Jalan Menjadi Dewa? Hati Ye Fan bergetar, meski ada kecurigaan bahwa tempat ini mungkin terkait dengan Xian, tapi tetap tak bisa menahan keterkejutannya - ternyata benar-benar menemukan jalan seperti ini!
Sang nenek ingin membuka kembali jalan kuno, menembus kebingungan, menghidupkan kembali situs purba, merekonstruksi bentuk asli dunia mini ini sebelum keruntuhan.
Tak diragukan lagi ini sangat sulit. Kekacauan telah menghancurkan segalanya di sini, kini hanya menyisakan kegersangan. Tanah suci ini benar-benar terputus rata.
Jalan Menjadi Dewa dari jutaan tahun silam - entah di awal era purba atau akhir zaman mitos, tak bisa diverifikasi. Seseorang pernah mencoba menerobos masuk ke Domain Xian di sini, meruntuhkan dunia mini ini hingga menciptakan pemandangan seperti sekarang.
“Siapa mereka itu?”
Satu demi satu nama muncul dalam benak Ye Fan: Apakah Mahadewa kuno, Kaisar Zun dari Istana Langit di akhir zaman mitos, atau mungkin Kaisar Keabadian?
Tak perlu diragukan, mereka yang menginjakkan kaki di Jalan Menjadi Dewa pasti akan menggemparkan sejarah.
Hanya tidak diketahui apakah gagal atau berhasil. Melihat kondisi tempat ini, bahkan formasi Kaisar pun telah hancur berkeping-keping, Jalan Menjadi Dewa juga terputus, pasti saat itu sangat sengit.
"Akhirnya menjadi masa lalu..." Ye Fan menghela napas pelan.
Untuk memasuki Domain Xian, dibutuhkan waktu yang tepat, lokasi yang tepat, dan kekuatan yang cukup kuat untuk melawan Langit - ketiganya tak boleh ada yang kurang!
Di mana Jalan Menjadi Dewa zaman ini akan terbuka, tak ada seorang pun yang bisa memastikan. Tempat ini hanyalah reruntuhan abadi yang menyaksikan kegemilangan pendahulu dan kesuraman setelah segala sesuatunya berakhir.
Yang bisa dilakukan nenek itu hanyalah membuka kembali kekacauan, merekonstruksi tanah suci di masa silam ini, mencari jejak-jejak Jalan Menjadi Dewa yang tertinggal sejak jutaan tahun lalu.
Mustahil memasuki Domain Xian dari sini lagi. Waktu berubah, lokasi pun secara alami ikut berubah. Tapi tak diragukan lagi tempat ini adalah harta karun yang terkandung cahaya Xian.
"Orang-orang di masa lampau tak tertandingi perkasa, pasti telah menembus Domain Xian. Jika tidak, cahaya Xian takkan jatuh ke dunia ini." ujar sang nenek.
Ada alasan untuk curiga bahwa Cahaya Xian Kutub Utara adalah energi spiritual dari Domain Xian. Di masa lalu, seseorang berhasil menghancurkan tembok yang tak tertembus selama ribuan tahun, membuat aura dunia itu membanjir kemari.
Qi Dewa atau cahaya keberuntungan ini tersegel dalam kebingungan, selama zaman yang panjang kadang-kadang tumpah seberkas, muncul di dunia luar.
"Ini adalah sosok kuat yang berhasil menyaksikan Domain Xian!"
Ye Fan menghela napas pelan. Xue Yue Qing juga pernah menginjakkan kaki di Jalan Xian, meruntuhkan tembok pertahanan. Namun di usia senja dengan fisik yang melemah, kejayaannya tak lagi seperti masa muda, akhirnya tumbang di tengah jalan tanpa sempat memasuki dunia itu.
Bagaimana dengan orang ini? Apakah nasibnya akan sama - berhasil menembus Domain Xian tapi akhirnya darah menetes di jalan? Kemungkinannya besar, karena tempat ini telah hancur total, bahkan formasi Kaisar nyaris musnah tak bersisa.
"Ye Fan memandangi Tu Fei sambil menghela napas, ia tahu kedatangannya kali ini masih belum tepat waktu. Nasib baik Tu Fei belum habis, masih dalam proses transformasi berulang, belum cocok untuk dibawa pergi."
"Getaran kesadaran spiritual yang intens tiba-tiba muncul. Tubuh Tu Fei terkunci dalam es abadi, tak bisa bergerak maupun bersuara, namun kesadarannya telah bangun selama bertahun-tahun. Kebangkitan energinya saat ini disertai kegembiraan yang meluap-luap."
"Xiao Yezi... benarkah ini kau?!"
"Aku, datang menjengukmu." Ye Fan berbisik lembut.
"Aku kini bagai mayat hidup, tak bisa bergerak. Sungguh ingin keluar dari sini!" Tubuh Tu Fei dipenuhi cahaya Xian yang belum sepenuhnya melebur, sehingga masih belum bisa dikendalikan.
"Bersabarlah. Cepat atau lambat akan tiba waktumu muncul ke dunia." Ye Fan menghibur.
"Di mana anjing terkutuk itu? Akan kuhabisi! Bajingan tak berguna, perwira tak bertanggung jawab..." Dendam Tu Fei meluap. Sebagai tukang bocor rahasia, kini ia tak bisa menahan diri menghujat Kaisar Hitam habis-habisan.
“Daging Peng enak, atau daging keledai enak?” Pikiran Tu Fei tak bisa diukur secara logis, baru saja mengumpat Kaisar Hitam, kalimat berikutnya sudah bicara makanan.
“Ada apa?” Ye Fan bertanya.
“Lapar.”
Ye Fan: “……”
“Berapa santa perempuan yang sudah kau taklukkan? Jangan habiskan semua, sebagai saudara aku tidak setuju, sisakan beberapa untukku!” Selain bocor mulut, saraf Tu Fei juga tebal, dengan cepat membuat alur cerita melompat lagi, membuat Ye Fan terdiam sejenak.
Terjebak bertahun-tahun begini, bajingan ini tetap jati diri tak bisa berubah.
“Xiao Yezi kau payah! Bahkan Yao Xi belum bisa kau taklukkan, Santa Perempuan Yao Chi sudah lebih dari seratus tahun tak dikunjungi, membuang kesempatan itu memalukan!” Si bocor mulut mulai mengoceh lagi.
“Baru saja bangun, jangan banyak urusi hal lain dong!” Ye Fan pusing.
“Aku ingin menyeruput teh pencerahan.”
“Dasar kakek! Bisa tidak pikiranmu normal, jangan loncat-loncat tak karuan!”
"Kaisar Hitam masih pakai celana dalam bermotif bunga? Ganti kulit anjing untuk dia!" Tu Fei lagi-lagi pikirannya melayang tak karuan.
“……”
Setelah otaknya loncat-loncrat tak karuan, akhirnya dia diam dan sangat tenang. Lama sekali baru dia terisak, "Liu Kou... mati..." Tangisannya meledak keras.
Di sinilah emosi aslinya keluar. Beberapa bandit kecil yang bersumpah jadi saudara, Liu Kou adalah kawan sehidup-semati Tu Fei. Tapi dia bahkan tak sempat mengantar kepergiannya, hati hancur berkeping-keping.
Ye Fan paham. Tu Tian dan si tua yang tak kunjung mati pernah datang ke sini, memberitahu Tu Fei semua hal tentang dunia luar. Wajar kalau hatinya penuh luka dan kepedihan.
Menangis tersedu-sedu berjam-jam, Tu Fei baru bisa tenang. Perlahan dia ngobrol dengan Ye Fan, tanya ini-itu. Akhirnya cuma bisa mengeluh dan menghela napas, rasanya ingin segera kabur dari sini.
Sang nenek menjadikan Tu Fei muridnya, mengajarkannya Kitab Xian Jimi. Konon ini mungkin warisan aliran Dao dari Mahadewa kuno, teknik yang ditiru dari batu nisan suci yang digali dari bawah tanah.
Tu Fei selama bertahun-tahun tidak bisa bangun juga terkait dengan ini. Lingkungan jenis ini, cahaya Xian seperti ini, ditambah warisan ilmu ini, sangat cocok untuknya.
Akhirnya, mereka kembali membahas Jalan Menjadi Dewa. Sang nenek menunjukkan bahwa dunia Immortal Manor di Zhongzhou pastilah pernah menjadi lokasi yang tepat, bahkan mungkin ada yang benar-benar memasuki Domain Xian dari sana, karena hingga kini dunia itu belum runtuh - artinya jalur kuno saat itu tidak patah.
"Aku ingin pergi ke sana untuk melihat seperti apa sebenarnya kedalamannya." kata Ye Fan. Dulu terbatas kekuatan, mustahil baginya menjelajah lebih dalam, cuma terblokir di pinggiran.
Di tempat itu, Kaisar Keabadian dan Tai Huang pernah terkubur, meninggalkan peti mati tapi tanpa mayat. Mereka masuk-keluar dunia mini itu - "kematian" mungkin palsu, sementara "menjadi dewa" adalah tujuan sejati.
Ye Fan tinggal di tempat ini selama tiga hari, membicarakan banyak peristiwa masa lampau yang membuat Tu Fei mengalami fluktuasi emosi hebat. Membunuh Putra Langit, menembus Jalur Kuno manusia - dia tidak terlibat dalam semua itu. "Sayang sekali, ingin sekali aku segera keluar!"
Hanya saja, teknik kultivasinya terlalu unik. Setelah tiga hari berlalu, dia langsung memasuki kondisi "Jimi", terjebak dalam tidur panjang kembali, berubah menjadi orang hidup-mati, memulai perjalanan latihan yang spesial.
Salju sebesar bulu angsa berhamburan. Ye Fan berpamitan pada Tu Fei dan sang nenek, meninggalkan dataran es, melanjutkan perjalanan ke selatan melawan badai salju.
Akhirnya, dia kembali ke Donghuang, memasuki dunia mini Raja Naga Hijau.
Raja Naga Hijau telah wafat sebelum perubahan kosmik. Kini tempat ini dijaga oleh Merak Raja dan Raja Naga Merah yang memimpin yaojie, sehingga tak ada yang berani mengganggu.
Di puncak gunung yang hening, di kedalaman hutan pinus terdapat sebuah makam menyendiri. Gundukan tanahnya tak terlalu besar, dengan prasasti batu bertuliskan nama Qin Yao.
Angin dingin yang menusuk berhembus, daun-daun berguguran. Ye Fan merasa tubuhnya membeku, berdiam tenang di depan nisan. Sekuntum bunga yang diletakkannya seketika membuat kelopak putih berhamburan, menciptakan pemandangan yang suram.
Ye Fan duduk di tanah yang membeku, terpaku sendirian dalam waktu yang lama. Apa yang bisa diucapkan? Waktu berlalu, orang sudah dikembalikan ke debu tanah, tak mungkin kembali lagi.
Hidup seorang cultivator tak hanya harus melalui banyak pertempuran hidup-mati, tetapi juga menghadapi perpisahan hidup dan mati dengan banyak keluarga dan teman lama. Semakin kuat cultivator, semakin banyak yang harus dihadapi di masa depan.
Gemuruh pepohonan pinus bergulung-gulung, tempat ini terasa suram. Hanya ada satu makam sepi yang menyedihkan di sini.
Entah berapa lama waktu berlalu, baru Ye Fan berdiri. Angin semakin kencang, gemuruh pinus seperti tangisan tercekik, merintih dan meratap.
Dia menyatu dengan angin kencang, menerobos keluar dari dunia mini Raja Naga Hijau. Tanpa menemui Chilong Daoren atau Merak Raja, hanya ingin meninggalkan tempat ini, berlari sekuat tenaga.
"Bunga siapa yang ditaburkan ini?" Seorang wanita muncul, tak lain adalah Jin Yan dari masa lalu yang kini telah matang, menatap angin yang menghilang di kejauhan: "Apakah orang itu yang datang? Kak Qin Yao, orang yang selalu kau rindukan telah datang menjengukmu. Kabarnya dia hampir tak tertandingi di dunia."
"Kakak laki-lakiku Jin Yu telah mati, Kak Ku Zhu juga mati karena Zhan Dao. Dari tiga orang mereka, kini hanya tersisa Kakak Bai Feng. Seandainya ada pilihan, bagaimana berbeda jalur hidup kita?" Jin Yan meninggalkan puncak gunung ini.
Ye Fan sekarang mampu membunuh Maha Santo tahap awal. Kekuatan bela dirinya luar biasa, ditambah menguasai teknik Gerak dari Sembilan Rahasia yang memberinya kecepatan legendaris. Meski daratan Zhongzhou luas, bagi tingkat kultivasinya saat ini jarak bukanlah masalah.
Dia tidak menggunakan platform formasi. Dengan kedua kakinya menginjak daratan, aura darahnya yang berlimpah membentuk jejak merah menyala, melesat menuju Zhongzhou.
Entah berapa lama berlalu, barulah dia memperlambat kecepatan. Tubuhnya telah memasuki wilayah Zhongzhou. Perlahan-lahan dia menenangkan gejolak di hatinya.
Deretan pegunungan yang naik turun bagaikan ular-ular naga yang bersembunyi, kabut ungu mengepul ke atas seperti negeri para dewa yang megah namun tetap memikat.
Ini adalah gunung suci tempat Istana Pahlawan berada, penuh keagungan dan pesona.
Ye Fan langsung melangkah memasuki gerbang utama. Di sini, ia teringat berbagai peristiwa masa lalu - para jenderal berbakat yang menyerbu dengan kekuatan sejati untuk masuk ke Istana Pahlawan. Hanya dirinya yang tetap berjaga di luar: memakan tunggangan Putri Qi, menembak mati Yan Yunluan, bahkan berhadapan dengan Wang Teng.
"Eh, siapa pria ini? Mukanya kok terasa familiar."
Meski telah mengirim sebagian jenderalnya ke angkasa luar, Istana Pahlawan tetap beroperasi dengan kumpulan bakat-bakat muda dari lima domain.
Kehadiran Ye Fan seketika menarik perhatian. Banyak yang melirik ke arahnya.
"Dia... Santo Tubuh Ye Fan!" teriak seseorang yang menyadari identitasnya.
Seketika, di dalam Istana Pahlawan terjadi keributan. Banyak orang muncul, mengawasi ke arah ini. Ketenaran Ye Fan saat ini sudah sangat besar, bahkan Gunung Sumeru hampir diratakannya. Hal-hal lain tak perlu disebutkan. Kehadirannya yang tiba-tiba tentu memicu sensasi.
"Benarkah itu dia? Konon saat ini dia hampir mencapai tingkat Maha Santo. Bahkan bisa membunuh Santo pemula. Tak tertandingi di Jalur Kuno manusia, kini kembali ke Biduk."
Di Istana Pahlawan, beberapa angkatan sezaman Ye Fan memandangnya dengan ekspresi pahit. Tingkat pencapaian mereka sudah tertinggal jauh, seolah berbeda dua generasi.
"Senior Ye, ada apa saja di Jalur Kuno manusia itu?" Seorang gadis kecil beraura spiritual berlari mendekat. Baru berusia 12-13 tahun dengan wajah seperti boneka porselen, sama sekali tidak gentar dengan reputasinya.
"Senior, ceritakan pada kami kisah di jalur kuno itu." Beberapa pemuda lain ikut mengepung.
Ini sudah generasi penerus, terpaut lebih dari 100 tahun dengan generasi Ye Fan. Persis seperti mereka dulu, sama-sama penuh semangat vital.
Namun, di antara mereka ada boneka porselen berusia 12-13 tahun yang tetap membuat orang takjub. Pasti bakatnya sangat luar biasa.
Ye Fan mengamati dengan seksama, menyadari gadis sebening boneka porselen ini memiliki konstitusi fisik yang mirip dengan sami muda di Kuil Lan Tuo Barat. Bakatnya melampaui manusia biasa, sangat langka di dunia.
"Anak siapa kau ini?" tanya Ye Fan dengan wajah ramah.
Boneka porselen itu menjawab polos, "Ibuku adalah Teman lama Senior Ye."
