Menara Kegersangan, berapa lama sebenarnya usia keberadaannya? Menelusuri zaman yang tak terhingga, di manakah sumbernya? Artefak kuno ini benar-benar penuh misteri.
"Lonceng Xian juga penuh misteri, tak disangka lahir di Kunlun, mengandung rahasia langit dan bumi, tak terduga oleh dewa-iblis. Kendi Hijau milik Kaisar Zun juga tercipta di Kunlun, menyimpan puing-puing jalan menuju keabadian."
Kabut putih mengalir setinggi lutut, benua purba ini dipenuhi keriuhan. Orang-orang tercengang melihat misteri masa lalu, Era Mitos yang terlalu jauh meninggalkan teka-teki tak terjawab.
Suasana bermusuhan di Istana Langit mereda. Keturunan Kunlun menyimpan Stempel Hitam Kaisar Manusia, menghentikan serangan. Para Maha Santo kembali duduk berunding, membahas Aturan dan Ketertiban dalam menghadapi pembukaan Jalan Xian.
"Jika seluruh dunia bisa menjadi dewa, tak perlu diperdebatkan. Tapi jika ada batasan waktu, hanya sebagian yang bisa masuk ke Domain Xian, maka kita harus bertempur menentukan hasilnya."
"Saya usul, pewaris yang memiliki Senjata Kaisar boleh mendapat kuota lebih untuk menjamin kelancaran jalan mereka."
“Berdasarkan apa?!” segera ada yang menentang, bukan setiap Maha Santo yang hadir memiliki senjata purba Jalan Tertinggi. Sebenarnya, meski menembus seluruh wilayah di alam semesta, hanya segelintir orang yang memilikinya. Kaisar Kuno bisa dihitung dengan jari.
“Tentu dengan kekuatan sebenarnya yang berbicara. Jika tidak, mari kita bawa masing-masing artefak kuno ke domain luar dan bertarung, lihat siapa yang akan berakhir.” Kepala suku Gunung Xuehuang bersuara kejam, tentu dia memegang senjata purba Kaisar Kuno sementara yang lain hanya senjata pusaka warisan.
Adakah ketidakpastian dalam duel seperti ini? Tanpa keraguan, hasilnya akan timpang sama sekali, takkan ada keajaiban yang terjadi!
Di Istana Langit Pusat, semua hal terungkap tanpa tedeng aling-aling terkait harapan menjadi dewa. Para Maha Santo duduk berunding dengan saling berhadapan bagai pedang dengan sarungnya, semua ingin memperjuangkan kepentingan sukunya.
Di hadapan kekejaman fakta, semua harus dihitung-hitung. Di momen seperti ini jika bersikap mulia, hanya akan dianggap Bodoh sekali. Kunci utamanya adalah memperjuangkan keuntungan maksimal bagi suku sendiri.
“Punya senjata Kaisar hebat ya? Nanti kalau ras kami munculkan satu zhun-di, semuanya akan berubah! Senjata Kaisar mungkin saja beralih kepemilikan!” Seekor Tikus Dewa berkata dengan nada dingin.
Maha Santo ini sangat spesial, tidak berubah menjadi wujud manusia. Bergigi tajam menyeringai, sorot matanya hijau mengerikan. Tubuhnya perak berkilau seperti dilapisi nyala perak yang menyala-nyala mempesona, sebesar gajah raksasa.
“Oh ya? Sampai sekarang cuma manusia yang punya zhun-di. Kami tunggu Kaisar dari ras kalian datang!” jawab seseorang dengan nada dingin, sama sekali tidak peduli.
“Orang tua seperti saya juga berpendapat, pembagian kuota di Jalan Menjadi Dewa berdasarkan kepemilikan senjata Kaisar itu tidak tepat. Seharusnya dibagi berdasarkan ras.” Seekor Pixiu yang telah berevolusi menjadi bentuk naga leluhur berkata sambil mengeluarkan awan kabut, tampak sangat mengerikan.
“Tuan-tuan, lebih baik jangan memperdebatkan ini. Menetapkan hukum bukanlah acara bagi-bagi jarahan. Mari bahas situasi genting saat ini dulu.” Suara lain menyela.
"Bagus, saat ini Beidou dilanda gelombang ketidakstabilan. Menurutku sebelum Jalan Menjadi Dewa terbuka, daratan ini sudah hampir runtuh akibat pertempuran. Memang perlu dibuat regulasi. Menghapus faktor-faktor gelisah seperti Konstitusi Suci manusia yang membunuh suku burung matahari emas dan menghancurkan Gunung Sumeru. Jenis provokator berbahaya seperti ini selalu memicu perselisihan. Apa tidak perlu ditindak? Bagaimana pendapat Tuan-tuan? Menurutku sangat perlu!"
Seorang nenek yang dijuluki Lao Lao Feng berbicara dengan wajah penuh keriput, pola-pola di kulitnya bisa menjepit butiran beras. Suaranya berdesir dingin, jelas bukan orang sembarangan.
Setelah bicara, dia melirik Merak Raja, lalu menatap Maha Santo suku burung matahari emas. Jelas ini upaya membentuk garis pertempuran bersatu.
Hati manusia sulit ditebak, terkadang penuh kelicinan dan mudah goyah. Dengan banyak Maha Santo hadir di kursi ini, jika bisa membujuk beberapa klan besar pemilik senjata kaisar purba, bukan tak mungkin Konstitusi Suci manusia benar-benar dihancurkan sampai ke akar-akarnya.
Sayangnya, Merak Raja tetap dengan wajah datar. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Sebenarnya, dia memang ingin mendoakan Ye Fan, namun melalui pertempuran itu menyadari, betapa sulitnya menggoyahkan beberapa senjata Kaisar. Itu adalah aliansi yang sangat kuat!
Lagipula, biksu tua Mo Ke sekarang telah ditarik oleh si biarawan nakal itu, menjadi Penjaga Gerbang dan Pelindung Raja-nya. Setiap ada masalah pasti ikut bersihin kotorannya, menganggap itu adalah mujizat suci reinkarnasi agama Buddha.
Maha Santo suku burung matahari emas wajahnya membeku, dengan suara serak menyatakan pendirian: "Konstitusi Suci manusia ini lancang, semua mata telah melihat. Monster ini bertindak selancang itu, taktiknya tajam dan kejam. Membunuh klan Burung Matahari Emas kami, bahkan menyerang warisan aliran Dao Kaisar Amitabha Buddha. Untuk apa menyisakan si gila ini? Mari kita semua bersama-sama bunuh saja!"
"Kalian (seluruh klan) terus-menerus berani memprovokasi, sungguh ingin punah?!" Tiba-tiba Peng Emas kuno muncul. BRAK! Sepasang sayapnya bergetar menyapu dua peti batu, mendarap di depan Lao Lao dan Maha Santo suku burung matahari emas.
"Longma (Kuda Naga) juga muncul, membawa pedang pembunuh di punggungnya. Meski masih dalam sarung, aura mengerikan yang menyala-nyala darinya seolah bisa membantai dewa-dewa!"
Ye Fan terkejut. Mereka menghilang sekian lama, ternyata sedang menempa pedang terkutuk? Sarung pedang itu bagaikan menyimpan senjata kutukan mematikan yang berhasil mengintimidasi semua yang hadir.
"Bagaimana kalau kita menyelesaikan ini di luar?" Seorang pria muda dari Suku Burung Matahari Emas berdiri. Sebelumnya diam, kini tampil dengan sikap tenang.
Sosoknya memancarkan wibawa. Jubah bulu emas membalut tubuh atletisnya yang tegak bagai naga. Rambut emasnya yang panjang berkilauan, sorot matanya tajam menyala-nyala.
Semua yang hadir gemetar. Berhadapan dengan senjata Kaisar pun dia tak gentar. Apa andalannya? Pasti statusnya luar biasa penting.
"Ini adalah Putra Mahkota Huai Zun dari generasi kami," perkenalkan tetua suku.
"Musyawarah saja. Mari sampaikan pendapat masing-masing. Hari ini sebaiknya tidak ada kekerasan," ujar seorang Maha Santo yang menjadi penengah, menasihati kedua belah pihak.
“Cuma senjata Kaisar yang cacat! Begitu Kaisar ras kami tiba, semua benda luar takkan berguna!” Sesepuh klan burung matahari emas itu wajahnya gelap seperti air, berkata dengan suara dingin yang mengerikan.
Klan burung matahari emas memiliki zhun-di!
Legenda ini selalu ada. Sekarang pernyataannya menunjukkan mustahil palsu. Ini membuat semua orang merinding. Begitu mencapai tingkat zhun-di, segalanya akan berubah total - menjadi tak tertandingi!
Hanya dengan menyentuh kata 'Kaisar', jurang pemisah dengan Maha Santo tak teratasi. Mustahil melawan meski selisih tingkat!
Sosok seperti ini jika menunjukkan kekejaman, meski kau pegang senjata Kaisar pun tak berguna. Tak mungkin terus mengaktifkannya. Jika dia ingin membunuhmu, peluang selalu ada.
Ingatkah di masa lalu, Gai Jiuyou dengan aura darah kering dan fisik renta, tetap bisa menghadapi Maha Santo puncak dari klan kuno yang membawa Tongkat Emas tanpa senjata Kaisar? Betapa mengejutkan dan menggetarkan jagat!
Karena itu, begitu ucapan Tetua Suci suku burung matahari emas selesai, semua orang sempat deg-degan tak karuan. Jika saat ini menyinggung klan Burung Matahari Emas, di masa depan pasti akan terjadi malapetaka yang luar biasa.
Namun, Peng Emas Kuno, Kuda Naga, dan yang lain tetap tidak takut. Mereka langsung mencari sebuah meja, berubah wujud manusia lalu duduk. Para Maha Santo semua merasa segan terhadap pedang pembunuh yang dibawa di punggung mereka.
Tidak lama kemudian, suasana aneh itu menghilang. Di Istana Langit, perdebatan sengit kembali terjadi. Berbagai penguasa kuat dari berbagai suku semuanya menetapkan hukum berdasarkan kepentingan masing-masing.
Di pusat istana langit, semuanya adalah kepala klan atau Maha Santo. Yang terendah pun setingkat Santo Raja. Santo umum hanya bisa mendengarkan dan memberikan pendapat di luar istana, karena terlalu banyak orang yang datang dari seluruh wilayah di alam semesta.
Tak lama kemudian, Jiang Yifei keluar. Urusan menetapkan prinsip dan ketertiban diserahkan kepada seorang leluhur suci dari klan Jiang, meninggalkan orang itu di sini untuk berunding.
Dia memesona seperti giok, menonjol secara luar biasa, terutama karena tadi sempat berhadapan dengan suku Kunlun yang memegang Stempel Kaisar Manusia, kewibawaannya menakutkan. Kemunculannya saat ini secara alami menyedot perhatian.
Banyak wanita muda memancarkan kilauan khusus di mata, berbisik-bisik, memberikan penilaian sangat tinggi pada Jiang Yifei. Bahkan jika dia benar-benar bukan Putra Kaisar, mungkin kemampuannya tidak akan kalah sedikit pun.
Tak lama kemudian, Fenghuang juga keluar. Banyak Maha Santo di dalam auditorium saling berhadapan bagai pedang dengan sarungnya, suasana penuh tekanan itu membuatnya memilih mundur sementara.
Wanita ini mengenakan topeng lima warna yang dililit semburan aura ilahi, bagai dewi misterius bercadar. Siluet tubuhnya jenjang dan anggun, melayang di antara awan dengan pesona yang tak tergambarkan, membuat orang tak henti menoleh.
Di benua purba ini, asap membius menyebar luas. Bangunan-bangunan megah terlihat mistis bagai tertutup tirai sutra tipis. Para ahli yang relatif lebih muda berada di luar, belum memasuki auditorium utama.
"Saudara Jiang, nama Tuan sudah termasyhur sejak lama, bertemu langsung bahkan lebih mengesankan daripada kabar yang beredar." Tidak jauh dari situ, seorang pria berbaju zirah perak berdiri. Baju perangnya berkilau-kilauan bagai nyala api yang menari, aura gagahnya memancar kuat.
Di sampingnya, berdiri seorang wanita dengan sorot mata jernih bagai air musim gugur dan tulang sehalus giok. Balutan jubah cahaya pelangi membuatnya tampak kosong spiritual bagai Xian. Berdampingan, mereka laksana sepasang giok berharga yang serasi.
Mereka tak lain adalah Roh Suci berwujud manusia dan Putri Ling dari Dinasti Jiuli. Semula mereka duduk di meja batu depan paviliun, kini sama-sama bangkit menyambut kedatangan tamu.
"Pujian Saudara berlebihan." Jiang Yifei tersenyum ramah, sambil mengangguk memberi salam kepada salah satu wanita tercantik di dunia ini, Putri Ling.
"Kharisma Saudara Jiang menyamai calon Kaisar muda. Kebetulan saya pernah melihat lukisan kuno bergambar Yang Maha Agung Hengyu. Melihat Saudara, sungguh seperti menyaksikan Sang Kaisar hidup kembali."
Roh Suci yang memiliki daging dan darah mempersilakan Jiang Yifei ke meja batu, memerintahkan orang untuk menyajikan secangkir minuman suci Dewa, lalu memperkenalkan diri. Ia mengaku sebagai Roh Suci dari domain luar bernama Shi Zhongxuan.
Jiang Yifei, Shi Zhongxuan, dan Putri Ling yang duduk bersama mustahil tak menarik perhatian. Apalagi area luar Istana Langit dipadati orang, secara alami menjadi pusat sorotan.
"Putri suku Feng juga muncul. Namanya termasyhur sejak usia tiga belas tahun sudah bisa menciptakan seni rahasia yang tak biasa. Belum lama ini bahkan berhasil meretas teka-teki dari Kitab Xian pada prasasti klan mereka. Benar-benar wanita luar biasa."
Tak jauh dari situ, seseorang berbisik.
Putri Ling berdiri dan mempersilakan Fenghuang bergabung, ikut duduk di meja batu untuk berdiskusi tentang Jalan dan sejarah kuno.
Dalam sekejap, sekitar belasan orang telah menempati tempat duduk. Setiap sosok menonjol garis keturunannya, semuanya merupakan tokoh-tokoh puncak dari klan masing-masing. Mayoritas berasal dari domain luar, berasal dari ras yang berbeda-beda.
"Bagaimana jika kita mengundang lebih banyak rekan muda?" Shi Zhongxian tersenyum tipis. Meski darah dewanya tertekan, aura intimidatifnya yang luar besar tetap membuat orang-orang di sekeliling tak berani mendekat.
"Hmm, Yang Mulia Huaizun dari Suku Burung Matahari Emas juga sudah keluar. Mari kita undang bersama."
Sang pangeran dari Suku Burung Matahari Emas ini tetap tenang. Melihat ada yang melambaikan isyarat ke arahnya, ia seketika membuka mata Langit. Begitu menyadari semua yang hadir di sana bukan orang sembarangan, ia pun melangkah mantap mendekat.
"Suku Burung Matahari Emas mewarisi aliran Qi megah Langit dan Bumi. Sejak zaman kuno hingga kini tetap berkembang pesat tanpa pudar. Dijuluki burung ilahi yang bersemayam di matahari surgawi, mereka adalah putra Kaisar Langit. Legenda mereka tak terhingga, sungguh membuat hati merindukan." Seseorang menghela napas.
Menurut legenda, Suku Burung Matahari Emas adalah keturunan Kaisar Langit. Darah berharga tak tertandingi yang mengalir dalam tubuh mereka menjadi akar kekuatan luar biasa suku ini.
Banyak pandangan tertuju ke arahnya, berharap Putra Mahkota Huaizun dapat mengungkap kebenaran.
