Seumur hidup orang biasa bisa dihitung jari sepuluh tahunnya. Saat menengok ke belakang, kerut telah merayap di wajah, menorehkan jejak zaman. Kecantikan berubah menjadi uban, masa muda mengalir bagai air.
Sepuluh tahun benar-benar bukan periode waktu yang singkat, memiliki peran penting dalam hidup seseorang. Mungkin terukir dalam daging, mungkin gemilang mempesona, mungkin penuh kepedihan dan kekecewaan.
Umur cultivator relatif panjang, sepuluh tahun mungkin hanya sekejap jari. Dalam pola kehidupan, mungkin takkan menimbulkan riak apapun. Namun, sepuluh tahun di tepi ini justru tampak berbeda bagi para pemuda.
Sepuluh tahun ini ditakdirkan takkan terlupakan oleh Dewa!
Dia yang dulu merasa superior, Enam Kesatuan dan Delapan Penjuru Hanya Aku yang Berkuasa, kini setelah sepuluh tahun justru berada dalam keadaan memprihatinkan. Seluruh dunia membisikkan bahwa nyawanya telah mencapai ujung, nyaris tak terselamatkan.
Kabar bahwa Jendral Surgawi akan mengambil alih posisinya dan muncul ke dunia fana telah menggoyahkan pondasi dasar dan statusnya. Dampak paling langsung terlihat pada melemahnya keyakinan agama dan menyusutnya kekuatan mengerikan secara drastis.
Pihak luar takkan memahami arti keyakinan agama ini baginya. Begitu kehilangan, dia mungkin benar-benar akan jatuh dari altar dewa dan kehilangan status dominasi.
Namun, meski dia mengerahkan pasukan, menunjukkan kekuatan suci yang mampu mengubah takdir, menghancurleburkan tepi sekalipun - semua itu percuma. Takkan bisa mengubah apapun.
Rumor yang bertebaran bahwa Sang Dewa akan mati telah tertanam kuat di hati banyak orang. Banyak yang percaya dia benar-benar sudah tak berdaya, memasuki masa senja yang tak terselamatkan.
Faktor-faktor ini saling bertumpuk menciptakan konsekuensi mengerikan. Keyakinan yang tidak murni, tak seluas dulu. Lingkaran suci di luar tubuhnya tak lagi berkilau, bahkan bisa dibilang memudar.
Hanya saat dia menghabiskan energi fundamental, barulah cahaya akan menyapu skala masif.
Kini, bukan hanya pihak luar. Bahkan di domain immortal, beberapa pemimpin kuil, tetua dewa, dan pelindung spiritual mulai goyah, mengira dia mungkin benar-benar memasuki masa senja.
"Kekuatan surgawiku tak tertandingi! Menghancurleburkan seluruh langit dan wilayah tanpa tanding, siapa berani melawan?!" Sang Dewa meneriakkan kemarahan membara dari altar tinggi, mengguncang hebat seluruh domain immortal.
Tak ada yang menjawab. Domain immortal yang luas membeku dalam kesunyian tegang.
Dari sini terlihat satu dua hal: Hati penghuni domain immortal tak stabil. Banyak yang diam, merasa telah menangkap keanehan, mulai serius mempertimbangkan dalam hati.
“Aku berdiri tegak di altar dewa, siapa yang bisa menandingi? Di sembilan langit dan sepuluh bumi, akulah puncak tertinggi.” Dewa berteriak dengan hampir gila, karena telah memiliki firasat akan sesuatu, menatap dingin ke ruang hampa yang menjulang tinggi.
Altar dewa itu megah, lebih tinggi dari gunung yang menjulang. Bersama altar, dia memancarkan kilatan magis yang tak termusnahkan ribuan tribulasi, mempesona dan menakjubkan, memandang dunia dari ketinggian.
Tak ada yang menjawabnya. Hanya dirinya sendiri yang menyapu penuh kesombongan ke segala penjuru, wibawa yang menggentarkan seluruh langit. Ini benar-benar menyerupai dewa penguasa kuil terhebat, namun kini justru membuat orang meragukan status dominasinya.
Altar dewa seolah ditempa dari logam suci, agung nan perkasa, memancarkan cahaya Wu-liang yang menekan sepanjang masa. Di sekelilingnya berjejer pohon-pohon kuno, dengan jalan setapak batu pualam yang berkelok-kelok.
Seorang dayang paling setia datang melalui jalan setapak, gemetar ketakutan, lalu bersujud menyentakkan dahinya ke tanah menghadap altar: "Yang Mulia, meskipun Yang Mulia perkasa sepanjang masa, hendaknya berhati-hati terhadap zaman yang tak berperasaan. Sudah saatnya membuat persiapan."
“Kau juga curiga aku belum mampu?” Dewa berteriak, seluruh tubuhnya memancarkan kilatan cahaya 10.000 zhang. Lingkaran suci di luar tubuhnya naik turun seperti samudra yang menggelora.
Brak! Dayang itu berubah menjadi segumpal kabut darah, berhamburan tertiup angin dan lenyap.
"Braak!"
Di kejauhan, patung-patung dewa raksasa bergemuruh dan bergemetar hebat. Itu adalah sisa-sisa dewa setiap generasi yang wafat dalam meditasi, seolah merespons kejadian ini.
Suara parau terdengar, "Dewa, penguasa tertinggi. Kau mahakuasa tapi akhirnya takluk oleh waktu. Bahkan dengan senjata pusaka pun sulit menahan reinkarnasi."
Ekspresi Dewa semakin kejam. Tatapan matanya berputar-putar menembak dari altar suci yang berkilauan, tapi tak menemukan target.
Domain immortal langsung gempar. Hampir semua orang panik. Apakah ada yang mulai menantang kewibawaan Dewa? Mungkin... penguasa baru akan terpilih!
Sekeliling hening mencekam, tak ada lagi suara apa pun. Seluruh Langit dan Bumi bisu, mati rasa bagai mayat.
"Badut-badut konyol, di mataKu tak lebih dari ayam tanah dan anjing gerabah yang selemah debu! Berani muncul? Remukkan semuanya!" Suara berwibawa Dewa bergema di seluruh domain immortal, membuat tiap orang gemetar.
Aura intimidatif sebesar ini membuat orang merasakan keperkasaanNya. Bagai monumen megah yang terlalu tinggi untuk dijangkau, abadi menjulang di atas altar dewa, menekan delapan penjuru.
Domain immortal terbenam dalam keheningan. Tak terasa berapa lama waktu berlalu, pandangan Dewa beralih ke tempat tersuci di wilayahNya. Di sana menjulang gunung kuno yang memancarkan energi kehidupan, tak seorang pun boleh mendekat. Jika diamati, skalanya bahkan melebihi altar dewa.
Inilah Gunung Kuno Kehidupan, inti paling vital dari area terlarang domain immortal. Tak ada yang boleh menginjakkan kaki. Biasanya dijaga senjata pusaka hasil tempaan Pola Suci, hanya Sang Dewa yang bisa tertidur di sana.
Di lereng gunung, kabut bergerak dinamis. Energi kehidupan mengalir bagai anak sungai, pancaran cahaya berbagai warna berkilauan.
Di gunung suci zaman kuno, tumbuh sebuah Pohon Kehidupan purba. Batang utamanya kasar dengan kulit pohon pecah-pecah bagai susunan sisik naga. Cabang-cabang perkasa menjulang, dedaunan zamrud berkilauan laksana logam immortal yang ditempa, memancarkan cahaya mempesona.
Konsentrasi energi kehidupan begitu pekat hingga menyelimuti wilayah ini dengan kesucian tak tertandingi. Hanya dengan mendekat, tubuh seolah hendak mengalami Yuhua dan asensi. Pori-pori kulit terbuka lebar, menyerap esensi kehidupan yang mengalir deras.
"Aku masih memiliki Pohon Kehidupan! Siapa berani merebut tahun-tahunku?" teriak Sang Dewa. Rambut kelabunya berantakan diterpa angin, sorot matanya semakin menakutkan.
Kilatan magis menyelimuti wujudnya, menyembunyikan wajah asli. Siluet samar yang terlihat justru mengungkapkan usia sepuhnya.
"Yang Mulia telah memakan esensi Pohon Kehidupan dan meraih kehidupan kedua. Sekalipun kau memilikinya, takkan ada efek apapun." Dari kejauhan, patung-patung dewa kuno kembali bergetar mengeluarkan suara.
"Semua orang sangat ketakutan, benarkah ada yang berani menantang Dewa, memasuki domain immortal dan berdialog dengannya? Apakah ada kekuatan untuk bertarung?"
"Braak!"
Altar dewa yang megah berguncang, Dewa terbang turun dan mendarat di atas patung suci. Riak perak menyebar, memusnahkan segalanya. Sebuah sosok samar terjebak, lalu berubah menjadi debu dalam sekejap. Ketenangan pun kembali ke domain immortal.
"Bagaimanapun juga, Dewa telah kehilangan kekuasaan absolut. Entah karena benar-benar memasuki masa senja atau dihitung oleh orang, ini membuktikan badai besar akan datang. Kita harus memprioritaskan pertahanan diri."
Ini adalah ucapan seorang tetua Dewa kepada sesama anggota setelah keluar dari domain immortal, memperlihatkan kerumitan situasi yang mengerikan sekaligus memberikan peringatan dan sindiran kepada orang terdekat.
Setiap penghuni domain immortal tahu: pergantian generasi Dewa lama dan baru tak pernah mulus. Selalu disertai badai berdarah yang paling mengerikan.
“Sejarah telah membuktikan berkali-kali, siklus berdarah terus berlanjut. Orang-orang percaya dalam 100 tahun ke depan, tepian akan berubah menjadi lautan darah, menjadi neraka, membuat semua orang merasa terancam.”
Domain immortal tiba-tiba menjadi sangat sepi. Para komandan besar, pasukan dewa, serta tetua dan pelindung spiritual semuanya tutup mulut, diam-diam memantau perkembangan situasi.
“Dewa sudah tak berdaya, dewa baru telah terpilih. Segeralah berikan penghormatan, agar tidak dihukum di kemudian hari.”
Di tepian, rumor bermunculan. Di banyak klan besar telah diam-diam didirikan patung dewa baru yang gagah dan serius, seluruh tubuhnya memancarkan sinar suci.
Ini adalah dewa paruh baya yang berpostur perkasa, terlihat lebih nyata dibanding patung tua yang samar. Patung ini ternyata menggambarkan tubuh aslinya.
“Dewa Agung Qing Yu Tian telah turun ke dunia, era ini harus ditegakkan!”
Seluruh dunia gempar. Kelahiran dewa baru bernama Qing Yu Tian tersebar ke mana-mana. Beberapa klan oportunis mulai memuja lebih awal, mengguncangkan dunia.
Kemudian, kabar bocor, patung dewa diam-diam disebarkan ke berbagai daerah. Hampir semua klan besar mulai membentuknya secara rahasia sebagai persiapan. Bahkan banyak klan kuat mulai memajangnya di altar dewa.
Bagi sang Dewa, ini jelas konsekuensi bencana. Kekuatan keyakinan agama merosot tajam, dari keraguan hingga ketidakpercayaan saat ini. Dunia fana tidak lagi percaya padanya, kewibawaannya ditantang, dinasti suci akan runtuh.
Ini perubahan drastis yang mengerikan. Sejak hari itu, kekuatan keyakinan yang dia peroleh sedikit sampai tidak bisa dipercaya. Seluruh tubuhnya kehilangan kilau magis, hanya mengandalkan kekuatan sendiri untuk beroperasi.
Jika tidak, tubuh aslinya akan terlihat di dunia fana, kehilangan aura kewibawaan itu.
Inilah hakikat kekuatan keyakinan agama. Jika hati manusia tidak stabil, bisa terkuras tiba-tiba dan merosot cepat, tidak benar-benar bisa diandalkan.
Selama sepuluh tahun ini, iblis nomor satu di dunia menjadi buah bibir. Setiap tahun dia muncul beberapa kali, terus hidup bebas dari hukum, menantang kekuatan suci. Namun sang Dewa tak mampu berbuat apa-apa.
Bisa dikatakan, kewibawaan Dewa telah dinista. Dia adalah pemimpin pertama dalam bidang ini, menjadi bid'ah terbesar di dunia ini. Di mata banyak orang, dia adalah elemen keras kepala yang ingin menjatuhkan Dewa dari altar suci, sekaligus iblis terbesar di dunia fana.
"Berkultivasi di lembah juga kena tembak, sialan! Aku mengutuk dewa baru yang merebut takhta itu agar mati seketika di hari penobatannya!" Di Lembah Yin-Yang, kuda naga berkata dengan geram.
Situasi sekarang sudah jelas. Ini adalah konspirasi raksasa. Seseorang tak sabar ingin menggantikan dewa tua, karena Ye Fan tak pernah memprovokasi. Ada yang memanfaatkannya untuk bikin masalah, menodai dewa lama.
Tingkat apa sebenarnya yang dicapai Dewa? Ini menjadi misteri terbesar bagi Ye Fan dan kawan-kawan. Seolah melampaui Maha Santo, tapi ada beberapa titik mencurigakan yang membuat bingung.
Mereka tidak ikut campur karena pihak luar terlalu berbahaya, makhluk kuat seperti Raja Iblis Sapi maupun Roh Suci mengerikan yang menguasai Penggaris Logam Hijau Air Mata Dewa pun bersikap patuh. Para Maha Santo selama sepuluh tahun ini terus-menerus dalam persembunyian.
"Dewa akan mati, Yang Maha Agung turun ke dunia, menggantikannya, Langit Bulu Hijau harus berdiri!"
Waktu berlalu cepat, ini adalah sepuluh tahun kedua!
Siapa pun tidak menyangka serangan Sang Dewa Baru begitu perkasa, sangat langsung, mulai terang-terangan merebut takhta, mengumumkan ke seluruh dunia akan menguasai domain immortal.
Kekacauan besar melanda dunia, domain immortal terguncang. Semua komandan besar, tetua dewa, santa wanita, pangeran kuil semuanya dilanda kegelisahan, bingung menentukan pilihan.
"Aku memegang senjata legenda Sang Maha Agung, siapa berani memperebutkan supremasi?" teriak Tetua Dewa.
Namun tepat di hari itu, domain immortal hampir runtuh. Senjata legenda Sang Maha Agung tidak mematuhi panggilannya, menghancurkan langit dalam pelarian meninggalkan altar dewa.
"Peta ilahi bersikap netral, tidak memihak kedua belah pihak!" seru seorang tetua dewa dengan wajah kaget.
Pada saat yang sama, banyak orang di luar domain immortal tertegun. Raja Iblis Sapi, Roh Suci, Kodok Emas, Naga Abu-abu, dan Maha Santo dari domain luar terus memantau. Mereka merasakan kedinginan dari ujung kepala hingga kaki saat menyaksikan pemandangan ini.
Senjata legenda Sang Maha Agung di domain immortal ternyata berupa peta formasi. Pola rune dan aura yang mengalir tak terhingga di permukaannya jelas berasal dari sumber yang sama dengan empat pedang pembunuh di Mata Air Kehidupan Mahadewa kuno.
"Ini... peta formasi Mahadewa Lingbao!" Semua orang terpaksa terkesima. Jika barang langka ini dikuasai, kelak empat pedang pembunuh bisa diperoleh. Trio ini menyatu akan tak terkalahkan di dunia.
Peta ilahi mengapung di udara di atas domain immortal, menjaga sebatang pohon kehidupan purba. Diagram mistis ini berputar perlahan dengan aura dahsyat, seolah mampu meremukkan seluruh dimensi. Kabut chaos membubung, menciptakan kesan mengerikan tak bertepi.
"Ini Peta Formasi Pembunuh! Tak kusangka ada di sini." Di momen kritis terakhir, Pang Bo dan Ye Fan juga tiba. Diam-diam mereka mengamati, ingin menyaksikan bagaimana Perang Dewa sejati terjadi!
