"Apa? Memobilisasi semua orang untuk mundur dari kota?"
Pada dini hari 7 Juni pukul lima lebih, saat manusia sedang tertidur paling lelap, seluruh pejabat tingkat satu dan dua di kota-kota pesisir benua dibangunkan dari selimut oleh sekretaris atau telepon. Dalam keadaan linglung, kepala mereka belum sepenuhnya sadar. Menerima perintah yang langsung melewati tingkat provinsi dan dikeluarkan oleh pusat ini, setiap pemimpin kota yang menerima telepon sempat mengira sedang bermimpi.
Empat karakter "mundur dari kota" terkesan biasa, namun makna yang direpresentasikannya akan menggerakkan populasi ratusan ribu hingga 10 juta jiwa di sebuah kota, ditambah kekayaan yang tak terhitung nilainya.
"Ya, segera jalankan!"
Tanpa ucapan lain, telepon langsung gugur. Sebenarnya sejak kemunculan makhluk monster di India yang mendarat di daratan, pusat telah menyadari bahwa mustahil melakukan evakuasi kota-kota pesisir dalam waktu sesingkat ini. Bahkan di beberapa kota, perintah pusat tidak bisa diimplementasikan secara menyeluruh. Bagaimanapun perintah ini terlalu luar biasa, satu-satunya harapan hanyalah menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.
Mengandalkan tim kepemimpinan pemerintah daerah dengan efisiensi rendah mereka tampak tidak realistis, jadi sandaran terbesar untuk menyelamatkan kota-kota pesisir tetaplah militer.
Nada sambung dari telepon membuat para pemimpin yang menerima panggilan itu tertegun. Jika nomor yang tertera di layar memang nomor pusat yang familiar, mungkin mereka akan mengira ini candaan atau sistem komunikasi militer diretas hacker yang mengirim instruksi sembarangan.
Tapi memikirkan perintah evakuasi kota ini, tidak ada yang percaya ini benar-benar terjadi.
Hampir semua yang menerima telepon merasa ini absurd - menganggap evakuasi kota sebagai permainan? Belum lagi populasi jutaan tingkat di perkotaan, hanya untuk mengkoordinasikan pengaturan kerja seluruh tim kepemimpinan kota pun mustahil terwujud dalam 1-2 minggu. Belum lagi untuk hal seperti ini, selain individu, bagaimana meyakinkan perusahaan-perusahaan untuk evakuasi? Alasan apa yang bisa dipakai? Apakah dengan perintah pusat lalu memaksa warga mengungsi - ini sama saja menganggap harta pribadi sebagai apa?
Memetik guzheng sembarangan, ini benar-benar memetik guzheng sembarangan.
Bahkan pejabat paling rendah pun berani menantang pusat saat ini, bagaimana mereka harus menangani hal ini? Kota-kota pesisir memiliki puluhan perusahaan yang go public hingga satu dua saja. Memindahkan satu perusahaan saja membutuhkan waktu bertahun-tahun. Apalagi seluruh kota - kalau bukan disebut memetik guzheng sembarangan, lalu apa lagi?
Setiap manusia yang menerima perintah tak masuk akal ini pasti akan menimbulkan curiga.
Mereka yang terjaga akhirnya menelepon atasan tingkat lebih tinggi untuk memverifikasi kabar ini. Yang mengejutkan, hampir semua kota pedalaman tidak menerima perintah evakuasi. Bahkan di tingkat provinsi, banyak yang terbangun dan merasa bingung. Beberapa yang emosional langsung menyemprot habis-habisan orang yang mengganggu tidur mereka... Menggerakkan semua orang untuk meninggalkan kota? Apa mereka masih belum sadar dari mimpi, atau terlalu banyak menonton film sci-fi Hollywood sampai mengira ini kiamat?
Antara pukul 5 pagi hingga 7 pagi, kota-kota pesisir hampir melewati periode kekacauan total.
Bukan berarti kekacauan di kalangan warga atau di dalam kota, melainkan di kalangan pemimpin kota. Kekacauan singkat ini hanya membuat beberapa kota saja yang menjalankan perintah ini. Tapi apa gunanya? Dalam dua jam, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menyampaikan pemberitahuan ke departemen bawahan, yang justru menciptakan kekacauan tak berujung di level bawah.
Pada akhirnya, seluruh departemen pemerintah terjerumus dalam kekacauan tanpa bisa melakukan apapun.
Hanya pasukan reaksi cepat yang bergerak dalam waktu setengah jam setelah menerima perintah, menggerakkan mesin perang menuju wilayah pesisir. Bagi militer, tak ada benar atau salah - yang ada hanyalah kepatuhan mutlak. Karena itulah sebenarnya pemerintah pusat paling mengandalkan angkatan bersenjata, berharap mereka bisa menyelamatkan lebih banyak warga di kota-kota.
Tapi yang paling cepat bereaksi tetaplah angkatan udara.
Di bawah perintah langsung pusat, seluruh pasukan udara Distrik Militer menyelesaikan lepas landas dalam waktu sesingkat mungkin, menderu menuju kota-kota pesisir.
Warga kota yang sama sekali tidak menyadari bahaya yang mendekat, tetap terbangun oleh alarm jam weker, lalu bermalas-malasan di tempat tidur sejenak sebelum meronta bangkit. Dalam keadaan linglung mereka berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap, kembali ke kamar tidur berganti baju, mengangkat tas kerja dan pergi mencari sarapan. Arus kendaraan di kota kembali tak henti mengalir, suara mesin dan klakson sekali lagi menjadi simfoni utama perkotaan.
Hanya beberapa "kucing malam" yang begadang kemarin malam, kini justru sedang dalam masa untuk tidur lagi.
Orang yang menemukan perubahan anomali di India tetangga tidak banyak di kota. Bahkan mereka yang menonton berita saluran internasional, ketika melihat banjir bandang binatang buas di langit, hanya tertawa terbahak. Beberapa bahkan bersukacita atas kesulitan orang lain sambil berteriak: "Gigit mati orang India itu, gigit mati mereka, hahaha!" Bagi mereka, ini sepenuhnya berita yang sangat absurd - dunia dalam keadaan damai, dari mana datangnya monster?
Segelintir konglomerat yang memiliki kemampuan intelijen internasional skala besar memperoleh informasi sejati. Tanpa keraguan sedikitpun, bahkan tanpa berganti baju, masih mengenakan pakaian tidur, mereka mengemas barang-barang berharga, memanggil istri dan anak-anak, lalu masuk ke mobil-mobil dan pergi meninggalkan kota dengan gila-gilaan.
Mereka yang paling sensitif terhadap nyawa, lebih baik percaya daripada tidak. Jika kota-kota di benua tidak terjadi apa-apa masih mending, tapi bagaimana jika suatu saat terjadi? Dengan mengetahui bahwa Samudera Pasifik dan Hindia saling terhubung, kemunculan monster-monster itu sama sekali tidak mustahil. Begitu kota dilanda kekacauan, keinginan untuk melarikan diri dalam situasi kacau balau akan menjadi mustahil sama sekali.
Dibandingkan dengan para konglomerat pemilik kabar tajam dan mereka yang memiliki hubungan internasional ini, kabar para pemimpin kota tidak bisa dibilang lambat. Kebenaran akhirnya tiba dengan lambat.
"Apa? Bagaimana mungkin ini? Ini mustahil!"
Menyaksikan rekaman satelit yang dikirim pusat, setiap orang yang melihatnya terkejut dan tercengang, terjerumus dalam perasaan seperti mimpi. Namun kenyataannya, kota-kota pesisir India telah jatuh di hadapan binatang buas. Rakyat yang tidak sempat kabur terus-menerus dirobek dan ditelan oleh para monster. Jalanan dipenuhi noda darah dan remukan daging di mana-mana. Rekaman juga menunjukkan binatang-binatang kecil sedang mengulurkan lidah menjilati remukan daging dan darah di jalanan...
Adegan bagaikan neraka mengguncang indra penglihatan, menciptakan perasaan ingin mengamuk.
Mereka yang menyaksikan rekaman ini gemetar ketakutan. Kematian saja sudah mengerikan, apalagi cara keji ditelan hidup-hidup ini benar-benar mustahil diterima.
Para pemimpin seakan melupakan perintah evakuasi kota. Semua komando dan tanggung jawab terhadap warga tercampak dari benak. Satu-satunya niat di kepala mereka adalah kabur - meninggalkan kota, menjauhi pesisir, melarikan diri dari neraka yang menjelang.
Tanpa ragu, "Siapkan mobil, sekarang juga! Kita pergi dari sini." Nyawa orang lain? Siapa lagi yang peduli? Pada detik ini, mereka telah melupakan identitas sebagai pemimpin kota dan komandan penanggung jawab.
Bagaimana mungkin warga biasa mengetahui semua ini? Satu-satunya keanehan yang mereka rasakan adalah bunyi alarm yang terdengar di seluruh penjuru kota hari ini, dengan pasukan Polisi berdatangan bagai menjalankan perintah rahasia. Di langit, armada pesawat tempur skala besar mulai muncul, melesat di atas kota. Beberapa yang berpikiran tajam sudah mulai berspekulasi - apakah ini pertanda invasi negara asing? Apakah perang akan pecah?
Hanya petugas tol di pos perbatasan kota yang bingung menyaksikan para pejabat penting yang biasanya membuat kota gemetar dengan hentakan kaki, kini kabur dari kota bagai anjing kehilangan majikan.
Saat ini lapisan awan tak lagi mampu menghalangi sang surya yang terbit. Matahari pagi berwarna merah menyala muncul dari permukaan laut, memancarkan sepuluh ribu sinar cahaya yang menyinari kota-kota.
Di perairan dekat, suara dengungan rendah seolah bergema...
