"Pertempuran pertama berakhir, Sang Raja Perang pergi dengan sedih, roh api pamungkas zaman ini tumbang. Hasil ini sungguh menggemparkan! Tiga murid Ye Fan bangkit di era dahsyat ini, menyapu delapan penjuru dengan kesombongan!"
Tiga siluet diselimuti lingkaran suci, berdiri berdampingan bagaikan dewa perang yang turun dari zaman purba. Manifestasi mereka di era ini tak tertandingi di dunia fana.
Sekeliling sunyi senyap, semua orang menahan napas. Murid-murid Ye Fan telah matang hingga seperti ini, membuat musuh abadinya malu tersipu. Jika bertempur lagi, siapa yang akan mereka hadapi?
Saat ini tak ada yang menyerang mereka. Meski di Gerbang Kaisar masih ada ahli-ahli terbaik yang mengamati dengan dingin, belum benar-benar datang, namun pertempuran ini pasti akan mengguncang mereka.
Orang-orang bubar, tempat ini kembali hening.
Tentu saja, beberapa yang ingin mengikuti Ye Fan tidak pergi jauh, masih berkeliaran di sekitar. Mereka menanti peluang.
"Guru, siapa tiga sampah ini?"
Depan gubuk jerami, Hua Hua memiringkan kepala. Kepala botaknya mengkilap seperti dilapisi lilin. Ia memandang sinis Mo Wentian, Tuoba Mo, dan Yi Ming dengan ekspresi meremehkan.
"Botak kau sedang menghina siapa?!" Tuoba Mo langsung naik darah. Ditindak secara perkasa oleh Ye Fan dan dipaksa jadi kuli saja sudah memalukan, sekarang malah dihina oleh seorang botak.
"Nak, kau cari pukulan ya? Berani mengomentari penampilan Kakak Buddha? Lihat dulu siapa dirimu! Pergi ambilkan teh untuk Sang Biksu, jangan lupa identitasmu." Hua Hua duduk di balok kayu, memerintah Tuoba Mo.
"Botak! Omong kosongmu itu! Berani lawan aku?!" Api kemarahan Tuoba Mo menjulang hingga ubun-ubun. Ia melangkah maju dengan ancaman.
"Lawan ya lawan! Siapa takut?" Hua Hua bangkit berdiri, langsung menyabetkan telapak tangan.
"Bang!"
Tak ada yang mengejutkan, Tuoba Mo terlempar menyamping dan jatuh di atas debu. Ini karena dia mengalami luka parah akibat serangan Ye Fan, lima wilayah kultivasi besarnya hancur, dan proses pemulihannya sangat sulit.
"Biksu, beranilah kau memulihkanku! Aku akan menghajarmu sampai tak bisa mengenali Amitabha Buddha!" sumpah serapah Tuoba Mo penuh kebencian.
Dia adalah sosok seperti iblis yang bertindak semena-mena di dunia fana, selalu bersikap perkasa dan bertindak semaunya. Tapi saat ini dia merasa sangat terhina.
"Kau pikir siapa dirimu? Setiap Anjing dan Kucing bisa seenaknya menantangku? Jika harus menanggapi semua, aku pasti mati kebosanan!" Hua Hua tertawa sinis.
Sepanjang perjalanan, dia telah mendengar tentang trio ini. Terutama pria seperti iblis yang pernah menyebut gurunya Ye Fan sudah tua dan tak berdaya - hal ini secara alami melekat di ingatannya.
Balas dendam dari seorang biksu pasti bukan hal sederhana.
“Nak, kudengar kau lancang ingin bertarung dengan adik seperguruan Yang Xi untuk membuktikan Yao Guang lebih kuat dari guruku？ Juga kudengar kau bilang dalam 300 tahun ke depan tak akan ada lagi Konstitusi Suci manusia Ye Fan di alam semesta, katanya sudah mati sejak lama. Sungguh licik.” Hua Hua kembali menatap tajam Mo Wentian.
Mo Wentian mendengus dingin, tidak menjawab.
Hua Hua tersenyum tipis: “Baiklah, kulihat kau punya akar kebijaksanaan. Tentu termasuk umat agama Buddha, hari ini hamba sangha memanggilmu kembali ke posisi.”
“Kau... mau berbuat apa?!” Bulu kuduk Mo Wentian berdiri tegak. Ia mencium firasat situasi mengkhawatirkan, matanya mengawasi dengan waspada.
Tapi apa daya melawan saat ini? Langsung saja tubuhnya dikunci. Dengan alat cukur yang berkilauan, Hua Hua menekan kepala lelaki itu lalu mulai menggerakkan pisau.
“Berhenti!!” Teriak Mo Wentian wajah menghijau. Biksu ini begitu tidak biasa dan kurang ajar, tak disangka hendak menyerangnya dengan cara begini.
“Donator, kau boleh berteriak, memekik sampai leher hancur pun percuma.” Hua Hua tersenyum jahat, alat-alat pencukur di tangannya berswoosh-swoosh mengayunkan kilau pedang yang berkilauan putih, menari-nari bagai kertas-kertas yang memenuhi langit.
Mo Wentian meneriakkan dengan emosi tinggi, tapi kepalanya tertahan, tak bisa bergerak sama sekali. Ia hanya merasakan rambut hitam legamnya berjatuhan bagai salju, angin sepoi-sepoi menyapu kulit kepalanya yang botak, membuat seluruh tubuhnya gemetar menahan amarah.
“Donator telah mencapai pencerahan sempurna, 3.000 helai rambut resah telah lenyap.” Hua Hua menarik pisau sambil menampilkan gaya jawara pedang legendaris, membuat beberapa pola pedang dengan swoosh-swoosh, lalu membentuk posisi keren ala pendekar.
Wajah Mo Wentian membiru kehijauan, ingin sekali menginjak-injak botak sang biarawan itu. Akhirnya tak tahan melolong panjang, tapi tak ada rambut hitam yang berkibar liar - hanya botak yang tersisa.
"Hua Hua mundur selangkah, menyimpan pisau cukur, lalu berpose layaknya biksu agung yang telah mencapai pencerahan. Ia menyatukan telapak tangan dan berkata, 'Amitabha Buddha, baiklah, baiklah. Mulai sekarang, Tuan bersatu denganku, bersama Buddha. Sekuntum bunga mekar dalam pikiran, Guru ada di atas.'"
Dia bertingkah aneh, justru membuat Mo Wentian ingin menggigit orang. Si botak ini benar-benar kurang ajar.
"Eh, tadi kau memaki si botak, mungkinkah maksudmu dia?" Hua Hua bertanya pada Tuoba Mo, lalu menunjuk Mo Wentian.
Kedua pihak yang bersangkutan wajahnya pucat, mata menyala api, melototi Hua Hua dengan tatapan garang.
"Ini tidak benar." Hua Hua membetulkan, lalu mendekati Tuoba Mo. "Buddha bersabda, semua makhluk setara. Mengapa kau mendiskriminasi Tuan Mo? Kau bersatu dengannya, sama-sama manusia."
Swoosh! Swoosh! Swoosh!
Sinar dingin berkedip, kilatan pedang menari-nari, Tuoba Mo juga berubah menjadi botak, tengkoraknya berkilauan hingga terlihat jelas urat hijau berdenyut-denyut di permukaannya. Seluruh tubuhnya gemetar, menerjang Hua Hua. Sayangnya, ini sia-sia, dijatuhkan ke tanah dengan tamparan telapak tangan.
"Ja... jangan mendekat!" teriak Yi Ming.
"Aku paling benci anak kemayu, aura transendental apapun tak bisa menandingi wajah biasa dari dunia fana ini. Kemarilah, Sang Biksu akan memberimu kekayaan, mengembalikanmu ke kesederhanaan asli."
Bang!
Hua Hua mengayunkan tinju tua, menghantam Yi Ming hingga matanya menghitam lebam, "Beraninya kalian menghina guruku! Bahkan guru kalian datang pun takkan mampu!"
Ketika Ye Fan, Yang Xi, dan Ye Tong mendekat, Hua Hua telah selesai menghukum. Di tanah tersisa tiga kepala botak, ketiga korban menggigil hebat sepanjang tubuh, amarah memuncak hingga tak bisa berkata-kata.
"Saudara seperguruan, kau tidak boleh seperti ini! Bagaimana pun mereka orang berstatus, bagaimana bisa kau bertindak sembarangan?" Yang Xi mencela, lalu menarik satu per satu sambil berkata, "Ikuti aku!"
Perbedaan karakter individu menyebabkan variasi metode bertindak. Yang Xi menarik tiga orang yang benci hingga puncak untuk... duel satu lawan satu. Dia memang si gila perang.
"Adik seperguruan, kau benar-benar kejam! Wilayah kultivasi rahasia mereka sudah tertembus. Jangan sampai kau tak sengaja menghabisi mereka!" Hua Hua mengingatkan.
"Tak apa, bukankah ada Kitab Hati Nirvanamu? Untuk sementara biarkan mereka pulih, aku akan lebih memperhatikan!" kata Yang Xi.
Dalam beberapa hari berikutnya, dari kejauhan terdengar suara Bumi berguncang hebat disertai teriakan marah tiga pria - si gila perang mulai pemanasan tulang dan otot.
Di Gerbang Kaisar, suasana terasa aneh. Roh Api mati, Raja Perang kalah. Beberapa hari terakhir orang-orang terus berbisik, semua resah dalam hati.
“Ye Fan hidup kembali, muncul kembali di dunia fana setelah 300 tahun.” Kabar ini hampir terkonfirmasi kebenarannya, mengguncang Jalan Sejati satu-satunya dan membuat semua orang terkejut.
Saat ini, semua orang merenung: Jika Ye Fan benar-benar memulihkan pengalaman kultivasinya, seberapa kuat kekuatan tempurnya nanti? Ini adalah masalah yang perlu dipikirkan serius oleh setiap calon penempuh Jalan Kaisar. Karena di masa depan, mungkin mereka akhirnya harus menghadapinya - sebuah jurang yang akan melintang menghadang semua orang!
"Ternyata penglihatanku saat itu tidak salah, benar-benar dia." Bodhisattva Barat Jue Youqing menghela napas pelan. Dulu mereka pernah bersama-sama menembus dunia Immortal Manor Zhongzhou, memiliki ikatan tertentu.
Jin Chanzi yang berjubah putih dan transendental mengangguk lembut: "Dia adalah orang yang kuat. Tapi siapa pun yang ingin menembus Jalan Kaisar, harus melewati rintangannya terlebih dahulu."
Pada hari itu, Yin Tiande berdiri di atas menara kuno di Gerbang Kaisar, memandang ke kejauhan. Ia sedang merasakan kitab Xian Kaisar Zun, tak terpengaruh suasana pihak luar. Hingga lama kemudian, baru dia membuka mata dan memandang diam-diam ke arah pintu cahaya yang akan mengantarnya langsung ke medan perang Feixian!
Dari tubuhnya, kabut ungu menyembur ke langit, membentang 30.000 li, bagaikan dewa yang akan melakukan perjalanan jauh. Aura kedalamannya yang tak tertembus membuat bola matanya seolah mampu memusnahkan angkasa luar tak berujung.
"Aku telah menangkapnya, kitab Kaisar Zun. Tunggu sebentar, aku akan segera menemui-Mu." Bisiknya pelan.
"Apa? Guru bisa merasakan kitab Xian Kaisar Zun? Ini benar-benar... melawan Langit!" teriak seorang murid perempuan dengan wajah berbinar, hampir menjerit histeris.
Di arah lain, terdapat altar Jalan Kosong yang terukir jejak zaman. Tempat ini seharusnya menerima esensi Langit-Bumi, disirami energi matahari-bulan dan kekuatan bintang, menjadi yang paling gemilang. Namun saat ini altar tersebut diselimuti kegelapan total, di mana sebuah Buli-Buli Jalan Agung mengambang, berubah menjadi lubang hitam yang menelan seluruh energi alam semesta.
Di bawahnya, seorang pria duduk bersila tak bergerak, terjerumus dalam kondisi pencerahan batin terdalam, bagaikan Dewa yang terkubur dalam kabut zaman.
Akhirnya ia bergerak. Dalam sekejap mata, mulutnya menganga menyedot Buli-Buli Jalan Agung yang berubah menjadi ribuan simbol rune, menyusup ke dalam tubuhnya. Tulisan hitam itu tertanam dalam daging dan darahnya.
Tiba-tiba seluruh tubuhnya memancarkan cahaya, menghalau kegelapan dalam sekejap. Aura dirinya berubah total, lingkaran suci menyelimuti tubuh. Setiap inci kulitnya berkilauan, bahkan rambutnya berpendar keemasan laksana putra Dewa Matahari.
Pada detik ini, dirinya dipenuhi aura Chang Sheng, memancarkan kharisma tak ternoda bagaikan Raja Dewa yang terbangun dari tidur panjang sepanjang masa, kembali ke dunia fana.
Ini adalah transformasi radikal. Dalam tubuhnya terkandung dua teknik langit agung yang bergerak dinamis, menciptakan wujud menakutkan dengan pancaran cahaya misterius.
Terdapat kekuatan suku dewa, aura Roh Suci, darah Dewa Langit pemakan langit, jejak Dao Iblis Purba... Semua kualitas fisik terkuat di alam semesta terkumpul dalam satu entitas, membuat jiwa gemetar.
Kini, semua unsur fundamental ini telah dilebur menjadi satu dalam tungku, melahirkan sosok bernama Yao Guang!
"Bertahun-tahun kutunggu kesempatan bertarung. Tak kusangka kau benar-benar melawan Langit dan kembali. Darahku bersorak-sorak, janganlah mengecewakan!" gumam Yao Guang.
“Guru, saat ini Anda tidak punya waktu untuk pergi. Kitab Xian Kaisar Zun adalah yang terpenting. Bukankah Penjaga Gerbang Kaisar sudah mengatakan, ini langkah krusial?” Muridnya yang lain, Li Qingzhou, mendekat dan berdiri di bawah altar Jalan Kuno sambil berkata.
……
Di Gerbang Kaisar, Roh Suci Agung, Daois Sembilan Tribulasi, Kaisar Tian, Raja Iblis Gu Huang, serta beberapa keturunan darah Kaisar Purba telah tiba dengan reaksi yang berbeda-beda.
Untuk menjadi Kaisar, tubuh kaisar yang cukup kokoh mutlak diperlukan. Kekuatan Konstitusi Suci yang melebihi standar mungkin akan menjadi ujian pamungkas bagi yang memiliki fisik cukup kuat untuk mencapai status Kaisar di era ini.
Semua orang berpikir, mungkin inilah ujian terberat yang diturunkan Dewa untuk mereka - kebangkitan Konstitusi Suci milik manusia dengan fisik terkuat untuk menghalangi mereka.
Ada sosok unik bernama Zhang Bairén yang terus-menerus berjalan santai di jalanan kuno tanpa terlibat apapun, seolah melampaui dunia fana.
"Medan perang Feixian, Ye Fan telah menghabiskan beberapa hari bersama tiga muridnya. Mendengar cerita tentang sanak saudara, kabar teman lama yang sehat, serta kemajuan Istana Langit yang semakin kuat, membuatnya merasa sangat lega."
Di atas gubuk jerami, beberapa hari sebelumnya seekor cicak terjatuh dan ekornya patah. Namun kini sebagian telah tumbuh kembali, memicu Ye Fan termenung sejenak.
Di kejauhan, ular piton besar melilit batu raksasa sedang berganti kulit. Dengan susah payah melepaskan diri dari kulit keriputnya, tak lama kemudian seluruh tubuhnya berkilauan sisik emas. Di kepalanya tumbuh sebuah tanduk, tak disangka berubah menjadi naga air yang merayap menjauh dengan kekuatan yang semakin meningkat.
"Guru, semua orang sedang memahami kitab Xian Kaisar Zun, termasuk keturunan Kaisar Purba dan lainnya. Tidakkah Guru ikut? Konon kitab ini menyimpan rahasia besar yang tak tertandingi!" kata Yang Xi.
“Sementara tak ingin pergi, biarkan Guru merenung sejenak, memikirkan jalanku sendiri.” Ye Fan duduk bersila di depan gubuk jerami, menyaksikan bunga mekar dan layu, kayu kering bertunas kembali, rerumputan liar mulai tumbuh. Seluruh raganya mencapai ketenangan.
