Ye Fan terbangun, bagaikan Naga Sejati berubah wujud manusia yang bangkit setelah tertidur sepanjang masa, seketika memancarkan kemauan kuat yang tak tertembus dan tak terbatas jarak.
Sorot matanya tajam bak pedang immortal terhunus, aura tajamnya mempacar kuat, memancarkan kilatan-kilatan petir di langit-bumi yang menyambar ke segala penjuru, mengguncang jiwa setiap orang.
"Dia bangun, betapa dahsyatnya kemauan seni bela diri ini?" Banyak orang gemetar dalam hati, tulang punggung mereka membeku, tumbuh gundukan-gundukan kecil di kulit.
Tatapan Ye Fan bagai pedang langit yang menyerang lancang, Criiiing! Langsung menghujam jiwa manusia. Banyak orang tersandung mundur dengan tulang dahi retak-retak dan goresan darah.
Tak ada yang tidak menarik napas tajam. Jelas Ye Fan telah meraih kesuksesan, memahami metode tak tertandinginya sendiri, memiliki kekuatan untuk memandang rendah seluruh jagoan dunia. Kemauan seni bela diri semacam ini menggemparkan jagad raya.
Punggung Pang Bo, di antara celah tulang berdarah tertancap tombak patah, terjepit pisau panjang hitam, seluruh tubuhnya penuh noda darah. Namun saat ini ia justru tertawa terbahak, mengoyak lukanya hingga darah segar mengalir deras.
"Akhirnya bangun!" teriak Kuda Naga yang juga sedang menanggung beban berat. Sejak pertempuran besar dimulai hingga kini, tubuhnya dipenuhi luka. Kini ia harus berhadapan dengan Dewa Langit pemakan langit yang tingkatannya lebih tinggi, tenaganya hampir habis dengan darah mengucur deras.
Sungguh tidak mudah. Kebangkitan Ye Fan di momen kritis ini membuat sesama anggota yang terluka parah menghela napas lega, sedikit meringankan beban.
Seorang Santo mencari pencerahan, duduk bertapa selama 10 tahun tidak berarti apa-apa. Sedangkan Maha Santo mungkin bisa menghabiskan 100 tahun, melamun Tai Xu dalam kondisi melupakan diri dan dunia, mata mereka hanya terpaku pada Jalan tanpa toleransi pada hal lain.
Inilah alasan mengapa cultivator selalu memilih tempat sepi untuk bertapa, menjauh dari keriuhan dunia fana.
Terutama praktik pencarian pencerahan tingkat sangat dalam seperti yang dilakukan Ye Fan, di mana hati berada dalam kondisi Dao (Jalan), roh melayang di langit kesembilan, melupakan segalanya. Bahkan gemuruh guntur yang memekakkan telinga pun tak mampu membangunkannya. Jika seseorang disusupi hingga sedekat ini dan berniat jahat, malapetaka akan menimpa.
Kini, akhirnya dia tersadar. Bagi sesama anggota, ini merupakan kabar baik luar biasa, sedangkan bagi musuh sangatlah sial.
Ye Fan duduk bersila di bawah pohon Bodhi, sepuluh ribu daun bergemerisik seolah membuka kitab kuno, melantunkan metode abadi tak berubah sepanjang zaman dan prinsip alam semesta yang melintasi masa lalu hingga masa depan, bergema tanpa henti.
Tiba-tiba, sudut bibirnya mengucurkan seberkas darah emas yang menetes ke kerah bajunya, pemandangan mencekam yang membuat banyak orang terdiam sejenak.
"Ye Fan!" Ji Ziyue berteriak kaget, menggenggam erat tinju kecilnya penuh kekhawatiran, ingin menerobos namun dihalangi oleh senyum sinis Sang Gu.
"Ye Fan, apa yang terjadi?" Pang Bo bertanya dengan cemas, khawatir luar biasa jangan-jangan ada masalah yang muncul.
"Empat Ekstrem paripurna, Tinja Kaisar sudah sempurna. Hanya luka Dao yang masih ada." Ye Fan menjawab diam-diam, menyuruhnya jangan khawatir.
Pang Bo menarik napas lega, tapi masih merasa tak puas: "Mengapa bisa begini?"
"Jangan khawatir. Luka Dao tidak bertambah parah, tidak berarti apa-apa. Tidak mempengaruhi kekuatan tempurku. Akan kusempatkan khusus untuk menetralisirnya." Ye Fan menyuruhnya mengendurkan tensi.
Ekspresi Pemakan Logam dan Raja Semut Tembaga sangat berwarna. Awalnya tertegun menunjukkan wajah muram, tapi sekejap kemudian mengendur lagi. Alis mereka merekah menunjukkan kepuasan.
"Hah, terluka oleh Jalan Agung! Pasti gagal mencari pencerahan!" seseorang bersukacita atas kesulitan orang lain.
"Terlihat perkasa, tapi sebenarnya hanya berani di mulut saja. Berlagak keras tapi hampa. Dia macan kertas! Siapa yang mau naik mengambil kepalanya?" seseorang tertawa terbahak.
Meski bicara demikian, tak satu pun berani melangkah maju. Semua saling mengawasi, takut kalau-kalau menemui batu keras.
Ye Fan tidak bangun, malah menutup matanya, merenungi kondisi spiritual luar biasa yang baru saja dicapainya. Hasil kali ini sungguh luar biasa, berhasil menciptakan teknik besar miliknya sendiri.
Menjaga aliran, menjaga hukum, dan menjaga Jalan membutuhkan taktik. Kini dengan menempa tinja Kaisar yang merupakan sihir dewa legendaris, takkan ada rasa takut. Semangat tempurnya berkobar seperti bisa menguasai sembilan langit.
"Braak!"
Dari kejauhan, Jin She Da Langjun yang sedang bertarung melawan Ji Haoyue dengan senjata leluhur pertama kali bertindak. Dengan teriakan, angin menyapu sisa awan membawa angin kencang yang mengoyak langit biru, menyerbu ke arah pohon Bodhi.
Di dalam angin itu, sebuah diagram Jalan yang terbentuk dari tulisan rune bergemuruh layaknya guntur, menekan ke bawah. Bukan serangan yang terlalu kuat, lebih ke uji coba.
Ye Fan membuka mata, tatapannya masih tajam. Kilatan tekad di tengah dahinya memancarkan sinar pedang yang langsung membelah diagram itu menjadi dua bagian di tempat.
Kekuatan tempur ini membuat semua orang mengerutkan kening, tidak bisa dipastikan, seolah-olah berada di tingkat Santo 8-9 langit berikutnya, namun juga seperti hanya berhenti di tingkat Santo 6 langit.
"Dia telah mendapatkan beberapa hasil, kekuatan tempurnya naik drastis, tapi belum melewati tribulasi, karenanya menunjukkan ketidakstabilan. Saat ini adalah kesempatan terbaik untuk membunuhnya." Sang Gu langsung melihat kelemahan ini.
"Bunuh!"
Mendengar ini, para pemuda berebut bertindak, semua menyerang sekaligus. Di antara mereka tentu ada yang ingin membunuh Ye Fan untuk merebut daging dan darah beserta esensi spiritualnya, seperti Dewa Langit pemakan langit, Sang Gu, dan Jin She Da Langjun.
Tapi lebih banyak orang mengejar pohon Bodhi. Siapa yang tidak mengincar ramuan dewa jenis ini? Dalam kekacauan ini, asal bisa mendekat, tak perlu merebut seluruh pohon - cukup mematahkan satu cabang pun sudah cukup!
Ini adalah obat keabadian sejati yang juga bisa membantu pencerahan, nilainya tak terhingga. Bahkan Maha Santo pun tergila-gila, makanya mereka berani mengerahkan pasukan besar-besaran menyerang Domain Immortal.
Dishu mengucapkan julukan Iblis, pandangan matanya dingin. Dia termasuk salah satu yang paling mengerikan, hanya selangkah lagi menjadi Maha Santo. Sekarang ia terpaksa turun sendiri, memompa semangat kelompoknya untuk menyerbu gila-gilaan.
Pohon Bodhi hanya ada sebatang. Sekalipun dipatahkannya, tetap tak cukup dibagi. Hanya dengan memulai serangan lebih dulu.
"Grawk!" Suara katak bergemuruh bagai petir memekakkan telinga. Katak Hijau Sembilan Mata terwujud.
"Sekumpulan sampah!" Seketika, suara membeku bergema. Seekor Burung Langit muncul, seluruh tubuhnya berkilau seolah dituang emas, mempesona.
Peng Emas kuno tiba. Sayapnya terkembang di udara, lebih cepat dari semua orang. Dijuluki bisa melesat 90.000 li ke angkasa sekejap. Sayap emas raksasanya mengipaskan angin kencang, melemparkan banyak orang.
Tatapannya tajam, menyapu dingin setiap orang. Bahkan ingin menghajar Dishu. Berubah menjadi cahaya emas yang menyapu lewat. Kecepatannya mencapai kesempurnaan, memandang rendah para pahlawan.
Banyak orang bertindak, tetapi tidak ada yang menyentuhnya. Peng Emas kuno yang pertama kali tiba di jarak dekat, menyambar ke arah pohon pusaka Bodhi. Ia mengulurkan sepasang cakar emas raksasa, bersiap mencabut pohon tersebut.
Sebuah kemauan seni bela diri pamungkas menjulang ke langit, berubah menjadi sungai panjang keemasan yang menabraknya dengan dahsyat. Itu adalah aura darah keemasan yang memancar dari ubun-ubun Ye Fan.
Semua orang merinding ketakutan!
Peng Emas kuno meledak amarahnya. Burung Peng mengembangkan sayapnya menghantam langit - baik dalam mitos prasejarah maupun dunia nyata, mereka terkenal keras kepala, tidak tunduk pada Aturan Langit dan Bumi, menolak menundukkan kepala.
Kini terluka, bukannya mundur malah maju. Sayap emasnya yang berkilau membelah cakrawala, menukik tajam ke bawah. Paruhnya yang menganga mengincar Ye Fan di bawah pohon Bodhi untuk ditelan bulat-bulat.
Paruh emas itu lebih tajam dari pisau langit, meremukkan langit biru. Saat terbuka lebar, bahkan mampu menelan segala makhluk. Bukan cuma Ye Fan, seluruh situs kuno pun nyaris ditelannya bulat-bulat.
Namun, pohon Bodhi bergoyang, memancarkan sinar hijau. Ye Fan duduk bersila di sana tanpa bergerak sedikitpun, tenang bagaikan batu karang.
Sebuah perubahan mengerikan terjadi, burung Peng Emas kuno dengan bulu sayap emas yang menutupi langit dan menghantam langit itu menerjang ke bawah, tubuhnya semakin mengecil. Bukan keinginannya sendiri, melainkan ditekan oleh kemauan seni bela diri.
Burung Peng Emas kuno setinggi 10.000 zhang itu jatuh, akhirnya berubah menjadi sepanjang satu chi, sama sekali tidak bisa menelan Ye Fan. Cakar emas dan paruhnya pun disegel.
Ia melolong marah, tak bisa melepaskan diri, terjatuh bebas, lalu diselubungi cahaya mistis yang lembut, mendarap di bahu Ye Fan.
Ye Fan tetap duduk bersila, melantunkan kitab asli. Immortal Platform-nya memancarkan cahaya dengan 10.000 untaian pola energi, menyucikan Burung Langit bersayap emas dalam ritual penyucian. Biarkan ia mengepakkan sayap, biarkan ia melolong, tetap tak ada cara untuk melepaskan diri.
Semua orang tertegun, ini adalah Roc bersayap emas yang paling ganas, termasuk garis keturunan kuno terkuat, tapi justru ditaklukkan seperti ini. Saat ini tampak seperti burung biasa.
Hingga kemudian, Peng Emas kuno menjadi tenang. Tubuhnya menyusut sepanjang satu chi, berdiri di bahu Ye Fan tanpa perlawanan lagi. Tak disangka, ia akhirnya tunduk.
"Mencari pencerahan di bawah pohon Bodhi, menaklukkan Merak Daming Wang... Eh, sekarang malah Roc bersayap emas!" Pang Bo terkejut dan tercengang, teringat kisah agama Buddha yang mirip dengan kejadian ini.
Persis saat itu, Ye Fan berdiri tegak. Aura energinya yang kuat menyelimuti langit dan bumi, menyapu pandangan ke semua orang. Seluruh dunia adalah lawan, tapi ekspresinya tetap datar tanpa ketakutan.
Roc bersayap emas itu diam membatu, bertengger di bahunya dengan tatapan mata berkilauan yang menyapu penuh kesombongan ke para pemuda. Kapan saja siap menerjang. Hasil ini membuat orang tertegun, ketakutan, sekaligus terdiam tanpa kata.
"Kalian semua datang ke sini untuk membunuhku?" Suara Ye Fan tidak keras, namun seperti mantra gelap yang membuat jiwa setiap orang bergetar.
Para hadirin mundur. Raja Peng bersayap emas yang begitu perkasa, salah satu yang terbaik di antara mereka, justru langsung ditaklukkan. Mana mungkin mereka nekat maju menuju kematian.
"Kami... tidak berniat jahat. Hanya ingin mendapatkan sebatang ranting Bodhi." Seseorang di barisan depan memaksakan diri menjawab.
Ye Fan mengabaikannya. Tatapannya menembus Pemakan Logam, Raja Semut Tembaga, dan musuh bebuyutan lainnya di barisan terdepan. Aura pembunuhan dari dirinya sama sekali tidak disembunyikan.
Meski belum melewati tribulasi, kekuatan tempur aslinya sudah mencapai tingkat yang mampu menebas Jalan Agung secara terbalik tanpa memerlukan persetujuan Langit-Bumi. Keperkasaannya mengungguli delapan penjuru, ambisinya menelan gunung-sungai, membuat semua orang sulit bernapas.
"Apa yang kau inginkan?" Pemakan Logam menghardik. Tekanan ini bahkan membuat tubuh logam abadinya merasa terhimpit, seakan akan remuk.
"Membunuhmu." Jawaban Ye Fan datar, sederhana, dan langsung.
“Kau seorang diri berani melawan kami yang jumlahnya sebanyak ini untuk memperebutkan supremasi, tidak takut mati sia-sia?!” Raja Semut Tembaga juga menghardik keras, mendorong para pahlawan untuk menyerang bersama-sama.
“Lihatlah beraninya aku!” Ye Fan tersenyum, menghilang dari titik awal dan berubah menjadi lautan cahaya emas yang menerjang ke depan, atau bisa disebut angin topan karena kekuatannya yang semakin menjadi-jadi, menyapu langit dan bumi bagai angin kencang melanda.
Orang-orang di depan terlempar menyamping satu per satu, berdarah dari tujuh lubang, bulu kuduk merinding, wajah mereka berubah pucat semua. Kewibawaannya sungguh sangat mengejutkan.
“Kau...” Pemakan Logam wajahnya berubah pucat, mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melawan.
Namun, energi chaos bergolak datang. Ia tidak melihat seluruh tubuh Ye Fan, hanya menyaksikan sepasang tinju yang mengintimidasi seluruh alam semesta, menghancurkan segala makhluk!
“Brak!”
Pemakan Logam menjerit keras, tubuh fisiknya retak. Darah spesifiknya beterbangan. Ia hampir putus asa, bahkan belum sempat melihat musuh dengan jelas, langsung hancur remuk di ruang hampa.
Criiiing!
Baja Hitam Berpola Naga berdengung lemah, muncul dari dalam tubuhnya dan berubah menjadi racun yang melesat ke depan. Dengan suara "Cring!", benda itu terjepit di antara dua jari emas, tak bisa bergerak sedikitpun.
"Tuan-tuan, orang ini tak tertandingi! Dia telah menyentuh wilayah terlarang, serentak bertindak dan bunuh dia!" teriak Pemakan Logam histeris, penuh ketakutan.
Brak!
Jawaban untuknya hanyalah satu tinju. Setelah serangan itu, tubuh pecah berkeping-keping Pemakan Logam berubah menjadi debu, sementara roh primordialnya berubah asap - jiwa dan raga tercerai-berai.
Di sampingnya, Raja Semut Tembaga panik, wajahnya putih pucat hampir gemetar, melarikan diri menyelamatkan nyawa.
Namun dari kekacauan itu, satu sosok berjalan mendekatinya. Kelihatannya lambat, tapi dalam satu langkah gunung-sungai berbalik arah, bintang-bulan berpindah tempat. Kecepatannya melampaui logika, bagai tak bergerak tapi tiba-tiba sudah berdiri menghadang di depan Raja Semut Tembaga.
Kabut chaos bergelora, sebuah tinju muncul, menggetarkan langit dan bumi. Meski Raja Semut Tembaga dijuluki memiliki kekuatan mengerikan dengan kepala tembaga dan lengan besi, saat ini tubuhnya tertembus pukulan hingga darah menyembur puluhan meter.
Tak satu pun artefak kuno mampu menahan. Seluruh 30+ senjata dan harta karun rahasia koleksi seumur hidup Raja Semut Tembaga berubah menjadi serbuk halus oleh tinja Kaisar, lenyap tanpa bekas.
Darah memercik tinggi. Ekspresi Raja Semut Tembaga membeku saat kepalanya meledak. Energi chaos pun menghilang, siluet Ye Fan menjauh, menyisakan serpihan tulang dan darah sang ratu semut di lokasi.
