Bahkan Pemilik Area Terlarang Zaman Purba turun tangan, satu tamparan langsung menghunjam Gua Khaos. Kekuatan sucinya yang perkasa menyebabkan keruntuhan dahsyat di sana.
Banyak orang di domain luar terbelalak mata, semua memperlihatkan ekspresi di luar akal sehat. Para orang suci pun mengira entitas Kegersangan sedang menyerang Gunung Sumeru.
"Tapi para penguasa agung zaman kuno memahami, ini bukan serangan terhadap Gunung Sumeru. Dia sedang menyerang Jalan Menjadi Dewa, namun bukan untuk masuk, melainkan memutuskan jalannya secara paksa!"
Dari sudut manapun dilihat, tindakannya sungguh di luar dugaan. Keterkejutan dan kebingungan melanda semua pihak. Sementara orang lain mati-matian mengejar keabadian, dia justru sama sekali tak peduli.
"Apa maksudmu ini?!" Kaisar Batu murka. Tubuh aslinya terungkap sebagai pria paruh baya perkasa nan gagah. Meski berlumuran darah, aura keperkasanya tak pudar. Sorot matanya menyala bak kilat, tangan menggenggam erat tombak hitam Langit Kegersangan yang ditunjukkannya ke Tuan Kegersangan.
"Dang!"
Namun wanita berjubah putih itu bahkan lebih perkasa. Menyadari tombak yang diacungkan, telapak tangan halusnya menyambar tanpa basa-basi. Tabrakan antara telapak tangan sehalus giok dengan tombak legendaris memercikkan kilatan cahaya berkilau. Kaisar Batu terlempar, darah segar menyembur dari mulutnya—cedera parah yang nyaris merenggut nyawanya di dalam lubang sebelumnya membuatnya tak kuasa menahan guncangan ini, secara alami darah Kaisar pun tercurah.
Seluruh dunia terkejut!
Orang-orang dengan tingkatan ini akhirnya akan bertindak? Mereka akan menghasilkan pertarungan versus!
"Baik! Walau Kaisar sudah tua dan terluka, tak percaya ada yang bisa membunuhku di dunia ini!" Shi Huang mengaum, rambut hitam pekatnya berkibar liar, bola matanya menakutkan dengan kilatan cahaya lebih terang dari petir.
Tombak Langit dan Kegersangan hitam di genggamnya melepaskan cahaya tak tertandingi, energi chaos menyebar, langkah maju satu langkah siap memulai pertempuran habis-habisan paling mengerikan.
"Di Jalan Menjadi Dewa tak ada musuh bebuyutan, lebih baik kalian berdua menghentikan pertempuran." Sang Mahadewa Chang Sheng menasihati.
"Braak!"
Saat itu juga, Gua Chaos meledak, memutus perseteruan di luar. Terjadi hal mengerikan di dalamnya, ledakan besar yang dahsyat.
"Amitabha Buddha!"
Makhluk hidup melantunkan nama Kaisar aliran Buddha, menggema di Langit dan Bumi, tak disangka terdengar keluar. Hujan cahaya berkilauan meletus bagikan bulu putih tak terhitung menari-nari, indah mempesona dengan harmoni spiritual yang menyergap.
“Apa, menjadi dewa, Kaisar Amitabha Buddha akan sukses?!” Adegan ini memicu sensasi besar, membuat beberapa zhun-di di domain luar menangkap sinyal, semua berteriak kaget.
Di Jalan Xian, para penguasa agung zaman kuno pun tertegun, pada detik ini memperlihatkan kilatan cahaya di luar akal sehat—benarkah seseorang akan mencapai keabadian? Tak disangka memancarkan kilauan seagung ini!
Yuhua dan asensi, hujan cahaya memenuhi langit, bukankah ini tepat seperti jenis pemandangan itu? Aura energi Xian menyebar, ini adalah tanda-tanda transformasi sukses!
Sepanjang masa, Mahadewa, Kaisar purba, tak pernah ada yang berhasil menjadi dewa. Mungkinkah Kaisar Amitabha Buddha sendirian akan menghancurkan kutukan ini, menciptakan era baru yang belum pernah ada?!
Bisa dikatakan ini adalah upaya kolektif umat Buddha. Bukan hanya kekuatan Sang Buddha semata, tapi juga kehendak batin semua pengikutnya dari alam semesta delapan penjuru yang bersatu, menempa buah kebijaksanaan semegah ini.
“Braak!”
Di Gua Xian, ledakan terdengar semakin keras, cahaya Xian semakin terang menyilaukan, memuntahkan semburan cahaya pelangi, seolah datang dari dunia lain.
"Tidak, ada perubahan!" seru seorang Penguasa Agung zaman kuno dengan suara kejam, seketika menghindar ke samping.
Pada saat yang sama, langit runtuh dan bumi terbelah. Di dalam gua kekacauan yang sudah hancur berkeping-keping itu, bebatuan raksasa menembus angkasa. Gunung Xumi, gunung pertama di Biduk Utara, pecah berkeping-keping dan menyembur keluar.
Terjadi peristiwa paling mengerikan di dalamnya. Samar-samar terdengar ratapan makhluk hidup, sinar darah tak berujung. Nyawa-nyawa melayang satu per satu, sementara Kuil Maha Genta Suara telah runtuh lebih dari separuh.
"Dang!"
Plakat tembaga Kuil Maha Genta retak. Salah satu kepingannya melesat dan menghantam Jalan Menjadi Dewa, terhenti di tengah kekacauan. Di atasnya terlihat lumuran darah segar - darah makhluk hidup dan darah Amitabha Buddha, pemandangan yang mencekam.
"Kalah, agama Buddha juga mengalami Kekalahan Besar, tidak bisa melewati, mereka juga bukan orang yang tepat, dewa yang ditempa dari kehendak batin itu, meski berada dalam kondisi puncak tertinggi, tapi pada akhirnya bukan Kaisar Amitabha Buddha sendiri!"
"Ini adalah bencana besar, tragedi memilukan yang tak bertepi!"
"Seluruh Barat, ratus juta li Tanah Buddha, semua penganut Buddha mati!"
"Alam semesta delapan penjuru, kehendak batin yang diberkati makhluk hidup semuanya meledak!"
Seorang tokoh zaman kuno berbisik, bahkan mereka memperlihatkan wajah terkejut, kekalahan dan kebinasaan ini terlalu menyedihkan, korban jiwa yang begitu besar, tragis sampai titik ekstrem!
"Amitabha Buddha..."
Serpihan Gunung Sumeru yang berkeping-keping menyapu keluar, di atasnya ada arwah penuh dendam meratap, ratus juta makhluk hidup mati mengenaskan, semuanya hancur berkeping-keping, itu adalah sisa kesadaran jiwa yang tidak rela mereka.
Dalam sekelip mata, semua ratapan ini menghilang, mereka berubah menjadi hujan cahaya yang luas, tertanam di Jalan Menjadi Dewa, melanjutkan pembangunan jalan ini.
Ini membuat bola mata semua orang berkerut, jantung berdebar kencang - mungkinkah segala pemandangan yang terlihat di jalan ini nyata, terbentuk dari jiwa-jiwa yang terjepit di masa lalu yang dilebur di dalamnya?
"Kalah, bahkan agama Buddha yang mengandalkan kekuatan umat manusia pun kalah! Masih adakah yang bisa menerobos masuk?"
"Hanya yang mencapai pencerahan di dunia fana saat ini, baru bisa menjadi dewa!"
Ini memicu keputusasaan. Akhir cerita ini membuat semua orang terdiam, sarat kesedihan mendalam. Tak ada lagi solusi. Benar-benar tak ada yang bisa jadi dewa, mengguncang keyakinan kokoh semua orang.
Adakah dewa abadi?
Bisakah hidup kekal?
Bagaimana caranya?
Ini memicu keraguan. Hasilnya bukan cuma memusnahkan nyawa para penguasa agung zaman kuno, tapi juga menghancurkan harapan dan fajar penantian umat manusia.
Gunung Sumeru berkeping-keping, dilumuri darah merah. Kuil Maha Genta Suara di puncak gunung sebagian besar runtuh. Segala bangunan di atasnya rusak, Kuil Melayang dan lain-lain pun menjadi reruntuhan, nyaris musnah total.
Di dalam tubuh gunung, kekuatan keyakinan agama yang tak terbatas seolah-olah telah kering kerontang, tak ada lagi seberkas pun yang tumpah keluar. Gunung Sumeru yang retak membawa kuil-kuil reruntuhan, terbang ke langit dan mendarat kembali di Barat.
Mulai hari ini, seluruh wilayah Barat menjadi sunyi senyap. Tak ada lagi Tanah Buddha ratus juta li, tak ada cahaya, tak ada lantunan kitab suci, tak ada harmoni spiritual.
Barat telah menjadi wilayah maut!
Pada saat ini, Penguasa Kegersangan sekali lagi hendak bertindak, ingin menghancurkan Jalan Menjadi Dewa dan menyapu rata tempat ini.
Pada saat yang bersamaan, raksasa di sampingnya - pria berbulu emas yang menyelimuti seluruh tubuhnya - juga maju mendekat, hendak menyerang Penguasa Makam Para Immortal, Sang Tianzun Panjang Umur.
"Tunggu! Aku tahu maksudmu. Kau anggap zaman ini telah kalah, tak boleh ada yang menjadi dewa, ingin menghancurkan tempat ini. Tapi kami tidak rela, tetap ingin mencoba menerobos!" Kaisar Kuno berkata dengan luka parah yang mengalirkan darah di sekujur tubuhnya.
"Bagus! Lebih baik mati dalam perang di Jalan Menjadi Dewa!" kata penguasa agung zaman kuno lainnya. Akhir mereka sudah ditakdirkan, ingin mengakhiri segalanya dengan pertempuran.
“Aku tak rela mati，saat ini pun tak ingin melepas Jalan Menjadi Dewa!” Kaisar Batu berkata dengan suara dingin menusuk tulang，memegang erat tombak panjangnya dalam posisi saling berhadapan.
“Baik，kuberi kau waktu. Bila kau mati di Jalan Xian itu biarlah，tapi bila kembali，kita akan bertempur untuk mengakhiri perseteruan ini!” Pria tinggi besar berbulu emas itu berkata pada Chang Sheng Tianzun.
Wanita berjubah putih itu terlihat bingung sejenak，seperti kehilangan jiwa，lalu kembali ke ekspresi kejamnya dan menghentikan serangan.
Jelas，kondisinya sangat spesial. Bahkan para penguasa agung zaman kuno pun mencurigai，karena merasa ini hanyalah cangkang tubuh tak tertandingi dengan roh primordial yang muncul dan lenyap tak menentu.
“Kalian semua menyaksikan inilah Jalan Menjadi Dewa！Perhatikan baik-baik metode kami，Jalan kami，prinsip kami!” teriak Yang Maha Agung manusia yang bergema hingga ke domain luar，sebelum melompat dengan tegas ke Gua Xian untuk upaya terakhir.
“Bunuh!” teriak kaisar purba lainnya yang melompat lagi ke Gua Xian，memulai pertaruhan nyawa terakhirnya.
"Aku bagai ngengat terbang ke api, mendengarkan kidung pemakaman di Jalan Xian. Hatiku tidak rela, tapi takkan kusesali. Ini membuktikan jalanku, menginjak jalan menuju keabadian. Aku masih hidup, harus terus maju!" Seseorang meneriakkan ratapan pilu.
"Dalam hidup ini, di zaman ini, aku telah menjelajah. Aku pernah ada. Kematian bukanlah apa-apa!"
"Dengan nyawa yang hampir padam, kubuktikan metode menjadi dewa. Dengan darah yang masih hangat, kusirami Jalan Xian. Jalanku, nyawaku, hidupku—semuanya terbakar dalam kobaran api, memancarkan cahaya!"
……
Para Yang Maha Agung melengking pilu ke langit dan bumi. Dulu mereka menguasai alam semesta purba, tak tertandingi di medan perang manapun. Tak ada hal yang tak bisa mereka tuntaskan, tak ada musuh yang tak bisa mereka taklukkan. Kini mereka harus berakhir seperti ini.
Kecuali dua sosok yang telah hancur menjadi darah dan tulang, semua penguasa agung zaman kuno menerjang masuk untuk pertarungan terakhir.
Akhirnya tempat ini berubah menjadi kekacauan. Darah memancar, kidung pilu bergema. Sekuat apapun para Yang Maha Agung, mereka tak bisa mengubah akhir ini. Di zaman ini, tak seorangpun berhasil menjadi dewa!
Semua orang telah kalah, pada akhirnya tak bisa mengubah hasil zaman ini, tak bisa menerobos masuk!
Sepanjang masa menjadi sia-sia!
"Jalanku telah sampai di ujung, karena sudah begini, lebih baik kukembali ke rahim Langit dan Bumi." Beberapa Yang Maha Agung justru bersikap legawa, minyak habis dan lampu padam, tak tersisa sedikit pun aura darah, roh primordialnya lapuk, duduk bersila di tanah, langsung melakukan Transformasi Jalan, hujan cahaya menguap ke angkasa.
"Brak!"
Ada pula yang tak sempat mengucapkan apa-apa, nyatanya telah sampai di ujung jalan kehidupan, baru saja keluar dari Gua Kekacauan langsung meledak berantakan, berubah menjadi darah dan tulang.
"Masih ada siapa yang belum keluar? Masih ada seorang Jenderal Chang Sheng di dalam sana!"
Para Yang Maha Agung ini hampir tak bisa bertahan, semua sisa hidupnya tak banyak, sebenarnya sejak pertama kali masuk sudah begini, kali kedua menerobos Gerbang Xian justru mengkonsumsi lebih banyak lagi.
Semua orang hidupnya hampir berakhir, berturut-turut dua orang telah meninggalkan dunia fana.
"Kaisar manusia telah mati, pastilah aura darah Kaisar manusia itu sudah kering kerontang, mengakhiri kisahnya dengan sedih seperti ini!"
Di domain luar, orang-orang menghela napas penuh penyesalan, Sang Tak Tertandingi Sepanjang Masa justru berakhir dalam kesuraman yang menyedihkan.
Kaisar Kuno menggeram rendah, seluruh tubuhnya berlumuran darah, melayang ke angkasa dan menghilang ke dalam alam semesta. Semua orang gemetar ketakutan, seolah bencana besar sedang menghampiri.
Namun siluet samar Sang Kaisar Purba terus melesat, tak peduli pada mereka. Dalam sekejap melintasi puluhan ribu galaksi, tiba di sisi lain kosmos dan mendarat di sebuah planet kehidupan raksasa.
Langkahnya terhuyung-huyung. Sang Penguasa Sembilan Langit dan Sepuluh Bumi ini, yang seumur hidupnya perkasa tak tertandingi, kini tampak begitu menyedihkan dan penuh kepedihan.
Kaki yang pernah sanggup menghancurkan Hutan Belantara Tak Bertepi, kini hanya meninggalkan jejak darah suci Kaisar. Tubuhnya berguncang hebat bagai daun kering.
"Ayah!"
Huo Lin'er muncul, menjerit dengan kesedihan mendalam, suaranya merobek hati dan paru-paru, melesat cepat ke arah Kaisar Kuno yang berlumuran darah dan merangkulnya.
"Hati-...hati, aku hampir tak bisa mengendalikan aura, darah-darah ini mungkin melukaimu." Kaisar Kuno, tangan yang mampu memetik bintang dan menghancurkan galaksi itu kini gemetar tak stabil, dengan penuh kasih membersihkan darah kaisar dari wajah putrinya.
Huo Lin'er menangis tersedu-sedu, air matanya jatuh berderai-derai. Ayahnya yang dulu memerintah langit dan bumi, menguasai seluruh dimensi itu—seorang yang begitu perkasa seumur hidupnya. Kini, dalam kondisi mengerikan dengan luka tak terbayangkan, tubuh berdarah dan limbung, nyawanya telah mencapai ujung jalan.
Seseorang yang dulu begitu kuat, kini justru dalam pemandangan yang menyedihkan, membuat hatinya seperti ditusuk belati. Dia memeluk Kaisar Kuno sambil menangis melengking: "Ayah, Jangan tinggalkan aku, Kau harus bertahan, pasti harus hidup..."
Siluet samar pria ini pernah begitu perkasa, terlalu tinggi untuk dijangkau, tak tertandingi di dunia. Semua pahlawan dari sembilan langit dan sepuluh bumi harus menatapnya, bahkan para Dewa pun harus bersujud, menyembahnya.
Tapi kini posturnya agak bungkuk, tangannya bergetar. Dia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri, bergoyang-goyang, setiap saat bisa tumbang. Usaha untuk membersihkan air mata putrinya pun sia-sia.
Bukan lagi Kaisar Purba yang tak tertandingi di masa lalu. Kini dia hanya seorang ayah tua yang tidak rela melepas anaknya. Bola matanya yang dulu menekan kini memudar, dipenuhi keengganan. Tangannya yang kasar gemetar mengusap wajah putrinya, tidak rela melepaskan.
