Seratus tahun lebih berlalu, kini setelah melintasi alam semesta tak bertepi dan kembali ke Beidou, hati Ye Fan bergelora dipenuhi gejolak perasaan.
Tempat ini bagaikan kampung halaman keduanya, titik awal mimpi, pelabuhan harapan. Menginjakkan kaki di jalan kultivasi, mencapai puncak tertinggi, semuanya berpondasikan tempat ini. Tanpa Beidou, mustahil dirinya mencapai prestasi seperti sekarang.
"Perubahan besar telah terjadi di Langit-Bumi Beidou, melebihi bahkan planet kuno paling makmur di kedalaman alam semesta!" Ji Ziyue menunjukkan sensitivitas luar biasa terhadap energi spiritual dan unsur fundamental.
Ye Fan menginjak daratan, benar-benar merasakan perubahan drastis ini. Prinsip Tao meresap di langit dan bumi, energi vital memancar deras, aliran energi bumi seperti naga - kekuatannya telah meningkat berlipat-lipat dibanding masa lalu.
Lebih lagi, helai demi helai prinsip Tao melintasi langit, memudahkan pencerahan batin. Ini adalah zaman dahsyat yang telah mengalami transformasi luar biasa!
Era Pasca-Purba yang menyusut akhirnya sirna. Planet kuno yang penuh aura megah, vitalitas, dan harmoni dengan Tao ini benar-benar hidup kembali, tak lagi berhibernasi atau tertidur panjang.
"Pasti banyak sosok mengagumkan terlahir dalam 100 tahun terakhir. Lingkungan ini bahkan lebih kuat dari Jalur Kuno manusia, pantas disebut Bintang Kaisar Terkubur!" Kuda Naga bergidik, perubahan ini terlalu ekstrem - tidak bisa disamakan dengan masa lalu.
"Sayang para jenderal hebat dari generasi ke generasi itu..." kata Ji Ziyue dengan hati berguncang, merasakan getaran waktu.
Di Era Pasca-Purba, berapa banyak jenius yang harus mengakhiri kisahnya dengan sedih karena alam semesta tak memungkinkan terobosan? Ingin mencapai Zhan Dao lebih sulit daripada memanjat langit, apalagi menjadi suci! Sepanjang 10.000 tahun, ras manusia cuma menghasilkan segelintir saja! Semua karena kondisi alam semesta ini tak lagi cocok untuk kultivasi.
"Ini pasti akan menjadi zaman letusan sumur yang besar. Banyak jenderal yang tertekan akan terus menerus menembus batas dan melampaui diri sendiri. Mereka akhirnya menunggu sampai datangnya zaman keemasan ini," ujar Ye Fan.
Mereka yang bertahan sampai era ini, jika masih memiliki umur panjang, pasti bisa melanjutkan terobosan. Siapa pun yang masih memiliki aura darah kuat akan terus menghancurkan belenggu dan naik beberapa tingkat lagi.
"Yang paling disayangkan tentu Senior Gai Jiuyou."
Ini adalah bisik hati semua orang: Dalam kondisi wilayah kuno Beidou yang paling buruk dan mustahil untuk mencapai Dao, Gai Jiuyou terus menang sejak awal hingga mencapai tingkat zhun-di. Betapa fenomenalnya bakat yang dimilikinya?
Sayangnya, Kaisar Hijau telah mencapai Dao terlebih dahulu. Gai Jiuyou yang lahir di era itu pasti akan menjadi kidung pilu.
Kini, sudah lebih dari 10.000 tahun sejak Kaisar Hijau wafat dalam posisi meditasi, namun Gai Jiuyou justru sudah berusia lanjut dan fisik lemah, tak lagi seperti masa jayanya.
Bagi para pendatang berikutnya, ini justru merupakan takdir dan era terbaik.
Jenius-jenius zaman dulu sering kesepian, namun zaman ini ditakdirkan untuk memicu api berkilauan paling gemilang, karena terlalu banyak orang yang berdesakan di era ini - tak kekurangan lawan sepadan.
Kaisar Zhongzhou, Yao Guang, Jiang Yifei, Siluman Selatan, Bakat Jalan Bawaan... Satu demi satu nama mengagumkan yang ditakdirkan bersinar gemilang di era ini, semuanya terlahir di Beidou.
Belum lagi para klan kuno: Huang Xudao, Huo Lin'er, Sheng Kong, Jubah Sutra Dewa - satu demi satu keturunan kaisar purba yang pasti tak mau diam. Kehadiran serentak mereka di era ini bertujuan beroperasi selama puluhan tahun menguasai dunia, menembus Jalan Xian.
Tanpa keraguan, putra langsung Kaisar pun pasti akan muncul. Ji Zi jelas-jelas bukan satu-satunya. Di hadapan Zaman Keemasan yang hanya muncul sekali dalam 10.000 tahun ini, mana mungkin tidak ada kelanjutan gemilang dari darah Kaisar lainnya?!
Jalan Menjadi Dewa akan segera terbuka, tepat di Beidou. Pasti akan mempesona, para jenius agung dari seluruh penjuru alam semesta akan berdatangan. Pasti ada sosok yang tidak kalah dari Putra Kaisar - mulai dari konstitusi biasa hingga fisik khusus, semuanya akan terungkap, menghantamkan kilatan cahaya paling menyilaukan sepanjang masa!
Dan ini baru generasi muda. Berapa banyak sesepuh terkuat yang akan muncul? Pasti lebih banyak lagi, tak terhitung jumlahnya. Tak diketahui berapa banyak ras yang akan datang.
Bintang-bintang legendaris seperti Huo Sang, Tong Tian, Ziwei, Amitabha, Yuhua, Gouchen, Fei Xian, dan lain-lain pasti akan didatangi para petarung tak terhingga. Maha Santo tak perlu disebut, bahkan mungkin ada Zhun-Di!
Ini adalah Zaman Keemasan sesungguhnya. Keluarga yang pernah melahirkan Kaisar, kedalaman kekuatan mereka akhirnya akan terungkap. Saat itu tiba, besar kemungkinan akan mengguncang dunia manusia.
"Baru saja kembali, Ye Fan sudah terbuai dalam lamunan dan berbagai pikiran. Dia tahu ini adalah zaman keemasan penuh peluang, sekaligus era kekacauan yang sarat bahaya dan penderitaan."
Peluang dan tantangan berdampingan. Zaman ini pasti takkan membosankan. Para jenderal tak terhitung akan berdatangan, wilayah galaksi Biduk akan bersorak-sorak, aura ilahi yang berkilauan akan menerangi sembilan langit dan sepuluh bumi. Hanya di sini pancaran paling gemilang!
"Akan ada pertempuran tak berujung. Meski belum dimulai, darahku sudah mendidih, siap meluap." Ye Fan memandangi matahari, bulan, gunung, dan sungai.
Ji Ziyue dipenuhi kekhawatiran. Siapa yang bisa meramalkan masa depan? Para ahli zaman kuno bersaing, para pahlawan berebut dominasi, ratusan perahu berlomba. Sedikit kecerobohan akan berujung pada kehancuran.
"Biarkan Yang Mulia menyaksikan wibawa semua penguasa di berbagai penjuru alam semesta. Seberapa kuat mereka sebenarnya?" Kuda Naga berkobar semangat, bertekad bangkit di zaman dahsyat ini.
"Roc bersayap emas dan yang lainnya juga sedang memandang gunung dan sungai di daratan. Mereka dipenuhi kerinduan dan ambisi akan tempat ini, sebab di sinilah para Kaisar Kuno memilih untuk dikuburkan."
"Sudah bertahun-tahun meninggalkan tempat ini, entah bagaimana kondisi Desa Langit sekarang. Apakah Duan De sudah sadarkan diri? Apakah Kaisar Hitam tidak membuat masalah besar? Bagaimana kabar Li Heishui, Ye Tong, Dongfang Ye, Xiao Que'er, Yao Yuekong, Jiang Huairen dan yang lain?" gumam Ye Fan pelan.
Sejak debutnya hingga saat ini, sebagian besar waktunya terkuras di jalur ujian. Terlalu lama pergi, bertahun-tahun berperang tanpa sempat menoleh ke belakang.
Ye Fan sangat ingin segera bertemu mereka. Sayangnya, kini ia tak tahu di mana Desa Langit berada. Saat kepergiannya dulu, perwira pembunuh Qi Luo dan yang lain telah memindahkan dunia mini ke domain luar, menjauhi Beidou yang merupakan tempat bermasalah.
"Ke mana harus pergi? Bagaimana cara menemukan mereka?" tanya Ji Ziyue.
"Akan kuantarkanmu pulang dulu." Ye Fan menggelengkan kepala. Setelah bertahun-tahun berlalu, tak perlu terburu-buru dalam hitungan jam ini.
Kelompok itu merobek langit, langsung menuju ke Keluarga Ji. Di wilayah selatan, tak diragukan lagi Keluarga Ji adalah keluarga pertama yang tak tertandingi.
Bangunan kuno yang megah, gerbang utama yang menjulang tinggi. Di dalamnya terdapat gunung-gunung suci melayang, pulau-pulau yang mengambang, air terjun perak menjuntai dari gunung suci di langit tinggi, diselimuti Qi Dewa yang samar-samar dan aura misterius.
Di depan gerbang megah tersebut mengalir sungai besar yang berbentuk naga berlari, melesat ke kejauhan. Namanya adalah Sungai Ji.
"Siapa di sana?" Beberapa penjaga kuat di gerbang Keluarga Ji langsung menyadari kehadiran mereka dan bertanya keras.
Di era ini, jika diungkapkan dengan baik disebut zaman gemilang, namun sebenarnya merupakan pertanda datangnya kerusuhan. Terlalu banyak ras bermunculan, para bijak tak terhitung dari domain luar datang, menyebabkan gejolak hebat.
Di daratan Beidou, setiap hari terjadi pertarungan antar Santo. Semua orang merasa terancam, takut akan dihapus dari muka bumi.
Meski Keluarga Ji pernah melahirkan Kaisar dengan dasar yang kokoh tak tertandingi, mereka tetap tak berani lengah. Setiap hari ada penguasa kuat yang berjaga di markas, menjaga pintu besar dengan teliti.
"Paman Buyut, ini aku." Ji Ziyue hampir menangis. Melihat pintu besar setinggi gunung milik keluarganya, matanya dipenuhi air mata panas. Selama 100 tahun merindukan kampung halaman dan keluarga, akhirnya kembali.
Sungai Ji mengalir deras, ombak-ombak kecil berkejaran.
Ji Ziyue menyapu lewat, tiba di depan rumah. Membentangkan tangan-tangannya, memandang panorama agung gunung-sungai di tempat ini. Rambut indahnya berkibar-kibar, air mata tak tertahan lagi bergemuruh jatuh.
"Kau... Zi Yue!" Sesepuh itu terkejut, agak sulit mempercayainya. Tubuhnya bergetar, menyambar keluar dari gerbang megah, diikuti kerumunan besar di belakangnya.
"Zi Yue, benar-benar dia! Bulan Purnama Kecil keluarga kami telah kembali!" Sesepuh lain bergetar berkata.
Baik Ji Haoyue maupun Ji Ziyue, keduanya adalah jenius paling termasyhur di Keluarga Ji. Menginjakkan kaki di Jalur Kuno, berpisah bertahun-tahun, tak disangka mereka kembali. Ini sebuah keajaiban.
Perlu diketahui, di zaman kuno, hanya segelintir orang yang menginjak jalan ini bisa kembali.
"Anakku, benarkah ini kau..." Beberapa orang-orang tua Keluarga Ji melangkah mantap menyambut, tubuh fisik bergetar. Meski tahu ini Ji Ziyue, tetap bertanya demikian.
"Aku... aku kembali." Ji Ziyue mengusap air mata, bulu mata panjangnya berkedip-kedip, memperlihatkan senyuman. Tangisan tadi adalah air mata kebahagiaan, air mata kegembiraan.
"Cepat laporkan pada kepala keluarga! Mutiara keluarga kita telah kembali."
Seseorang memukul lonceng emas. Bukan lonceng peringatan, melainkan lonceng suci untuk mengumpulkan figur penting. Bunyinya jernih dan panjang, hanya bergema pada peristiwa besar.
Gelombang suara lonceng yang bergema membelah keheningan keluarga kuno ini. Sekelompok orang muncul secara megah - pria dan wanita, tua dan muda - menyambut keluar. Ada yang merupakan penguasa Keluarga Ji, ada pula orang kepercayaan.
“Zi Yue!” Seorang wanita paruh baya yang anggun namun bermata sembap berlari mendekat. Ji Ziyue pun segera menyambutnya, memeluk erat sambil memanggil "Ibu".
Kini Kepala Keluarga Ji adalah ayah Ji Ziyue. Senyum terkekang di wajahnya menyiratkan gejolak dalam hati.
"Kakakmu... dia..." Setelah lama tertawa sambil menangis, wanita paruh baya itu akhirnya bertanya dengan suara bergetar, takut mendengar kabar buruk.
"Dia baik-baik saja. Masih berlatih di Jalur Kuno dan belum ingin pulang," jawab Ji Ziyue sambil mengusap air mata.
Seluruh anggota Keluarga Ji menghela napas lega, lalu disusul sukacita tak terkira. Dua orang selamat - satu telah pulang, satu masih berjuang - kabar terbaik yang bisa mereka dapatkan.
"Sedikit yang bisa kembali setelah menginjakkan kaki di Jalur Kuno! Ini pertanda kejayaan Keluarga Ji!" teriak seorang tetua dengan penuh semangat.
"Benar! Putra kami berhasil kembali dengan selamat dari Jalur Kuno. Ini awal dari keemasan sepuluh ribu tahun!" sorak seluruh anggota dengan gembira.
“Untung dulu kami menghalangimu, tidak ikut berlarian kacau dengan si konstitusi fisik suci itu. Kalau tidak, mana mungkin ada pencapaian seperti sekarang. Bersamanya tak akan ada hasil baik.” Seorang sesepuh Keluarga Ji berkata, pejabat peringkat kedelapan yang berasal dari aliran paling memusuhi Ye Fan dulu.
Ji Ziyue langsung mengerutkan alis, wajahnya berubah muram.
“Lao Ba, hari bahagia ini kok bicara sembarangan. Zi Yue sudah kembali, ngapain membahas hal-hal yang sudah lewat?!” Sesepuh berpangkat lebih tinggi melotot.
“Sudahlah. Kurasa si bocah itu takkan jadi ancaman berarti.” Lao Ba dari sesepuh Keluarga Ji bergumam. Ji Hui yang dulu dibelanya mati di tangan Ye Fan, hingga kini rasa benci masih mengendap di hatinya.
“Ini semua...” Para sesepuh Ji memandang ke depan. Roc bersayap emas, Qingluan, singa emas, Buaya Naga Sembilan Ekor... Setiap makhluk memancarkan aura mistis yang menggetarkan, jelas-jelas burung suci dan raja binatang yang menakutkan.
Ye Fan melangkah keluar dari belakang Kedua belas Santo selangkah demi selangkah. Angin menerbangkan rambut hitamnya, memperlihatkan wajah tampan dengan keteguhan di mata yang jernih.
"Apa, itu kau?!" Sesepuh kedelapan Keluarga Ji tak sengaja mundur beberapa langkah besar.
Yang lain pun terkejut hebat. Mereka telah mengenali siapa orang ini! Bertahun-tahun telah berlalu, kabar tentang Ye Fan yang juga menginjakkan kaki di Jalur Kuno, tak disangka kini telah kembali.
"Dia yang mengantarku pulang, dan semua Santo Raja ini adalah pengikutnya," bisik Ji Ziyue kepada orang tuanya, sekaligus memperdengarkan hal ini kepada para sesepuh.
