Para pahlawan terkejut, Delapan Jendral Surgawi - sosok mitos yang mereka dengar sejak kecil, Sang Penyegel Dewa yang mengikuti Kaisar Keabadian sejak zaman purba - dua di antaranya telah mati seketika, semuanya dibunuh oleh satu orang saja. Bagaimana ini tidak membuat mereka gemetar?
Ye Fan berjalan mendekat, seluruh tubuhnya berlumuran darah para jendral. Bahkan helai rambutnya ternoda, memberikannya aura sifat iblis yang menakutkan.
Lautan emas bergolak di bawah kakinya. Dengan angkuh ia berdiri sendiri, memandang sinis ke segala penjuru. Aura intimidasinya membuat banyak orang tak bisa berkata-kata.
"Pembunuh Delapan Jendral Surgawi kami! Ingatlah - darah ini tidak akan sia-sia! Suatu hari nanti akan ada yang membunuhmu!" Teriak para penjaga bersenjata di Sarang Phoenix yang menangis. Mereka adalah ahli-ahli yang selamat sejak zaman purba.
Namun, kekejaman perang memang seperti ini. Di tempat ini, sumpah darah tidak diakui. Yang ada hanyalah realitas kejam. Ye Fan mengangkat tangannya dan menekan dengan satu jari. Seberkas kilatan magis melesat keluar. Brak! Orang itu meledak hancur, berubah menjadi tumpukan serpihan tulang dan kabut darah.
Hening sejenak, lalu disusul gemuruh genderang perang. Suara Permaisuri Keabadian yang jernih namun membeku menggema, "Sang Kaisar abadi! Usaha kalian akan diketahui-Nya. Cepat atau lambat, Dia akan kembali untuk membalaskan dendam kalian, menganugerahkan kejayaan! Demi kemuliaan dan keabadian, basmi semua musuh!"
Duk… Duk…
Genderang perang berdentum kian rapat, memicu darah mendidih. Medan perang yang semula tenang kembali bergemuruh teriakan perang. Pasukan-pasukan tempur mengabaikan nyawa sendiri, menyapu maju dengan kekuatan penuh.
"Braak!"
Pertarungan antara Kancai Laoren dan Pemimpin Yama memasuki tahap memanas. Mereka telah memisahkan diri dari medan perang, melakukan duel puncak yang tak bisa didekati siapapun.
Kedua orang ini penuh noda darah, mengalami cedera parah yang tak terbayangkan, namun hasrat bertarung mereka tetap membara tanpa mundur. Prinsip tertinggi dan seni rahasia mereka bertabrakan, mengubah tempat ini menjadi tanah kepunahan.
"Braak!"
Tiba-tiba, kekuatan suci ekstrim meledak. Wajah semua orang memucat, seolah kembali ke malam tiga ratus tahun silam ketika prinsip Kaisar-kaisar purba muncul di era kerusuhan kegelapan - kenangan yang tak bisa dihapuskan.
Ternyata senjata Kaisar yang saling berhadapan! Di tangan Kancai Laoren muncul sebatang teratai biru muda yang cahaya hijaunya menghancurkan langit. Sedangkan di tangan Pemimpin Kuil Sembilan Bencana terhunus tombak neraka hitam beraura kematian bak samudera.
Tak ada yang menyangka mereka menggunakan senjata Jalan Tertinggi dalam pertarungan ini. Siapa yang berani mendekat?
"Bunuh!"
Di kejauhan, pasukan bayangan tak terhitung jumlahnya datang memberi bantuan. Dari Sarang Phoenix, para penguasa kuat terus bermunculan bagai air bah, menerjang maju untuk menyerang.
Istana Dao, organisasi Dewa, dan pasukan Istana Langit seketika mengalami gempuran, kerugian besar. Pasukan lawan bagaikan lautan, jumlahnya jauh melebihi perkiraan mereka, penguasa kuat berjejer seperti hutan.
Satu-satunya yang patut disyukuri adalah kehadiran Ye Tong, Xiao Song, Phoenix Gunung, Yang Xi, dan lainnya di lokasi ini. Semua berada di tingkat zhun-di dengan kekuatan luar biasa, berhasil menstabilkan formasi dengan cepat dan melakukan serangan balik.
Sementara Ye Fan dan Gu Xinao bahkan langsung menerjang ke tengah lautan pasukan, membuat area ini runtuh. Segala penghalang hancur lebur.
"Wu wu..." Terompet Kaisar Zun bergema. Dewa Pedang Berambut Putih maju menyerang, setiap tebasan pedangnya menghancurkan satu penguasa kuat dari Sarang Phoenix.
Dewa Tua sendiri juga melangkah maju, mendekati Sarang Phoenix.
Permaisuri Keabadian dengan ekspresi serius memukul genderang perang, sengaja maju untuk bertarung mati-matian dengan Dewa Tua. Aura di lokasi ini seketika menjadi puluhan kali lebih mencekam.
Brak、Brak……
Dewa Pedang Berambut Putih sungguh terlalu kuat. Hampir setiap tebasannya meremukkan Penjaga Besi Sarang Phoenix yang menyerbu, tak ada yang sanggup bertahan walau satu gerakan pun.
Bzz!
Sarang Phoenix berguncang, ternyata ini adalah sebuah formasi magis raksasa yang menelan Sword God Berambut Putih, sementara mengurungnya.
Permaisuri Keabadian berhadapan dengan Dewa Tua. Wajah kedua belah pihak dipenuhi kedinginan. Salah satu dari mereka harus tumbang dalam pertarungan maut ini.
Di tengah lautan pasukan bayangan dan Sarang Phoenix, Ye Fan merobek barisan musuh dengan tubuh berlumuran darah. Tak ada yang bisa menghalangi langkahnya. Bagai Kaisar Langit yang turun ke dunia fana, pancaran cahaya emasnya mencapai ratusan juta zhang. Ia melangkah di tengah pasukan raksasa, tak tertandingi. Sebuah jalan dari darah dan tulang terbentang di bawah kakinya.
Tanpa suara, seekor kuda pincang muncul membawa seorang lelaki tua berambut putih yang tertegun memandang Sarang Phoenix.
Di sisi lain, seorang pemuda berbaju kulit binatang juga muncul. Bola matanya jernih berkilau, "Aku hidup sampai zaman ini hanya untuk menunggumu. Tepat! Kau masih ada di dunia fana."
"Perwira Pertama!" teriak Pasukan Besi di Sarang Phoenix dengan suara gemetar penuh kegembiraan, menatap tajam lelaki tua berambut putih di atas kuda sakit itu.
"Dan Permaisuri Keabadian bahkan tubuh bergetar, langsung berbalik. Saat melihat jenius yang dulu penuh semangat perkasa, kini telah mengalami masa tua, dia tak tahan hidungnya terasa pedih."
"Di masa lalu, pemuda berkuda putih itu dengan tombak perangnya tak terkalahkan di dunia, betapa berjiwa besar dan bersemangat. Waktu ah, sampai membuatnya seperti ini."
Pemuda itu memanggul busur keras sambil membawa tongkat batu, berkata: "Dulu, aku dikejar-kejar dinasti suci Kaisar Langit kalian sampai babak belur. Dari Istana Langit hanya aku yang bisa melawan Langit. Sekarang giliran nasib berubah? Situasi kalian payah. Saudara-saudaramu juga satu per satu dibunuh."
"Mereka bukan saudaraku." Perwira Pertama dengan rambut putih terurai, wajah datar berkata.
"Oh, benar juga, kau memang berbeda dengan mereka, tak ada ikatan. Cuma demi perempuan itu. Haha, bagaimana kalau kubantu bunuh dia? Sekali mati selesai, tak ada lagi yang kau khawatirkan. Fokus saja pada 'Jalan Penghancur Kaisar', setuju?" Pemuda itu tertawa terbahak.
"Kau boleh mencoba!" Tatapan mata Perwira Pertama memancarkan aura menakutkan, berkilauan luar biasa.
"Ga asik banget." Pemuda menggelengkan kepala, "Hidup selama ini, akhirnya tak bisa dibendung. Aku terus berpikir ingin perang gemilang. Kalau kau tak muncul juga, aku sudah siap menghancurkan zona terlarang bagi kehidupan."
Semua orang terdiam terkejut, ini sebenarnya siapa? Nada bicaranya benar-benar keterlaluan!
"Dia Perwira Pertama Istana Langit Kuno! Tak disangka sesepuh ini masih hidup di dunia fana!" Bibir Dewa Tua bergetar kegirangan, air mata haru memenuhi matanya.
Kerumunan gempar. Beberapa yang tahu asal-usul pemuda itu jantungnya berdebar kencang - di masa lalu dia benar-benar berani menembus zona terlarang untuk membunuh!
Terlalu banyak legenda yang mengiringi namanya!
"Si tua brengsek Kaisar Underworld ini adalah salah satu benih petaka yang menyebabkan runtuhnya Istana Langit Kuno. Sisa waktunya tak banyak lagi, aku hampir saja pergi ke Dinas Kematian untuk menyelesaikan perhitungan dengannya. Tapi kau juga muncul, rupanya sudah tak bisa dibendung lagi." Pemuda itu mengejek diri sendiri sambil tersenyum tipis, "Orang-orang seperti kita mengakhiri hidup dengan cara seperti ini, betapa tak kenal ampun. Bisa dianggap sebagai pencapaian Jalan yang tak biasa, seperti Konstitusi Fisik Suci kesempurnaan itu."
"Mengakhiri seperti ini benar-benar sayang." Perwira Pertama berbisik lembut, ada nuansa kerinduan dan kesedihan dalam suaranya.
Pemuda itu menggoyang-goyangkan tongkat batunya dengan santai, "Kalau kau juga merasa sayang, mari kita lakukan pertempuran habis-habisan yang tak biasa."
"Bagaimana caranya bertarung?"
"Satu orang menyerbu zona terlarang bagi kehidupan, melakukan pembantaian besar-besaran. Lihat siapa yang bisa membantai satu atau dua Yang Maha Agung." Tawa nakalnya menggema penuh kepercayaan diri dan keperkasaan, "Ketika mereka mencapai pencerahan, mereka beruntung tidak bertemu kita. Tapi biarlah mereka tahu: Pernah ada dua orang seperti ini! Seandainya hidup sezaman, mereka takkan punya kesempatan!"
Perwira Pertama menghela napas, dia terlahir 9.000 tahun setelah Kaisar Keabadian. Saat dirinya mulai bangkit, sang lawan sudah lebih dulu mencapai pencerahan. Bagaimanapun juga, tak ada kesempatan baginya.
"Lalu apa lagi yang ditunggu? Mari masing-masing menghadapi pertempuran terakhir. Pahlawan sejati yang perkasa di dunia ini, hanya orang seperti kita berdua!" Pemuda itu tertawa lepas, "Kaisar Underworld adalah milikku, jangan kau rebut. Si tua brengsek ini sudah hidup terlalu lama, saatnya dia mati."
Kemudian, dia berbalik memandangi Ye Fan, "Kau memiliki kharisma seperti masa mudaku dulu, kemampuan bertarungmu juga cukup baik. Di era ini aku tak akan bersaing dengan kalian, zaman ini menjadi milik kalian!"
"Haha..." Perwira Pertama tiba-tiba tertawa terbahak namun terdengar getir, "Tak kusangka kita bisa berdialog seperti ini, bukan langsung bertarung hidup-mati sejak awal."
"Karena pada dasarnya kita sama, hanya terlahir sebagai musuh. Tapi kini zaman sudah berbeda." Pemuda itu mengangkat tongkat batunya, "Ayo, aku sudah tak sabar lagi. Mari bunuh si anak haram Kaisar Underworld ini!"
"Pemuda ini, dengan ekspresi seperti ini, begitu cemerlang namun juga begitu berani, membuat orang terkesima. Betapa santun dan perkasanya, berbicara tentang membunuh penguasa agung zaman kuno dengan seenaknya."
"Ini benar-benar pahlawan perkasa!"
Semua orang tergetar dalam hati, banyak yang darahnya bersorak-sorak.
Perwira Pertama akhirnya menggelengkan kepala, "Aku tidak bisa pergi, setidaknya saat ini belum. Tidak bisa melihat dia mati."
Di matanya terpantul siluet ramping yang membuat wajahnya kompleks. Memandang Permaisuri Keabadian di Sarang Phoenix, dia enggan pergi.
"Hanya seorang putri! Setelah zaman panjang begini, masih tak bisa kau lepaskan?!" pemuda itu membentak.
"Obsesi dalam hatimu pun belum kau lepas! Jika sudah terbasmi, kau pasti sudah jadi Kaisar. Tapi kau masih terus menyesali keruntuhan Istana Langit dan menghela napas."
"Kalian dihancurkan, Dinas Kematian runtuh, barulah aku bisa melupakannya! Kini akhir kalian sudah ditakdirkan karena bertemu denganku. Setelah urusan di sini selesai, aku akan ke Dinas Kematian. Setelah membunuh Kaisar Underworld, aku akan mencapai pencerahan dan hidup dua masa kehidupan!" teriak pemuda itu dengan suara berdentang.
Di kejauhan, Permaisuri Keabadian di Sarang Phoenix berhenti memukul genderang. Matanya menatap kosong wajah keriput Perwira Pertama, di wajahnya sudah bergantungan bekas air mata.
Pemuda berbaju perak penunggang Tianma itu kini telah menua puluhan tahun. Bahkan kuda surgawinya pun pincang, terjerumus dalam masa senja. Pahlawan perkasa yang dulu, tak disangka telah mencapai hari tuanya yang menyedihkan ini.
Pemuda itu menengadah ke Sarang Phoenix, membentak: "Perempuan itu! Dia sudah banyak berkorban untukmu. Kau ingin melihatnya mati dengan penyesalan? Jika kau masih punya sedikit perasaan, matilah segera! Biarkan dia melepaskan segalanya dan mencapai pencerahan. Jangan terlalu egois!"
“Begitukah……Aku mati kau bisa mencapai pencerahan?” Air mata kristalin mengalir di wajah jernih dan cantik tak tergambarkan Permaisuri Keabadian, berguling jatuh tak henti-hentinya, suaranya bergetar: “Jika bisa, aku akan membantumu mencapai pencerahan.”
Perwira Pertama menggelengkan kepala, berkata: “Jangan dengarkan omongannya yang sembarangan.”
“Bertele-tele seperti ibu-ibu! Aku yang akan membantumu mencapai pencerahan, lalu kita ke zona terlarang untuk pembunuhan. Kalau tidak, kondisi tubuhmu pasti jauh kalah dari aku!” Pemuda itu bertindak, menghantamkan telapak tangan ke Sarang Phoenix.
Semua orang terkejut, seberapa kuatnya penguasa ini sampai begitu percaya diri, berani menghabisi Permaisuri Keabadian dengan satu telapak tangan?!
“Criiiing!”
Sebatang Tombak Perak berkilauan putih melintang, memblokir jalan sang pemuda. Perwira Pertama bertindak, melawannya dengan serangan keras. Jalan Kaisar menyebar, membuat para pemuda bersujud tak mampu menahan, tak tahan membenturkan dahi ke tanah.
Satu-satunya yang patut disyukuri, prinsip itu dikendalikan dalam batas jangkauan tertentu. Jika tidak, semua orang akan mati!
"Kau ini perempuan ya, menghancurkan kehidupan sebelumnya-nya. Di zaman ini pun dia punya peluang transendensi, membunuh Yang Maha Agung di zona terlarang bukan masalah, tapi malah bertemu denganmu lagi, hancur lagi." Si pemuda mengejek.
"Jika aku menjadi beban... aku mau segera mati!" Permaisuri Keabadian menundukkan air mata, tak lagi seperti penguasa kuat perempuan, melainkan wanita lemah yang kehilangan arah. Mengingat masa lalu, hatinya sakit sekali.
Perwira Pertama menghardik: "Bodoh! Kau terkena mantra Xian getaran suci langit-nya. Dia sengaja memaksamu mati. Hidup atau mati, kau sudah tertanam di hatiku."
Mendengar itu, Permaisuri Keabadian semakin tersiksa dalam hati. Pemuda berjubah perak dengan kuda putih itu terus-menerus berjaga di sisinya, tak pernah pergi. Air mata jernih berguling di wajahnya, tak bisa bicara sepatah kata pun, hanya tersedu-sedu.
“Sungguh membosankan, kau terlalu kolot sampai tingkat ini, pantas saja tak bisa mencapai |Jalan. Ayo pergi, aku bisa meminta mereka menyisakan nyawanya, takkan membunuhnya. Orang seperti kita yang saling menghancurkan sampai akhir, sungguh tragedi di antara |Langit dan Bumi. Orang seperti kita seharusnya membunuh seorang |Yang Maha Agung, membuat satu |zona terlarang ikut dikuburkan. Hidup, salah memilih era, tak bisa mengontrol nasib. Mati, tentu harus memilih sendiri, berakhir dalam kemegahan puncak.”
“|Anda telah menurunkan |wahyu suci, kami tentu takkan membunuh |Yang Mulia Permaisuri kali ini.” |Dewa Tua berkata.
“|alam semesta ini terlalu kotor, tak ada artinya bagi kita. Ayo kita pilih |lokasi makam!” |pemuda tertawa terbahak, mengeluarkan |kesaktian besar yang langsung menghancurkan tempat ini. Dengan paksa dia memindahkan |medan perang, lalu menghilang bersama |Perwira Pertama.
Semua orang |termangu, apakah mereka benar-benar menyerbu |zona terlarang bagi kehidupan? Sungguh |pahlawan terbaik!
1713 |Bab 1713 Bunga-bunga Darah Bermekaran
Sudah lama kedua orang itu pergi, namun |medan perang ini masih |hening mencekam. Munculnya dua |figur fenomenal membuat |Langit dan Bumi ini kehilangan kilau, sungguh |ambisi sebesar 10.000 zhang!
"Aku hidup, aku tertawa, aku bebas. Aku marah, aku geram, aku menunggalkan. Saat hidup datang ke dunia fana ini, tak bisa memilih sendiri. Saat mati, terserah aku bukan langit. Akan berakhir dalam kemegahan puncak."
Mereka hendak menuju zona terlarang bagi kehidupan! Tertawa terbahak, tak peduli jalan depan. Wajahnya begitu percaya diri, begitu gagah dan seenaknya. Hendak menghancurkan Yang Maha Agung.
Semua orang terpaku, tak bisa berkata-kata!
Bagaimana ada orang seperti ini? Menembus zona terlarang kehidupan, lebih santai dari berjalan di taman. Tertawa liar, membawa busur dan tombak besi. Begitu saja pergi berperang.
Tak ada kemewahan, tak ada situasi menggemparkan langit-bumi. Sesederhana ini. Di ujung nasib, dalam sorotan api gemilang, memancarkan cahaya yang menerangi seluruh catatan sejarah kuno kultivasi.
"Braak!"
Entah di mana, datang getaran dahsyat bagai ombak menghantam tebing, seperti batu raksasa menembus langit. Mengguncang seluruh alam semesta.
Puing-puing ruang-waktu beterbangan.
Dalam keadaan setengah sadar, orang-orang melihat kuda pincang itu berubah menjadi naga. Seluruh luka di tubuhnya lenyap, berubah putih pucat tanpa sehelai bulu kusut tersisa, menjadi Tianma yang tak tertandingi di dunia. Di atas punggungnya, seorang pemuda berjubah perak dengan tombak perang berkilauan di genggaman menunjuk ke langit kesembilan, sorotan matanya penuh vitalitas dan aura wibawa yang tak tertandingi.
Di atas Sarang Phoenix, Permaisuri Keabadian berdiri dengan tubuhnya limbung tak stabil. Air mata bergantungan di wajahnya, meluncur turun tanpa suara.
Gambar samar yang muncul sekejap itu membuatnya terpana. Itu jelas Perwira Pertama dari masa lampau - kharisma legendarisnya tak tertandingi, dengan tombak perang lancang menembus sembilan lapisan langit!
Tapi dia tahu setelah hari ini, sosok itu takkan terlihat lagi. Pemuda berjubah perak di atas kuda putih itu, sang jenius perkasa, telah mencapai puncak tertinggi Jalan Tertingginya. Namun untuk selamanya takkan kembali, tidak akan terlihat lagi di dunia fana.
"Haha..." Dalam keadaan setengah sadar, orang-orang kembali mendengar tawa lepas pemuda itu. Lalu dia memasuki Tanah Underworld, hendak membunuh penguasa agung zaman kuno.
Tongkat batu melintang di langit, aura wibawanya menguasai dunia. Kilau sesaat itu menerangi keabadian!
……
Entah berapa lama berlalu, orang-orang di tempat ini masih terpaku dalam keheningan.
"Ah..."
Suara jeritan menyayat hati terdengar. Di belakang Ye Fan, ruang hampa pecah. Mayat perang berkesadaran yang baru mengeluarkan separuh tubuhnya dihancurkan dengan tendangan kalajengking tanpa dia menoleh. Prinsip kosmis dan pecahan senjata musuh beterbangan.
Ini adalah mayat perang zhun-di yang menyergap, berhasil ditaklukkannya.
"Daripada menyelinap, lebih baik hadapi aku terang-terangan! Semua ini tidak berguna, sekalipun kalian serang bersama tetap takkan sanggup membunuhku!" Ye Fan tertawa dingin. Langkahnya yang mantap membuat cakrawala bergetar, setiap jejak meninggalkan beban tak tertahankan.
Braak... Braak...
Pada akhirnya, setiap langkah Ye Fan membuat area luas angkasa luar runtuh, sementara pasukan bayangan di depan mengalami cedera parah yang tak terbayangkan. Bahkan dengan kerangka zhun-di sebagai pemimpin pun tak berguna!
Ye Fan melepas semua batasan. Seluruh darahnya mendidih, sinar laser dari tulang tengkoraknya menyembur 100.000 li ke langit. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, tubuhnya memancarkan cahaya bagaikan Dewa yang datang dari zaman kuno, mengeluarkan aura mengerikan yang tak terbayangkan.
Ini adalah wujud kewibawaan tak tertandingi. Getaran energi seorang diri ini menekan seluruh cakrawala. Bagi pasukan bayangan, kekuatan yang terlalu kuat ini benar-benar mematikan. Mereka semua mulai terbakar.
"Terlahir kembali!" Pemimpin Kuil Sembilan Bencana meneriakkan mantra.
Gugusan energi Yin berkabut terbang mendekat. Enam Pintu Samsara bersinar serempak, bergerak ke arah Ye Fan untuk menelannya dan mengirimnya ke Tanah Underworld hingga punah.
"Pemimpin Kuil Sembilan Bencana mulai panik. Pemuda dari Istana Langit Kuno itu terlalu mengerikan. Dia ingin pulang mengirim surat agar Kaisar Underworld yang tertidur tidak benar-benar mengalami insiden."
Tapi, mana mungkin membiarkannya menggunakan artefak Ruyi.
Bahkan sebelum Ye Fan bergerak, sebatang teratai biru muda telah melesat, meremukkan ruang hampa abadi. Pintu Samsara pun hancur berkeping, kabut abu-abu berhamburan.
Kancai Laoren bertindak. Dengan membawa senjata Kaisar Hijau, tentu dia tidak akan tinggal diam membiarkan Pemimpin Kuil Sembilan Bencana membantai wilayah ini. Tugas utamanya adalah mengikat gerakan dan membunuh musuh.
"Serbu! Era Istana Langit Kuno sudah berakhir! Lindungi Dewa kami! Berperanglah untuk-Nya! Habisi semua mereka!"
"Untuk kejayaan masa silam! Kembalikan martir Istana Langit Kuno! Tebus aib kita! Bunuh sisa pasukan Kaisar Keabadian!"
……
Teriakan perang menggema di lokasi ini. Pertempuran menyebar hingga ke berbagai penjuru angkasa. Penguasa kuat berjejer seperti hutan, menyapu maju-mundur. Prinsip bagai hujan terus berjatuhan.
Bahkan Maha Santo pun akan segera tenggelam dalam pertempuran seperti ini. Mitos para penguasa kuat mudah remuk dalam pertempuran besar yang megah ini, karena para pahlawan berdiri bersama, tak ada yang lemah - mereka berasal dari ras-ras pamungkas terkuat.
Hanya zhun-di yang bisa berdiri sendiri di dunia fana. Ye Tong memancarkan kilatan Dewa Matahari dari seluruh tubuhnya, bertarung sengit dengan komandan pengawal yang muncul dari Sarang Phoenix - seorang perempuan zhun-di dengan kemampuan bela diri yang mengerikan.
Xiao Song bersama Gu Xinao juga turun tangan, membantai orang-orang kuat Dinas Kematian. Asal-usul mayat-mayat kuno itu sungguh mengejutkan, sesekali terdengar teriakan kaget ketika menyadari itu adalah kepala suku legendaris dari generasi tertentu.
Yang Xi, Phoenix Gunung, dan lainnya juga menyapu kerumunan, membunuh semua orang di sekeliling, bertarung habis-habisan melawan pahlawan-pahlawan hebat Klan Kuno.
Alam semesta benar-benar terlalu luas. Genderang panggilan Kaisar Langit dan terompet perang Kaisar Zun kali ini dampaknya terlalu jauh, mengganggu tak terhitung jenis klan, termasuk banyak zhun-di yang melesat menyeberangi lautan.
"Berapa tahun telah berlalu, tidak pernah ada operasi militer skala besar seperti ini! Ini pasti yang paling memilukan setelah kerusuhan kegelapan!"
"Nyawa manusia lebih murah daripada rumput, barisan panjang penguasa kuat tewas, darah mengwarnai langit dan bumi merah. Ini adalah adegan kiamat, semua orang menjadi gila-gilaan."
Permaisuri Keabadian mengusap air mata, wajahnya membeku. Tanpa henti ia memukul genderang, suara gemuruhnya bagaikan raungan makhluk purba dari dunia dewa, menjadi faktor gentar hingga ke jiwa manusia.
Nada genderang ini mempengaruhi tekad orang, membuat mereka nyaris gila. Keturunan Delapan Divisi dan semua pengikut lainnya berubah menjadi ganas, hampir gila, maju menyerbu tanpa takut mati. Darah panas banyak orang terus-menerus terbakar.
"Yang Mulia masih belum mau mundur? Meski aku berjanji tidak membunuhmu, tapi masih ada orang lain! Jika terus keras kepala seperti ini, penyesalan akan datang terlambat!" Dewa Tua menghardik.
"Haha... Di zaman ini, semuanya kosong! Jika aku tidak mencapai puncak tertinggi, biarlah seluruh dunia ikut dikorbankan untukku!"
Permaisuri Keabadian sudah gila, di wajahnya terdapat air mata dan raut mengerikan, paras jernih dan menawan dipenuhi kompleksitas. Pemuda kuda putih itu mustahil kembali hidup-hidup, dalam hatinya tertimbun penderitaan tak bertepi. Daripada begini, lebih baik hancurkan alam semesta.
"Dengan kekuatan Permaisuri, mustahil melakukan itu semua." Dewa Tua berkata dengan kasar.
"Mustahil? Akan kubuat kalian semua paham! Dunia ini harus gemetar dan pecah!" hardik Permaisuri Keabadian.
Braak!
Jawabannya adalah dentuman terompet mengerikan. Dewa Tua mencapai Sarang Phoenix, bertempur sengit dengannya. Genderang Panggilan Kaisar Langit dan Terompet Kaisar Zun bertabrakan, memancarkan helai-helai cahaya Xian yang menggemparkan langit-bumi, membelah alam semesta.
Keduanya bertempur sengit, suara surgawi bergema di segala penjuru, angin ilahi membentang luas, seolah dua kaisar purba hidup kembali untuk versus di zaman ini.
"Pertarungan perangkat rahasia Kaisar Langit melawan perangkat spiritual Kaisar Zun, ini benar-benar ujung jarik vs ujung gandum. Seolah dua kaisar purba sedang bertarung, sosok-sosok termasyhur sepanjang masa. Sepanjang sejarah, berapa orang yang bisa disejajarkan dengan mereka?"
"Hah, genderang panggilan yang ditempa dengan susah payah oleh Kaisar Langit ternyata cuma begini kualitasnya. Ritual pengorbanan darah yang menyasar pun gagal meredakan terompet Kaisar Zun."
"Kudengar terompet Kaisar Zun berasal dari segmen tanduk naga asli. Tapi kelihatannya biasa saja, bahkan tidak bisa menembus genderang Kaisar Langit. Payah benar!"
Saat Permaisuri Keabadian bertarung habis-habisan melawan Dewa Tua, pengawal kedua belah pihak juga saling bantai. Tak hanya aksi fisik, mulut mereka pun tak berhenti mencabik semangat lawan, membuat pikiran tidak stabil.
Braak!
Ekspedisi Ye Fan kini tak terbendung. Dewa Tua melawan Permaisuri, Kancai Laoren menghadang Tuan Yama. Dialah satu-satunya penguasa kuat yang masih leluasa membantai musuh di segala penjuru, bagaikan memasuki wilayah tak bertuan.
"Nak ke sini! Energi kehidupan, vitalitas, dan semangatmu masih kuat. Gantikan posisiku, biar tua-tua ini istirahat sebentar!"
"Pria tua bergigi kuning itu berteriak keras. Di punggungnya terdapat cap telapak tangan mengerikan, bajunya compang-camping akibat diserang mendadak oleh mayat perang, bahkan hampir tersedot masuk ke dalam Pintu Samsara milik Penguasa Yanluo."
"Dia sudah terluka sejak lama. Bertarung habis-habisan melawan Iblis Gelap benar-benar melelahkan."
"Baik, aku yang akan menggantikan!" Ye Fan menerjang ke jarak dekat dan menggantikan posisi pria tua ini.
"Hasilnya, begitu si tua itu meninggalkan medan perang, vitalitasnya langsung pulih sepenuhnya seperti disuntik darah ayam. Dia melompat tinggi-tinggi menerjang Sarang Phoenix sambil matanya memancarkan sinar licik, "Aku datang!""
"Sikap menjijikkan ini langsung membuat Ye Fan tak bisa marah lagi. Jelas-jelas bajingan ini mengincar harta karun di Sarang Phoenix. Semangatnya yang menggebu-gebu saat ini bahkan bisa membuatnya bertempur sepuluh ronde lagi."
"Iblis Gelap benar-benar perkasa. Meski tak sehebat masa kejayaannya dulu, Ye Fan tetap merasakan daya tekan dahsyat bagaikan menghadapi binatang buas dari era pembukaan langit."
Sebenarnya, iblis itu memang seekor binatang buas zaman purba, kekuatan darah rasnya sangat kuat. Meski saat ini telah berubah menjadi wujud manusia, siluet besar di belakangnya masih seperti gunung yang bisa berubah menjadi wujud fisik kapan saja dan menerjang.
"Jenius generasi penerus dari Langit Keenam, biarkan aku melihat seberapa luar biasanya dirimu!" teriak iblis itu sambil menyapu seperti awan gelap. Aura darahnya seperti lautan, tubuhnya bagaikan iblis. Sebuah lentera biru menyala di alam semesta, prinsip-prinsip menyebar mengikuti nyala apinya.
Dia tidak meremehkan Ye Fan, karena dia tahu meski tingkatannya lebih tinggi, kondisi tubuhnya sangat buruk sehingga tidak bisa mengeluarkan seluruh kekuatannya.
Braak!
Lentera biru memancarkan cahaya, di sumbunya terdapat seorang manusia kerdil yang sedang duduk bersila. Dengan mulut terbuka, ia menelan semua prinsip dan cahaya Xian yang dilepaskan Ye Fan, mengubahnya menjadi energi kehidupan sendiri. Api sumbu menyala dahsyat lalu meledak.
Api jenis ini sangat istimewa, dikelilingi kabut Yin yang luas di sekelilingnya, seolah menutupi langit dan bumi. Ia bisa menggerogoti energi kehidupan dan roh primordial seseorang, bahkan meluluhlantakkan tubuh fisik. Konon, ini adalah kekuatan penghancur dari era pembuka langit.
Ye Fan menghantamkan telapak tangannya, yang seharusnya bisa membuat langit runtuh berantakan. Tapi kekuatan tersebut justru diluluhlantakkan oleh energi Yin ekstrem yang lembut ini. Jantungnya berdebar kencang seketika.
"Bunuh!"
Ini bukan pertempuran yang bisa diakhiri dalam waktu singkat, melainkan akan menjadi pertempuran sengit yang panjang.
Fakta membuktikan semua ini. Youmo Shen semakin ganas dalam membunuh. Energi obat yang meleleh di dalam tubuhnya jelas berasal dari sifat racun ampas pil dewa Sembilan Rotasi yang sedang berfungsi, membuat kondisinya membaik.
"Kau yang dipuji oleh Perwira Pertama Istana Langit Kuno memang sangat kuat. Tapi jangan pernah memberiku peluang! Membunuh jenius dan menguasai segalanya dengan satu tangan—itu gayaku!" Youmo Shen yang berlumuran noda darah berkata dengan suara dingin menusuk.
"Aku tak akan memberimu kesempatan. Era kalian telah berakhir. Segala sesuatu akan menjadi masa lalu. Zaman ini menjadi milik generasi baru!" Ye Fan berkata dengan tenang.
Setelah seribu jurus hidup-mati, bunga-bunga darah bermekaran di tubuh Ye Fan. Pada detik ini, semua teknik pertempuran lawan telah ia amati tuntas, memicu Larangan Suci.
"Braak!"
Tinja Kaisar tak tertandingi, pancaran cahaya emas menyala-nyala. Bak seorang Kaisar yang sedang berprosesi, Ye Fan menghantam lentera biru di depannya hingga hancur. Tubuh Iblis Gelap ikut meledak, darah menetes di alam semesta.
Semua orang menggigil ketakutan. Ye Fan terlalu kuat. Tiga Jendral Surgawi yang pernah mengabdi pada Kaisar Keabadian di masa lampau, hampir semua ahli sezaman yang bertahan hingga era ini, tewas di tangannya.
Sehebat apa pun penguasa, di hadapan waktu mereka tak berarti apa-apa. Pada akhirnya hanya menjadi percikan darah semata.
"Braak!!!"
Tiba-tiba, dari kedalaman angkasa luar, aura mengerikan menyebar mengguncang dunia fana.
“Adalah……arah Dinas Kematian!” Ye Fan mengangkat kepala dengan gerakan cepat.
Di sana getaran dahsyat, puing ruang-waktu beterbangan menyerbu Empat Ekstrem dan delapan penjuru. Samar-samar terlihat seorang pemuda yang menderu di antara langit-bumi, membusurkan panah langit untuk menembak mati Yang Maha Agung!
