Pasukan Malaikat berdiri di udara, semburan petir sebesar gunung menghujam dari langit. Lalu lautan energi jatuh - ini adalah tribulasi Maha Santo yang mengguncang alam semesta.
Semua orang termangu: Siapa ini? Di bawah sorotan ribuan mata, tak ada yang mengenali wajahnya. Sosok ini belum pernah terlihat sebelumnya.
"Bahkan sekuat ini... Dia hendak melewati legenda - tribulasi Maha Santo?!"
Orang-orang terkejut. Seberapa kuatnya hingga memicu lautan petir mengerikan ini? Langit seolah hendak runtuh.
Seketika, samudra petir bergelora. Energi chaos mengamuk, terkoyaknya dimensi. Cahaya menyala-nyala tanpa batas menjulur ke bawah. Aura ini membuat bulu kuduk merinding, walau terpisah jarak tak terhingga, Kemurkaan Langit tetap terasa!
Memilih momentum ini untuk tribulasi, menghantam Gunung Sumeru dengan petir 10.000 zhang - semua tergetar. Sungguh nyali baja yang dimiliki orang ini.
Yang paling membuat bulu kuduk merinding adalah kekuatan Bencana Langit ini, begitu agung megah dan tak terbatas. Awalnya hanya kilat sebesar gunung, namun kini bagaikan Qian Kun terbalik dan alam semesta runtuh.
Ini adalah dunia petir langit yang maha luas, tak ada satu pun tempat yang luput dari Ganjaran Langit. Bertumpuk bagai gunung, mengalir bagai lautan, misterius tak terukur.
Tribulasi Maha Santo sangat langka, sungguh sedikit orang di dunia fana yang pernah menyaksikannya. Umumnya para kultivator akan memilih zona tak berpenghuni, mempertaruhkan nyawa dengan seluruh kemampuan untuk melawan, sekaligus waspada terhadap gangguan.
Meski menghadapi Bencana Langit sebesar ini, sikap Pasukan Malaikat tetap tenang. Hal ini tentu memicu decak kagum yang tak terhindarkan.
Hanya Ye Fan yang tahu keistimewaan masa lalu Pasukan Malaikat. Energinya sesungguhnya ditekan sangat kejam di Bumi. Seandainya ia kultivasi di tempat lain, prestasinya pasti sudah mengguncang dunia.
"Jika berhasil melewati Tribulasi mengerikan sebesar ini, dunia fana akan kedatangan satu Maha Santo baru yang sangat menakutkan."
"Pada saat ini, para Santo dari domain luar semuanya berubah wajahnya, sementara suku-suku purba juga merinding ketakutan. Tribulasi Pasukan Malaikat ini sungguh luar biasa, bahkan disertai fenomena aneh sembilan matahari mengapung di angkasa."
"Pada klimaksnya, matahari kesepuluh muncul, membuat seluruh tubuhnya berkilauan bagai terbuat dari emas. Rambut emasnya berkibar-kibar, seolah hendak bertransformasi menjadi dewa terbang."
"Dia memegang tombak naga, mengarahkannya miring ke Langit Selatan, menghadapi bencana kosmik ini. Dengan tubuhnya ia melawan Kemurkaan Langit, tanpa secuil pun rasa takut."
"Braak!"
"Bagai proses penciptaan alam semesta, lautan petir bergulung-gulung tak bertepi, energi chaos bergelora. Di pusat badai, Pasukan Malaikat yang sakti dan suci itu menyapu hukuman langit dengan sorot mata tajam nan menggetarkan."
"Sepuluh matahari surgawi mengambang berjajar, silaunya menyilaukan mata. Ini adalah manifestasi aura megah - siapapun yang memiliki fenomena abnormal saat tribulasi, pasti akan termasyhur sepanjang masa dengan kekuatan tak tertandingi."
"Orang ini sungguh mengerikan! Ternyata bisa menekan level kekuatannya, memilih waktu dan lokasi sendiri, mengontrol ritme tribulasi, baru melepaskannya sekarang."
Lautan petir yang tak terhitung jumlahnya menghantam Gunung Sumeru. Semua orang paham, Pasukan Malaikat ingin menggunakan Bencana Langit untuk menghantam agama Buddha. Jika senjata Kaisar sekte ini ikut menghadapi tribulasi, konsekuensinya akan menjadi bencana.
Ye Fan, Ji Ziyue, Putri Ulat Dewa, dan si tua yang tak kunjung mati telah menerima pesan telepati rahasia dari Pasukan Malaikat. Mereka semua mundur dengan membawa senjata Kaisar, tak berani menyentuh sedikitpun.
Hujan petir memenuhi langit menyambar Gunung Sumeru, namun gunung suci itu tetap berdiri kokoh tak tergoyahkan. Semua yang menyaksikan terpaku. Meski tahu tanah suci Buddha tak akan ditembus, menyaksikan langsung Ganjaran Langit seperti ini tetap membuat bulu kuduk merinding.
Ini adalah tribulasi Maha Santo! Kilatan listrik yang tak terhitung jumlahnya bahkan tak mampu merusak sehelai rumput pun di Gunung Sumeru. Sungguh mengerikan sampai membuat bulu kuduk berdiri.
Rupanya Gunung Sumeru memiliki sesuatu yang mirip dengan formasi penipu langit. Jika tidak, mustahil sekuat ini.
"Braak!"
Saat ini, kekuatan keyakinan agama Gunung Sumeru tiba-tiba melawan Langit, menyapu seluruh cakrawala. Luar biasa, lautan petir nyaris habis terbakar bersih seketika.
Semua orang terdiam takjub, sulit mempercayai pemandangan ini. Gunung Sumeru sungguh perkasa! Tulisan rune macam apa yang muncul darinya, sampai-sampai bisa menelan Bencana Langit?
Kekuatan keyakinan agama bak lautan menghancurleburkan Ganjaran Langit, melawan arus menyerang ke atas.
Tribulasi yang lebih mengerikan datang. Petir-petir itu menghantam Pasukan Malaikat dan membentur Gunung Sumeru tanpa henti, bagai galaksi bintang yang turun bertubi-tubi, semakin kuat.
Tribulasi besar ini berlangsung penuh dua shichen. Pasukan Malaikat berhasil naik tingkat menjadi Maha Santo, bahkan langsung mencapai dua lapisan langit, melompati ambang lantai pertama.
Sayangnya, meski Bencana Langit tak berujung, Gunung Sumeru tetap utuh. Di puncak gunung raksasa Tong Tian itu, seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Semua orang menghela napas, Pasukan Malaikat memang mengagumkan, tetapi mustahil benar-benar mengandalkan tribulasi untuk menghancurkan Gunung Sumeru. Bahkan jika Ye Fan mengandalkan tribulasi kilat berbentuk manusianya pun belum tentu berhasil.
Gunung Sumeru bagaikan benteng kokoh, untuk sementara tak mampu melukai.
Pasukan Malaikat memperbaiki luka-lukanya, mengisi ulang Energi Dewa, akhirnya aura darahnya menggila, energinya mencapai puncak kesempurnaannya. Setelah semuanya selesai, dia tidak mundur, malah meminta Ye Fan dan kawan-kawan memberkatinya dengan senjata Kaisar untuk berjaga dan membantunya.
Pasukan Malaikat duduk bersila di ruang hampa dengan wibawa sakral, melantunkan mantra kuno menghadap Gunung Sumeru.
"Apa yang dia lakukan? Mungkinkah masih ingin menggoyahkan agama Buddha sendirian?" Banyak orang meremehkan. Meski para Santo dari domain luar mengakui kekuatannya cukup besar, menghancurkan Gunung Sumeru tetap seperti semut menggoyang pohon.
Namun, hal yang membingungkan dan di luar akal sehat terjadi di Gunung Sumeru. Berlapis-lapis kekuatan Buddha berubah menjadi hujan cahaya, menyapu segala penjuru.
Di TKP, seseorang langsung terkejut. Saat hujan cahaya jatuh, mereka merasakan kehangatan bagai angin musim semi dan menyerap energi penuh ketenangan.
"Nutrisi balik!"
Tak lama kemudian, semua orang memahami apa yang dilakukan Pasukan Malaikat. Ternyata dia bisa membalikkan kekuatan keyakinan agama, menguraikannya menjadi hujan cahaya yang menghujani semua makhluk hidup dengan berkah.
Ini adalah proses terbalik. Jika Gunung Sumeru memadatkan kekuatan keyakinan agama, maka dia justru bertindak berlawanan dengan kebiasaan - mencairkannya dan menyinari segala penjuru.
"Braak!"
Di dalam Gunung Sumeru, Biksu Tua Mo Ke langsung tidak tahan duduk diam. Dia menghantamkan tinju Maha Santo ke arah Pasukan Malaikat untuk menghentikan prinsip aneh ini.
"Cis!"
Ye Fan langsung menebas pedangnya. Berdiri di samping Pasukan Malaikat, tentu dia takkan membiarkan Maha Santo Buddha berhasil. Tebasannya membelah tinju cahaya raksasa itu.
“Ini merusak pondasi dasar Gunung Sumeru, meluluhlantakkan tempat ini dari akarnya!” Semua orang melihat keajaiban teknik ini, tertegun sambil bertanya - Siapa yang memiliki taktik sehebat ini?
Banyak yang bingung, merasa ini di luar akal sehat. Taktik terlarang agama Buddha yang mustahil diketahui orang luar. Pria berambut emas ini benar-benar tidak biasa.
Ye Fan tentu paham mekanismenya. Dari mana Pasukan Malaikat berasal? Vatikan, tanah suci yang juga mengkonsentrasikan kekuatan keyakinan agama. Mustahil ia asing dengan rahasia semacam ini.
Meski tak bergantung pada kekuatan iman dalam perjalanan kultivasinya, mustahil ia tak paham tabu semacam ini setelah hidup di lingkungan itu. Tentu ia memiliki "taktik inversi" untuk situasi seperti ini.
Putri Ulat Dewa, Si Tua yang Tak Kunjung Mati, Ji Ziyue, dan lainnya berdiri mengelilinginya sebagai pelindung. Senjata Kaisar yang diberkati memancarkan sinar pelangi misterius nan perkasa, membentuk formasi pertahanan sempurna.
Senjata tingkat Kaisar tak hanya untuk menghancurkan. Daya lembutnya yang terarah bisa memberkati orang lain bila digunakan dengan tepat.
Membahas kekuatan Kaisar Kuno, umat manusia selalu teringat pada kekuatan tempur mengerikan mereka—seperti menghancurkan galaksi bintang, membuka kembali cakrawala, dan dianggap bisa membuat bintang-bintang runtuh hanya dengan sedikit gerakan.
Jelas ini cara pandang yang terlalu ekstrem. Jika demikian, bagaimana Kaisar Kuno bisa berinteraksi dengan keluarga dan teman? Kekuatan mereka tentu juga tercermin dalam kemampuan menumbuhkan segala makhluk.
Beberapa orang pernah beranggapan Kaisar Kuno terlalu kuat sehingga sulit menikah dan punya keturunan—ini jelas sudut pandang yang terlalu sempit.
Mereka bisa membuat kayu kering meregenerasi, membuat kelopak bunga layu mekar kembali, memulihkan masa muda orang tua renta. Kekuatan mereka tak hanya tercermin dalam kehancuran dan kekerasan, tapi juga kelembutan yang menyejukkan bagai embun musim semi.
Putri Ulat Dewa dan Ji Ziyue sama-sama memberkati dengan senjata Kaisar. Kabut cahaya primordial mengalir, memberkati tubuh Pasukan Malaikat untuk membantu mengoperasikan kekuatan spiritualnya dan melumatkan kekuatan kehendak Gunung Sumeru.
Ye Fan mundur, pedang pembunuhnya ini sangat sulit dikendalikan. Dibandingkan senjata Kaisar lainnya, ia terlalu istimewa dengan aura yang berlebihan. Jika tidak hati-hati, alih-alih menghidupi Sang Ksatria Suci, malah mungkin membelahnya menjadi debu.
"Braak!"
Dengan bantuan senjata Kaisar, prinsip Sang Ksatria Suci bergemuruh bagai lautan, melesat cepat menuju Gunung Sumeru. Begitu bersentuhan dengan kehendak batin, langsung menguap menjadi hujan cahaya tak terhingga yang menghujani segala penjuru.
"Apa yang terjadi?"
Pada hari itu, di seluruh wilayah Barat, Orang Biasa dari pria, wanita, tua muda semua terkejut. Hujan cahaya menyentuh tubuh, penyakit melemah, konsentrasi menjadi tajam.
Ini adalah kehendak batin yang mereka kontribusikan melalui kesungguhan dalam memuja Buddha. Kini "memberi kembali", secara alami menciptakan pengalaman berbeda dalam sekejap.
Di depan Gunung Sumeru, banyak cultivator tertegun. Tidak sedikit dari mereka yang juga tersiram hujan cahaya, menyegarkan seluruh tubuh hingga puncak. Gunung Sumeru sedang "memberi", mengubah kecenderungan "mengambil" yang selama ini berlaku.
Hanya dengan datang langsung ke TKP seseorang bisa memahami betapa mengerikannya pembalikan ini dan apa artinya. Semua orang takjub dengan taktik Pasukan Malaikat yang bahkan bisa menggoyahkan kehendak batin Gunung Sumeru.
"Amitabha Buddha!" Biksu tua Maha mengucapkan mantra. Sementara Merak Raja tetap berwajah dingin, menatap tajam ke arah sini.
Hujan cahaya tak terbatas beterbangan, pada hari itu seluruh wilayah Barat mengalami fenomena serupa. Banyak orang biasa sembuh dari berbagai penyakit, tubuh mereka menjadi jauh lebih kuat. Ini merupakan tindakan yang memberkati semua makhluk.
Aura Gunung Sumeru langsung berkurang satu lapis, membuat para Arahat Tubuh Emas, Bodhisattva, dan patung Buddha kuno tertegun dan menunjukkan wajah khawatir.
Li Tian dan Dongfang Ye tentu saja sangat gembira. Ini benar-benar taktik melawan Langit yang tak terduga, tak disangka Pasukan Malaikat memiliki kehebatan seperti ini, memicu perhatian semua pihak.
Namun, sungguh sayang, setelah situasi ini berlangsung beberapa waktu, Pasukan Malaikat tak mampu lagi mengurai Gunung Sumeru. Kehendak batin yang murni terakumulasi di sana, lebih berat daripada matahari, bulan, dan bintang-bintang.
"Ada apa? Belum mampu?" Ye Fan bertanya.
Pasukan Malaikat menghela napas, berkata: "Amitabha Buddha adalah sosok welas asih sejati. Taktik semacam ini tak berguna baginya."
Semua orang bingung, meminta penjelasan detail darinya.
Gunung Sumeru yang agung sejak zaman kuno memiliki kekuatan dahsyat. Orang biasa bersujud menyembah, namun ada juga yang memuja Bodhisattva atau Buddha kuno lain. Beberapa Tuan dalam agama Buddha hanya pandai mengambil, mudah meluluhlantakkan kehendak batin ini dan mengembalikannya kepada makhluk hidup.
Tapi sejak dulu hingga kini, prinsip dan bibit kehendak batin yang ditinggalkan Amitabha terus beroperasi sendiri - ada yang memberi dan mengambil. Makhluk hidup memujinya dengan memberikan kehendak batin, sementara Beliau juga menghidupi mereka. Inilah keseimbangan.
Kini, Pasukan Malaikat bisa menghancurkan kehendak batin orang lain, namun tak bisa menyentuh sedikit pun kehendak batin yang terkumpul dari keyakinan pada Amitabha Buddha.
"Ini adalah hukum dan kelas Kaisar," Ye Fan menghela napas. Jelas mustahil dipecahkan. Ada yang pergi dan ada yang bertahan, kehendak batin ini datang secara jantan. Meski Pasukan Malaikat tahu rahasia keyakinan agama, tetap tak bisa menyentuh kekuatan welas asih agung ini sedikitpun.
"Apa yang harus kami lakukan?" Di detik ini, semua orang kehabisan akal. Tak bisa menyerbu masuk, juga tak bisa lagi meluluhlantakkan keyakinan agama. Gunung Sumeru sekuat benteng.
"Sepertinya hanya tersisa satu solusi." Ye Fan berkata dengan pandangan tegas, memandang ke kejauhan seluruh daratan Barat.
