Satu tebasan pedang yang mengguncang jiwa. Sinar pedang menguasai medan tempur sejuta li, hampir menyentuh kepala Merak Raja. Rambut hitam beterbangan, berhamburan di udara berubah menjadi bulu Merak lima warna. Batang demi batang memancarkan kilau kristalin, beterbangan bagai salju, lalu sekejap remuk berkeping-keping.
“Merak Raja murka, sebagai Pelindung Dharma agama Buddha masa kini, siapa yang berani melukai tubuhnya? Bertahun-tahun menerima penghormatan semua makhluk hidup, hari ini justru berulang kali dipaksa tunduk.”
“Dia mengayunkan Genderang Penakluk Iblis, sorot mata dinginnya menusuk ke arah Ye Fan. Senjata pusaka Buddha ini memancarkan aura menggila, seolah meruntuhkan masa lalu hingga masa depan. Kekuatan Buddha nan tak bertepi ini, setiap helainya bagai galaksi bintang yang bergulung.”
“Bzz!”
“Kendi Hijau di kepala Ye Fan berguncang, memancarkan cahaya hijau bergelora bagai alam semesta yang sedang tercipta. Karatnya lenyap, seluruh permukaannya memancarkan kilau kristalin yang menyala sendiri, bertarung melawan Tongkat Suci Jalan Tertinggi.”
“Pedang Pembunuh di tangannya juga memancarkan aura mematikan. Senjata ini sangat unik, aura pembunuhnya melampaui semua senjata Kaisar. Gambar Pembantaian Dewa di permukaannya berpendar hidup bagai manusia sesungguhnya, menghancurkan prinsip alam semesta.”
Ini adalah benturan hebat yang mengerikan, kilatan cahaya memancar-menyembur dengan dahsyat. Di sampingnya, Putri Ulat Dewa dan Ji Ziyue juga masing-masing menggerakkan senjata Kaisar, membantai Merak Raja.
"Cis!"
Pada momen kunci ini, meski dilanda amarah, dia terpaksa memilih mundur. Kekuatan keyakinan agama yang tak terhingga menyelimuti langit dan bumi, membentuk jembatan yang menuju Gunung Sumeru. Dia menginjakinya, melintasi ruang-waktu untuk melakukan penyeberangan.
"Jangan lari!"
Beberapa senjata Kaisar mengepung, semua memancarkan cahaya siap menghancurkan. Terutama bayangan samar di dekat Ji Ziyue yang lebih mengerikan lagi, melebur dengan ruang hampa menjadi entitas tunggal yang ada di mana-mana. Kali ini dia langsung memegang cermin Kaisar untuk memotong jalan depan.
"Aroma kebusukan memenuhi tubuhmu, hidup sampai zaman ini pun takkan bisa kau ubah nasib. Orang sepertimu seharusnya sudah lama kembali ke debu tanah." Merak Raja menghardik. Di belakangnya, lima warna cahaya magis menyembur ke langit, mengkristalkan kekuatan keyakinan, sambil menopang Genderang Penakluk Iblis. Ketiganya bersatu, menghantam jatuh.
Braak! Suara ledakan dahsyat menggema. Kekuatan seluas lautan menyapu ke bawah, memenuhi setiap inci ruang, bagaikan galaksi bintang di alam semesta yang runtuh.
Sesepuh itu ekspresinya tetap tenang, siluetnya semakin samar dan memudar. Namun Cermin Ruang Hampa justru berkilau bak matahari terik, berubah wujud menjadi perisai yang berdiri di depan. Permukaannya dipenuhi berbagai tulisan rune, memantulkan kilatan cahaya magis.
Hal yang mengejutkan terjadi. Kekuatan mengerikan yang datang menghantam dalam skala masif dari depan, seluruhnya dipantulkan balik. Cermin Kekaisaran menggunakan cara musuh untuk menyerang mereka sendiri. Tindakan semacam ini membuat bulu kuduk merinding.
Merak Raja wajah berubah pucat, tergesa-gesa terlempar mundur sambil mengerahkan Genderang Penakluk Iblis untuk menahan serangan. Hasilnya, darah dan qi-nya bergolak hebat, seluruh tubuhnya gemetar.
Di saat yang sama, Ye Fan dan Putri Ulat Dewa tiba kembali. Dengan gaya terbuka lebar dan bersatu, getaran senjata Kaisar membentang luas, menelan langit-bumi!
Tiga-empat senjata Kaisar beresonansi serempak, bersama-sama menghadang Merak Raja. Energi menyapu rasi bintang, aura keberuntungan menguap, sinar immortal berkilauan, memancarkan cahaya pelangi di tempat ini hingga wilayah sekitar tampak kabur.
"Bunuh!"
Di dahi berkilau pucat Merak Raja muncul aksara Buddha yang memancarkan aura kesempurnaan tertinggi. Dengan mengaitkan kehendak batin Gunung Sumeru, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyerang.
"Braak!"
Gunung Sumeru berguncang bak tungku tembaga pelebur langit-bumi yang terbalik, hampir menghancurkan dunia. Kekuatan mengerikan tak terbatas menyembur deras, beresonansi dengan aksara Buddha di dahinya.
Merak Raja menembus langit dan menggoncang bumi, menghindari Ye Fan, Putri Ulat Dewa, dan yang lain, tidak melawan mereka secara frontal. Berubah menjadi aura ilahi menyusur ke bawah, berusaha kabur.
Sayangnya, pertahanan beberapa orang terlalu ketat, pondasi dasar tak bisa menerobos halangan.
"Amitabha Buddha, baiklah, baiklah." Biksu tua dari Gunung Sumeru, Maha Kasyapa, melantunkan mantra Buddha. Tiba-tiba dia bergerak. Menerobos awan-awan ke atas, menggunakan metode terlarang. Tak terhitung kekuatan keyakinan agama yang dipindahkan dari Gunung Sumeru, dibawa bersama gemuruh guntur. Energi Dewa yang mengerikan mengguncang Sembilan Langit.
Pada detik ini, Maha Kasyapa bagaikan śarīra, memancarkan cahaya Wu-liang. Membuat Gunung Sumeru bersorak-sorak, sinar menembus awan-awan.
Lebih tepatnya, di tangannya menggenggam śarīra misterius. Dia bersujud dengan penuh kesungguhan, mempertahankan posisi khusus ini sambil terbang ke langit, menimbulkan keheranan.
Merak Raja Agung Mingwang merasakan energi dahsyat itu. Pada detik ini, seluruh Gunung Sumeru seakan hidup kembali, menjelma menjadi makhluk hidup raksasa yang memancarkan energi ilahi ke segala penjuru.
Dia berusaha keras menerobos, berupaya menyatu dengan Moke yang sedang memberikan bantuan dari atas.
"Jangan-jangan ini adalah śarīra Buddha? Sungguh luar biasa, kekuatan keyakinan agama Gunung Sumeru yang begitu besar bisa diaktifkan secara terbalik!"
Para penonton pertarungan melihat dengan jelas. Kekuatan keyakinan agama yang telah berlipatganda kekuatannya itu membentuk jembatan raksasa yang menyambung ke langit, tiba-tiba muncul tepat di bawah kaki Merak Raja Agung.
Tak ada yang menyangka biksu tua Moke memiliki taktik melawan Langit seperti ini. Upaya penyelamatan Merak Raja Agung Mingwang benar-benar di luar perkiraan semua pihak.
Para Santo dari domain luar menyimpan keirihatian. Ingin sekali mereka mengganggu proses ini, membuat kedua belah pihak saling menghancurkan. Namun kekuatan senjata Kaisar terlalu dahsyat, siapa yang berani mengambil risiko?
"Braak!"
Tiba-tiba, bencana supernatural terjadi.
Di langit kosong itu, sebuah aura mengerikan tiba-tiba pecah, meremukkan ruang hampa udara, memotong rata kuantitas keyakinan agama tak terhingga, dan memblokir jalan depan.
Ini adalah sebuah guci iblis yang memancarkan aura energi membuat matahari, bulan, dan bintang-bintang gemetar, menjuntai lapisan demi lapisan kilau gelap yang meruntuhkan berbagai langit sepanjang masa, menggetarkan nyali para pahlawan di segala penjuru.
Tubuh guci terlihat sederhana seperti tembikar, dengan pahatan-pahatan bergaris indah menyerupai postur dewi seorang gadis anggun yang tertanam di permukaannya, memancarkan getaran yang membuat tak terhitung pahlawan perkasa sepanjang sejarah merinding ketakutan.
Guci Penelan Langit!
Guci iblis yang membuat wajah orang berubah pucat dan mengguncang sepanjang masa ini muncul di sini, menyerang ke segala penjuru biksu tua, meruntuhkan jalan depan, mulai menyerap keyakinan agama dalam jumlah tak terbatas.
Sang Kaisar ini mana ada yang tak kenal? Membasmi iblis di sembilan langit dan sepuluh bumi, membuat para Yang Maha Agung dari seluruh wilayah di alam semesta gemetar, segala makhluk bersujud, mengguncang masa lalu dan kini.
Meskipun dia telah tiada, tidak berada di dunia fana ini, namun guci iblis yang ditempa dari tubuh fisiknya masih hidup. Bahkan ada yang mengatakan, ini merupakan bentuk keabadian alternatif dari Kaisar Kejam.
Chu!
Kekuatan keyakinan agama remuk dihancurkan. Guci Penelan Langit berdengung halus. Saat tutupnya terbuka, langit dan bumi seolah tertelan. Segala sesuatu akan dilebur, tak tertandingi.
Dari Tiga Belas Bandit Besar, muncul tokoh-tokoh misterius: Si Tua yang Tak Kunjung Mati, Orang Tua Buta, Tu Tian, Jiang Huairen dan lainnya. Mereka menyatukan kekuatan untuk mengaktifkan senjata Kaisar ekstrim ini, memancarkan energi dewata yang paling mengerikan.
Ini adalah strategi cadangan rahasia yang menunjukkan taringnya di momen genting!
Duan De tidak hadir, saat ini masih belum bisa keluar dari kokon energinya. Namun ia meminjamkan Tutup Iblis Penelan Langit. Ketika dua "setengah senjata Kaisar" ini bersatu, kekuatan sucinya menggetarkan semesta.
Perubahan ini terlalu mendadak. Semua orang mengira seluruh senjata Kaisar telah dimunculkan. Tak disangka di detik-detik terakhir justru muncul satu lagi, membuat seluruh peristiwa ini terguncang.
Pertempuran hari ini ditakdirkan tercatat dalam sejarah! Hanya dengan kemunculan senjata Kaisar dalam jumlah sebanyak ini saja sudah menjadi peristiwa besar yang luar biasa!
Guci Penelan Langit langsung menghantam, membuat kekuatan keyakinan agama berhamburan.
Biksu tua Mo Ke mempertahankan posisi aneh, kedua tangan menyangga śarīra kristalin, berlutut di ruang hampa sambil menatap pertempuran di langit tinggi. Tiba-tiba dia diserang mendadak, wajahnya langsung berubah pucat.
Takkan bisa menahan, dia terbang menjauh dengan gesit. Kekuatan keyakinan yang dipadatkan dengan paksa membentuk baju perang kehendak batin, sementara śarīra melindungi tengah dahinya.
Sebagai Maha Santo, serangannya dengan meminjam kekuatan keyakinan tak terbatas setara dengan menggunakan senjata Kaisar. Tapi serangan tiba-tiba ini datang agak terlambat.
Helai-helai kilau gelap menjuntai. Meski tidak tepat mengenai sasaran, tetap menembus baju perang kehendak batin dan menyentuh tubuh fisiknya. Seketika dia menjerit keras.
"Brak!"
Kaki Biksu Tua Mo Ke hancur, kemudian terpotong-potong ke atas berubah menjadi kabut darah, menyebar sepanjang tubuhnya, bahkan kekuatan keyakinan agama tak mampu menahan.
"Ah……" Dia tidak tahan mengeluarkan teriakan, melihat kerusakan sudah mencapai pinggang, dalam sekejap mata dia mengurai tubuhnya sendiri, seluruh bagian di bawah kepala meledak menjadi lumpur darah.
Namun, situasi lebih buruk dari yang dia bayangkan. Guci Penelan Langit terlalu mengerikan, bahkan seberkas aura energi yang hanya menyentuh sekilas pun tak bisa ditawar.
Akhirnya, kepalanya juga meledak, hanya menyisakan śarīra sebesar kepalan tangan yang dia pegang, memancarkan kilauan berbagai warna dan menyemburkan sinar sakti ke cakrawala luas tak bertepi.
Baru pada saat inilah śarīra misterius ini benar-benar terbangun, memiliki nyawa.
Merak Raja mendongak sambil meneriakkan lolongan panjang. Meski seorang wanita, aura megahnya seolah mampu menelan galaksi bintang. Potongan rambut indahnya menari-nari, sementara aksara "Buddha" di dahinya yang berkilau memancarkan sinar semakin kuat.
Śarīra misterius yang menjulang ke langit itu tak disangka menyatu dengan aksara Buddha-nya, bagai ilusi dalam mimpi, membuatnya langsung menghilang dari titik awal sambil memancarkan kekuatan Buddha yang aneh.
"Apa? Ini getaran tingkat Kaisar! Mungkinkah ini śarīra peninggalan Kaisar Amitabha Buddha?" Semua orang tertegun.
Peristiwa hari ini sungguh mengejutkan. Mulai dari kemunculan senjata-senjata Kaisar, hingga kemunculan harta karun yang diduga śarīra tingkat Kaisar, membuat tatapan semua orang menyala-nyala.
"Apa yang terjadi jika menyatu dengan bibit kehendak batin peninggalan Amitabha?" Di tepi Gunung Sumeru, Jubah Sutra Dewa menenggak anggur dari labu ajaib merah tua sambil bergumam dalam keadaan mabuk.
Dari awal hingga akhir, dia tidak pernah terlibat dalam pertempuran, bagaikan pengunjung lesu yang hanya menyaksikan bangsanya bertempur, tanpa sedikitpun semangat.
"Jangan lari!" Zirah Putri Ulat Dewa kembali berubah wujud, menjelma menjadi seekor Kun Peng yang mengulurkan sepasang cakar raksasa untuk menyobek ke bawah.
Meski kehilangan siluet Merak Raja, berdasarkan instingnya, sang putri tetap bertindak dengan memfokuskan serangan ke arah tersebut.
Bersamaan itu, Cermin Ruang Hampa berpendar dengan kilau kristalin, memancarkan sinar peri di angkasa yang segera mengungkap posisi tubuh asli Merak Raja - ternyata telah turun dari domain luar mendekati Gunung Sumeru.
Guci Penelan Langit di bagian bawah berguncang, memancarkan kilau gelap bagaikan Buli-Buli Jalan Agung yang sempurna. 10.000 untaian aura energinya menghujam Gunung Sumeru dan memicu cahaya menggila.
Secercah sinar gelap menyambar kaki Merak Raja, membuat separuh tubuhnya hancur berkeping dengan kabut darah beterbangan.
"Cis!"
Dalam proses ini, Ye Fan juga bertindak. Pedang Kaisar di tangannya menghujam ke bawah, berubah menjadi sinar merah yang menggemparkan langit dan bumi. Dengan suara "brak", lengan kanan Merak Raja terpenggal dan meledak di tempat itu.
Jelas, ini merupakan konsekuensi bencana. Merak Raja secara berturut-turut terkena sasaran Guci Penelan Langit dan Pedang Pembunuh Mahadewa Lingbao. Bahkan jika dia sudah mencapai tingkat Zhun-Di sekalipun, tetap tidak akan mampu menahan serangan ini.
Bangkai tubuhnya meledak seinci demi seinci, daging dan darah hancur berantakan. Secara logis, jiwa dan raganya pasti akan tercerai-berai, mati tanpa kuburan.
Namun hal mengejutkan terjadi. Śarīra Buddha di dahinya memancarkan kilauan gemilang, menerangi seluruh Gunung Sumeru. Relik suci ini melindungi kepalanya, membawa serta Genderang Penakluk Iblis dan jatuh di depan pohon Bodhi kering Kuil Maha Genta Suara.
“Apa itu, bisa menetralisir aura pembunuhan senjata Kaisar?!” Tidak hanya Ye Fan dan kawan-kawan yang terkejut, bahkan para Santo dari domain luar dan klan kuno pun terpaku.
“Bodo amat apa itu, yang penting bukan Amitabha Buddha yang hidup kembali! Kalau sampai Dewa datang pun takkan berguna!” Kubu Ye Fan sudah bersiap melancarkan serangan lagi.
Tiba-tiba, wujud Buddha raksasa muncul dari depan Kuil Maha Genta Suara. Aura mengerikannya membuat semua orang sesak napas, getaran kehidupannya benar-benar di luar dugaan!
Anggota kubu Ye Fan seperti Li Tian dan kuda naga ingin menghajar mulut mereka sendiri. Mulut gagak mereka tadi sembarangan bicara - ini benar-benar getaran kehidupan tingkat Kaisar!
Seluruh dunia gempar. Para Santo bersujud takluk, tak kuasa menahan aura intimidatif yang perkasa ini. Mereka tanpa sadar membenturkan dahi ke tanah!
