Bodhi mengisyaratkan tangannya, seorang hamba pun kembali, mengangkat secangkir teh suci dengan piring giok yang memancarkan wangi semerbak, lalu berjalan menuju tempat Ye Fan.
Ji Ziyue duduk bersama Ye Fan di gazebo, matanya yang besar melengkung seperti bulan sabit dengan senyum cerah. Secara alami dia tahu siapa ini.
Ye Fan berdiri, menatap An Pu, berkata: "Terima kasih atas kebaikanmu. Jika kau membawa dua cangkir, kami akan menerimanya."
Dari kejauhan, An Pu menggelengkan kepala: "Sayang, permusuhan turun-temurun tak terdamaikan. Jika aku tak bertindak, takkan bisa memberi penjelasan pada senior. Hanya bisa menghadiahkan teh ini."
"Kalau begitu, aku harus berterima kasih. Bagaimana jika ternyata kita bermusuhan? Kau pasti akan menyesal." ujar Ye Fan.
"Tak apa, teh ini kuberikan padamu!" An Pu berkata tenang, namun di balik wajah pucatnya terpancar aura perkasa yang sangat berbeda dari sebelumnya.
Ini membuat orang merasakan kegetiran sejenak, merasakan aura yang mampu menelan seluruh dunia dengan sikap penguasa tunggal, menyapu bersih segala keanehan, membuat lutut gemetar dan tulang punggung merinding.
Ini adalah sosok yang luar biasa, tanpa sedikitpun getaran kekuatan, tak terlihat kedalaman tingkatnya, hanya aura keberanian alami saja sudah membuat hati para pemuda bergetar.
"Teh, ada yang memaksa memberikan?" Ye Fan menggelengkan kepala.
"Teh immortal seperti ini, orang biasa ingin minum pun tak bisa mendapatkannya, bisa disebut sebagai jodoh immortal. Kenapa kau masih ragu?" kata pelayan dengan dingin.
Ye Fan mengabaikannya, hanya berbicara pada An Pu: "Sebelumnya, kau memberiku teh, aku berterima kasih. Tapi jika memaksa seperti ini, berarti kita sudah jadi musuh."
Meski disebut secangkir teh dewa, tapi pemberian yang dipaksakan ini mengandung arti koersif. Sejak debutnya, belum ada yang bisa menekannya seperti ini.
An Pu berwajah dingin tanpa bicara. Namun hamba yang membawa cangkir teh semakin menekan. Dari manakah mereka berasal? Zona terlarang bagi kehidupan sejati! Segala kekuatan dan warisan di alam semesta ini hanyalah bahan tertawaan bagi mereka!
Sejak zaman kuno hingga kini, adakah kelompok kekuatan yang benar-benar mampu menyaingi senior mereka? Kecuali muncul Kaisar sejati, semua hanyalah debu yang berlalu, tak berarti apa-apa.
Ye Fan sama sekali tidak menghiraukannya. Ia langsung duduk. Seorang hamba biasa - meski kuat sekalipun tetaplah hamba. Berdebat dengannya hanya akan merendahkan martabat diri.
"Seluruh dunia ini berada di bawah telapak kaki kami. Tuanku menguasai naik turunnya dunia fana. Selama puluhan ribu tahun, belum pernah ada yang berani menolak niat baik kami seperti ini." Suara hamba itu semakin berat.
Ye Fan memandang langsung ke An Pu: "Sepertinya kau tak puas dengan pelayan ini. Apakah kau ingin meminjam tanganku untuk membunuhnya?"
Suaranya tidak tinggi, namun medan energi yang menekan langsung menyembur ke sembilan langit, mengguncang gendang telinga semua orang hingga berdengung, membuat semua yang hadir deg-degan tak karuan. Mereka baru menyadari sebenarnya seberapa kuat sosok ini.
Ucapannya menggema di langit, memancarkan kemauan seni bela diri tak tertandingi yang bisa dirasakan secara nyata. Sosok seperti ini pasti fenomenal, sulit dicari tandingannya di generasi sezaman.
“Plak!”、“Plak!”、“Plak!”……
An Pu menepuk tangan, “Selama bertahun-tahun, kau orang pertama yang berani bersikap perkasa padaku. Sejak aku lahir sampai sekarang, belum ada yang berani melawanku.”
Ia menyuruh pelayan itu mundur, memintanya mengembalikan teh pencerahan.
“Tuan!” sang pelayan enggan, matanya yang kejam menatap tajam Ye Fan. Ia tak tahan sikap ini, sebab Ye Fan sejak awal sama sekali tidak mempedulikannya, bahkan saat bicara pun langsung berhadapan dengan An Pu.
Meski ini bisa dianggap sebagai sikap menjaga harga diri dengan tidak berseteru dengan hamba, tapi dari manakah asalnya? Dia berasal dari Gunung Keabadian! Sekalipun hanya seorang pelayan, di masa lampau di pihak luar pun pernah menguasai angin dan awan, siapa berani meremehkan? Sikap Ye Fan seperti ini membuat amarahnya memuncak!
Ia tidak kembali, melangkah maju satu langkah, dari posisi tinggi memandang sinis ke arah Ye Fan. Sebuah aura kuat menerjang, menyapu ke arah Ye Fan, ingin menghabisi.
“Brak!”
Sebuah sinar dingin berkedip, disusul sinar darah muncrat, segalanya pun berakhir.
Ye Fan bahkan tak berkedip sedikit pun, tetap duduk bersila dengan tenang, langsung memancung orang ini tanpa sepatah kata pun.
Semua orang tertegun, dalam hati bergelombang ombak dahsyat. Seberapa kuat sebenarnya hamba tadi itu? Bahkan mereka sendiri tak bisa memastikan, sehebat badai dahsyat sekalipun. Tak disangka dalam sekejap langsung ditebas tajam ke bawah, meledak hancur berubah menjadi genangan noda darah.
Orang-orang bahkan tidak sempat melihat senjata apa yang digunakan, bagaimana orang itu melakukannya? Terlalu cepat, satu serangan langsung membersihkan segalanya.
Ekspresi An Pu tiba-tiba membeku, bagaikan iblis legenda, seluruh tubuhnya melepaskan aura yang menyambar langit, langsung menghancurkan angkasa.
"Aku menghormatimu sebagai sosok penting, tapi hambamu tak tahu batas. Jika posisi kita tertukar, apa yang akan kau lakukan? Tidakkah kau akan membunuhnya?" Ye Fan bertanya dengan tenang.
"Tak"、"tak"、"tak"……
Langkah kaki berirama terdengar, Maha Santo dari Keluarga Ji muncul dengan cermin pusaka melayang di atas kepalanya, berdiri di kejauhan sambil mengawasi ke arah sini, menatap tajam An Pu.
Ekspresi semua orang membeku. Latar belakang orang ini sebenarnya apa? Pantaskah seorang Maha Santo membawa senjata Kaisar untuk mengawasinya? Ini benar-benar mengerikan sampai membuat bulu kuduk berdiri.
Wajah dingin An Pu perlahan mereda setelah lama terdiam, "Baiklah, dia sendiri yang mencari malapetaka, tidak mematuhi undang-undangku, pantas menerima tribulasi ini."
Tak ada yang menyangka, sikap tajamnya yang mengintimidasi itu akhirnya justru mereda. Ekspresinya kembali tenang bagai permukaan danau tak beriak.
"Siapa orang ini?"
Semua orang tampak bingung dan curiga, tatapan mereka tertuju ke arah Ye Fan. Namun sebagian telah menyadari identitasnya, bahkan mengetahui bagaimana hamba itu tewas.
Sinar dingin pedang Ye Fan menyambar, menghabisi hamba Gunung Keabadian berbaju zirah. Mustahil tindakan ini luput dari pengamatan Huo Lin'er, Jiang Yifei, Putri Yue Ling, dan lainnya yang menyaksikan langsung.
"Santo Tubuh Manusia Ye Fan, lama tak berjumpa!" Suara Shi Zhongxuan menggema.
Ye Fan tersenyum tipis. Dengan anggun ia mengangkat piala anggur, kabut di wajahnya tersibak sejenak memperlihatkan rupa asli. Kini semua tahu, tak ada gunanya lagi menyembunyikan diri. Ia tak ingin cari masalah, tapi juga tak gentar menghadapinya.
Tepat! Kemunculan tubuh asli Ye Fan di tempat ini langsung memicu kekacauan. Teriakan-teriakan panik bersahutan, banyak orang menyergap ke depan sambil berbisik-bisik gugup.
"Saudara Ye, kabarnya kau menembus jalur kuno di angkasa, membuat musuh dari segala penjuru merinding ketakutan, tak tertandingi di jalur bintang, benarkah?" seseorang bertanya penuh semangat.
"Senior Ye, hambatan apa saja yang ada di jalur kuno itu? Apa yang harus diperhatikan? Menurutmu, bisakah aku menapaki jalan itu?" tanya generasi penerus yang sedang naik daun dengan harapan.
……
Ye Fan pasrah. Dia sudah tahu akan terjadi situasi seperti ini, tapi tak ada cara lain. Satu per satu dijawabnya. Baru setelah waktu lama kerumunan itu bubar, benar-benar membuatnya kelelahan.
Ini pun setelah dia diam-diam memberi petunjuk: tempat ini mungkin akan menjadi medan pertempuran yang berakhir dengan darah mengalir bagai sungai. Tanpa itu, mustahil melepaskan diri dari orang-orang. Kini reputasinya termasyhur di Beidou. Begitu muncul, pasti berakhir seperti ini.
Tentu tak ketinggalan mereka yang memusuhi, berdiri dalam bayang-bayang, memandang dingin. Tapi Ye Fan sekarang bukan lagi cultivator biasa. Siapa yang berani menantangnya? Pengaruhnya telah mengguncang dunia.
Huo Lin'er tersenyum, melangkah mendekat dan berbisik: "Kau juga sudah tahu asal-usulnya?"
Ye Fan mengangguk, "Teh pencerahan ini baru dipetik, bukan seperti sebelumnya yang terbawa angin kencang. Pasti penghuni dari tempat itulah yang telah muncul."
"Kalau sudah tahu, mengapa kau tetap membantai para hambanya? Tempat itu jauh lebih mengerikan daripada keluarga kerajaan kami, ada ahli tingkat Kaisar sejati yang berjaga di sana!" kata Huo Lin'er.
Inilah realitanya - di dunia fana ini siapa yang benar-benar abadi? Siapakah penguasa sejati? Tak lain adalah Yang Maha Agung dari Tujuh Wilayah Larangan Kehidupan!
Ji Ziyue tersenyum nakal sambil menggandeng Huo Lin'er, mempersilakannya duduk lalu menuangkan secangkir teh untuknya.
"Adik ingin mencelakai aku, ya? Menarikku duduk seperti ini. Bagaimana nanti jika Gunung Keabadian juga menghitungku sebagai bagian dari masalah ini?" protes Huo Lin'er.
"Kakak kan putri Kaisar Kuno dari keluarga kerajaan, perlu apa takut pada mereka?" jawab Ji Ziyue dengan santai.
"Kau ini bajingan berhati busuk, jelas-jelas ingin menarikku ke dalam kendaraan tempur, masih berkoar-koar begini. Orang itu punya ahli tingkat Kaisar sejati, sementara kami sama seperti keluargamu, era paling gemilang sudah berakhir." Huo Lin'er curhat getir, menyebut di sana ada teh pencerahan yang bisa diminum, tapi ke sini malah dapat musuh cuma-cuma.
"Ini cuma bentuk interaksi sosial biasa. Menurutku orang itu juga bukan tipe yang pelit, tak masalah." Ji Ziyue tersenyum.
Jiang Yifei juga menghampiri, menyapa Ye Fan. Keduanya sudah saling mengenal sejak lama, saat itu Ye Fan masih seorang cultivator biasa yang baru memahami metode kultivasi.
"Wangi sekali!" Kuda Naga, Peng Emas kuno dan sepuluh Santo lainnya keluar dari Istana Langit Pusat, mencium aroma teh pencerahan lalu melihat Ye Fan. Seketika mereka berseru gembira: "Segera seduh satu tong besar, kita minum sampai puas!"
Garis hitam memenuhi dahi Ye Fan. Para Tuan ini di masa lalu memang selalu minum dengan memakai tong besar, satu per satu berperut gendut.
Dia mengeluarkan beberapa daun teh pencerahan, merebus cairan ilahi Mata Air Kehidupan Mahadewa kuno, lalu mulai menyeduh teh. Pemandangan ini membuat semua orang di kejauhan terkejut dan tercengang.
Kapan daun teh pencerahan menjadi tak bernilai begini? Bagaimana bisa semua orang seenaknya mengundang orang minum teh seperti ini?
Terutama saat melihat jumlah daun teh yang Ye Fan masukkan ternyata cukup banyak. Jika dibagi-bagi, mungkin bisa mengisi satu guci. Semua orang iri, teh immortal legendaris yang sulit dicari ini ternyata bisa diminum seenaknya - membuat mereka terdiam.
Banyak yang tahu latar belakangnya. Dulu Ye Fan bertarung sengit melawan Putra Langit, akhirnya memancungnya. Peristiwa yang menggemparkan dunia ini diikuti dengan penyitaan markasnya, memperoleh 800-an lembar daun teh pencerahan ilahi.
Barang siapa yang ditinggalkan ini? Kaisar Keabalian!
Teh pencerahan hanya menghasilkan 108 helai daun per tahun. Hanya pada tahun-tahun spesial bisa tumbuh hingga ribuan helai. Kaisar Keabadian berhasil memanfaatkan momentum ini, memotong rata seluruh pohon. Batang utamanya dijadikan peti mati, sedangkan ranting-rantingnya diwariskan kepada keturunan.
Adapun pohon teh malang itu, terpaksa harus tumbuh kembali dari awal.
"Sebenarnya tidak rugi juga, di sini kita bisa menikmati lebih banyak cangkir teh berkualitas. Ah, benar-benar membangkitkan kenangan. Dulu ketika ayahku masih hidup, setiap hari meminum teh ini, memetik daun segar tiap pagi. Segalanya telah berubah..." ujar Huo Lin'er dengan nada sendu.
Setelah mendengar ini, semua orang hampir belekan darah. Penglihatan dan pendengaran hari ini benar-benar di luar batas - satu per satu latar belakang dan fakta mengejutkan bermunculan.
"Ye Fan!" Putra Mahkota Huai Zun dari Suku Burung Matahari Emas berdiri tegak, berseru keras.
"Ada keperluan?" Ye Fan menatapnya dengan ketenangan.
Di sampingnya, Shi Zhongxuan menyipitkan matanya sambil tersenyum: "Sudah lama mendengar nama besar Konstitusi Suci manusia. Tepat dugaan, teknik Xuan-nya benar-benar tak tertandingi!"
Dengan sudut matanya, ia menyapu sekilas pandang ke arah An Pu, namun mendapati sosok tersebut tetap tenang tanpa reaksi apapun.
Fenghuang, pemimpin terkini Keluarga Feng yang berparas legendaris, bola matanya memancarkan kilauan energi saat menatap ke arah sini, hatinya diliputi kegelisahan.
Putri Yue Ling mengerutkan alisnya halus, ia sadar kelanjutan situasi ini akan menimbulkan masalah yang tak sepele.
