudah cukup menjelaskan segalanya.
Kuil Maha Genta Suara bergemuruh, seluruh Gunung Sumeru berguncang!
Nyanyian ritual Buddhis kuno bergema, megah dan agung, menembus ruang-waktu. Ini adalah suara ilahiah yang ditinggalkan Bodhisattva berbagai langit dan patung Buddha kuno dulu, hanya akan muncul saat menyambut Yang Maha Agung.
Pada saat yang bersamaan, mata air manis bermunculan dari bumi, cahaya keberuntungan turun dari langit, bunga teratai suci tumbuh di udara, disertai tumbuhnya jamur lingzhi. Wanginya menusuk hidung, sinar pelangi berpuluh ribu berkas - tempat ini menjadi tanah suci Sukhavati yang suci dan tenang.
"Semoga begitu," kata Kaisar Manusia. Pandangannya beralih dari Genderang Penakluk Iblis. Berdiri di Gunung Sumeru, ia memandang ke Barat yang disinari cahaya Buddha menyinari segala penjuru ratus juta li, di mana seluruh makhluk berendam dalam pancarannya.
Daratan Barat gemetar, karena Kaisar Manusia menyapu pandangan ke setiap inci sudut, menembus fundamental, membuat segalanya tak bisa bersembunyi dari bola matanya.
"Semua demi keabadian, telah mengelabui banyak Jenderal, terkubur dalam debu." Kaisar Manusia menghela nafas ringan.
"Benar, jalan ini mustahil dipecahkan." Nian Shenthi dalam Genderang Penakluk Iblis bergetar hatinya, merasakan kepahitan yang sama.
"Baik di era mitos maupun zaman sekarang, para Yang Maha Agung jenius telah menempuh jalannya sendiri—ada yang memakamkan tubuh seumur hidupnya, ada yang bertanya pada ramuan dewa abadi, ada yang mengumpulkan keyakinan agama... Berbagai metode berdiri tegak, tak ada yang tak mengagumkan. Satu hal harus diingat: seberapa banyak diperoleh, sebesar itu pula pengorbanannya. Bahkan kaum lemah pun bisa melakukan perhitungan terakhir dengan Yang Maha Agung."
Suara Kaisar Manusia bergema dengan setiap aksaranya berbunyi keras, kewibawaannya terpancar sempurna, kata-katanya membentang di daratan luas tak bertepi. Ini adalah peringatan, sekaligus bisa dianggap sebagai satu peringatan keras dari sekte.
Genderang Penakluk Iblis terdiam, bukan karena takut, tetapi merasa bersalah kepada Kaisar Manusia. Di masa lalu pernah menguji metode keabadian pada Nian Shenthi Tai Yin Zhizun, kini masih menyimpan penyesalan disertai rasa hormat.
Pada hari itu tak hanya Gunung Sumeru, seluruh wilayah Barat berguncang. Setiap patung dewa di kuil-kuil kuno memancarkan cahaya, namun yang terdengar bukan suara Buddha melainkan suara Kaisar Manusia.
Banyak biksu tua merenung, hati mereka terguncang hebat.
Kaisar Amitabha Buddha tak diragukan lagi termasuk penguasa paling fenomenal sepanjang masa, kedalamannya tak tertembus, setara dengan para kaisar purba dan Mahadewa manapun. Warisan alirannya yang kuat terus berkembang, melahirkan banyak Buddha kuno yang semakin memperkaya tradisi ini.
Kaisar Manusia mengamati berbagai domain di Barat, menganggukkan kepala. Tanpa perlu komentar lain, perkembangan aliran ini sampai tahap ini saja sudah layak direnungkan.
Tai Yin Zhizun berdiri, meninggalkan Gunung Sumeru menuju Donghuang.
"Ke mana Kaisar Manusia akan pergi?" tanya Genderang Penakluk Iblis penuh hormat.
“Waktuku tidak banyak lagi. Ingin meninggalkan aliran Dao. Setelah ini, debu kembali menjadi debu, tanah kembali menjadi tanah.” Kaisar Manusia berkata dengan tenang. Di bawah kakinya muncul Jalan Emas yang langsung membentang ke Donghuang, begitu cepat hingga membuat semua makhluk terkejut dan tak memahami.
“Selamat jalan, Kaisar Manusia!” Ucapan perpisahan ini merepresentasikan perpisahan antara kehidupan dan kematian.
Kaisar Manusia muncul di Donghuang, sendirian memasuki Zona Terlarang Zaman Purba. Dengan anggukan khidmat dan raut wajah serius, ia kemudian pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Kaisar Manusia sama sekali tidak mendekati zona terlarang kehidupan lainnya. Meski beberapa entitas kuno sangat panik, ia bahkan tidak melirik ke arah mereka.
“Masih ada penyesalan, belum bisa menyaksikan Jalan Xian terbuka...” Ia memulai perjalanan terakhir sendirian, memperlakukan Tambang Kuno Taichu dan Gunung Keabadian bagai angin lalu. Tak memantau, tak mendengarkan, seolah bukan bagian dari dunia yang sama.
Tanpa suara, ia menghilang.
Pada hari itu, keluarga Jiang diselimuti helai demi helai prinsip Tao. Xiao Tingting dengan Fisik Tai Yin duduk bersila di ruang hampa, telinganya mendengar lantunan kitab suci, menyaksikan seorang pria perkasa.
“Kau... siapa?”
“Mungkin Jalan Xian hanyalah sebuah harapan. Apa yang lebih bermakna harapan daripada melihat darah mengalir dalam tubuh generasi penerus, penuh semangat vital? Mungkin aku telah melihat Jalan Xian, terangkum dalam harapan itu.” Pria perkasa yang menguasai tak tertandingi sepanjang masa ini perlahan memudar, sedikit demi sedikit menghilang.
Di keluarga Jiang, hati Xiao Tingting bergetar: "Senior, jangan pergi! Jangan tinggalkan kami!"
Siluet gagah itu semakin kabur, hanya senyuman yang tersisa. Sebuah kebebasan terpancar. Sang Maha Agung yang akan sirna ini hanya meninggalkan senyuman penuh kelembutan dan keyakinan, kehilangan kewibawaan yang selama ini menaklukkan berbagai langit. Xiao Tingting takkan pernah menyangka dia adalah Kaisar Manusia.
Ditiup angin sepoi-sepoi, hujan cahaya berhamburan. Wujud perkasa itu pun lenyap sama sekali, hancur berkeping di ruang hampa.
"Kini tak ada lagi Kaisar Manusia di alam semesta..." Dari Gunung Sumeru, terdengar helaan napas penuh penyesalan.
"Mengingat Yang Maha Agung manusia dari satu generasi itu, jasa tak terhitung, prestasi agung menekan sepanjang masa, bakat luar biasa yang menggetarkan, tiada tanding sepanjang zaman, akhirnya sampai di ujung jalan buntu, membuat orang menghela napas panjang."
"Tatapan balik yang melintasi ribuan abad, cepat layu seperti bunga patma, menyinari alam semesta. Keberadaan sehebat apapun akhirnya tak bisa menghindari penutupan. Kemunculannya di zaman ini sudah bisa dianggap sebagai mujizat suci."
"Pada detik ini, beberapa zona terlarang bagi kehidupan tetap hening. Kaisar Manusia dari awal sampai akhir tak sekalipun melirik ke arah mereka. Jalan berbeda tak bisa disatukan."
"Sayang sekali, Kaisar Manusia satu generasi dengan pesona legendaris, taktik terbalik yang begitu dahsyat, akhirnya layu seperti ini."
"Di jalan ini, siapa bisa menyatakan benar, siapa bisa menyatakan salah? Yang ada hanyalah pilihan-pilihan berbeda."
"Sebuah era keemasan yang megah, menyaksikan jenius-jenius generasi kita satu per satu layu dan terjepit. Ini bukan pilihan yang dipilih, tirai zaman keemasan telah jatuh, berapa orang yang tersisa?"
"Aku mendengarkan lagu pemakamanku sendiri. Di sepanjang jalan, aku bertahan. Dalam pengorbanan bagai ngengat menerjang api, aku menyaksikan Jalanku... Keabadian milikku."
Jelas, kepergian Kaisar Manusia membuat beberapa keberadaan di zona terlarang merasakan kesepian yang semakin dalam.
"Dang……" Dentang lonceng menggema, Langit-Bumi bergetar hebat. Semua zona terlarang utama di Donghuang, Zhongzhou, Barat, Nanling, Beiyuan—seluruh Bintang Kaisar Terkubur—tertegun hebat.
Di wilayah utara, di dalam Gunung Ungu, Lonceng Wu Shi tiba-tiba mengaum memekakkan telinga. Bahkan Orang Biasa pun mendengarnya, gemuruhnya memenuhi langit dan bumi.
Perubahan tak terduga ini membuat semua orang terpucat wajahnya.
