Kota yang disinari mentari tiba-tiba menjadi riuh rendah, dengan bola-bola hitam berbagai ukuran muncul mengambang dari laut satu per satu.
Orang-orang yang bekerja di tepi pantai menatap tajam ke arah bola-bola hitam ini dengan bingung. Kapal-kapal yang masuk dan keluar pelabuhan, para penumpangnya menunjuk-nunjuk sambil berbisik tentang benda hitam ini, mengeluarkan teriakan kaget. Bola hitam dengan berbagai ukuran ini mulanya hanya beberapa buah, kemudian seperti gelembung di dasar laut, terus bermunculan hingga memenuhi seluruh perairan dekat pantai.
Kapal-kapal yang sedang berlayar awalnya masih bisa menghindar, namun seiring bertambahnya jumlah bola hitam ini, satu-satunya cara agar tidak bertabrakan dengan benda aneh ini adalah dengan menghentikan kapal.
"Sialan, ini makhluk hantu apa?!"
Seorang bos kapal nelayan menyuruh karyawannya menghentikan kapal. Ia berjalan ke sisi kapal, memegang pagar sambil memandangi ribuan bola hitam di bawah. Karena tingkat pendidikannya rendah, langsung saja ia mengumpat keras. Meski marah, bos ini tak berani menyuruh anak buahnya untuk menabraknya. "Siapa tahu ini barang hantu apa?" gerutnya.
Di dermaga, para pekerja yang sedang bekerja semuanya menghentikan pekerjaan mereka, menoleh untuk melihat fenomena aneh di permukaan laut.
"No.1 memanggil, target muncul, dengan jaminan keamanan kapal-kapal di laut, kebebasan menembak."
Armada pesawat tempur yang telah lama menunggu di langit, saat menemukan bola-bola hitam yang padat di permukaan laut, tidak perlu mengidentifikasi benda apa ini. Di bawah perintah dari markas komando, pesawat-pesawat tempur mengeluarkan suara siulan melengking, melesat dari ketinggian ekstrem. Saat mencapai sudut tembak, peluru-peluru pembakar melepaskan diri dari sayap pesawat, menerjang ke permukaan laut. Pesawat yang selesai menembak langsung mengangkat moncongnya dengan tajam.
Kapal-kapal yang telah berhenti di permukaan laut, semua orang di atasnya terpana melihat pesawat tempur yang melancarkan serangan ini.
"Sial, apa yang mereka rencanakan?"
Banyak orang di kapal yang panik sambil memeluk barang-barang, berteriak ketakutan dan berlindung ke dalam kabin.
Saat peluru pembakar menyentuh permukaan laut, "Braak!" suara ledakan dahsyat menggema. Dalam radius puluhan meter, kobaran api raksasa bergelombang menyelimuti seluruh bola hitam dalam jilatan panas. Gumpalan api raksasa melayang ke angkasa, dalam sekejap seluruh permukaan laut tertutup lautan api. Bola hitam yang mengapung mengeluarkan suara "wuih-wuih" mirip gorengan berminyak.
"Raungan..."
Serangan pesawat tempur bagai mengusik sarang tabuhan. Dari dalam bola hitam berbagai ukuran, terdengar riuhan suara mengerikan penuh amarah dan keganasan. Binatang buas yang terbungkus dalam bola hitam yang terbakar itu mengaum-ngaum liar. Dengan cakar tajam nan perkasa, mereka merobek membran bola hitam dan melepaskan diri.
Seperti reaksi berantai, satu per satu binatang buas dari bola hitam itu menerobos keluar, muncul dalam pandangan manusia.
"Ah, monster, monster..." Teriakan panik manusia bergema. Makhluk-makhluk mengerikan dengan wajah yang menyeramkan itu, setelah keluar dari tubuh, langsung bergerak menuju garis pantai. Beberapa kapal yang dekat dengan bola hitam didaki oleh monster-monster ini, memulai pembantaian yang kejam.
Efektivitas peluru pembakar tidak seideal yang diharapkan. Makhluk tak dikenal ini sama sekali tidak memahami arti ketakutan.
Sepanjang garis pantai Laut Timur yang panjang diterjang gelombang pasang binatang buas ini. Negara-negara yang dikepung lautan hitam di segala penjuru mengalami situasi yang lebih mengenaskan. Tanpa zona pertahanan belakang, nasib mereka seolah sudah ditakdirkan. Sebagai wilayah Pasifik yang paling akhir terdampak, interval waktunya dengan Samudera Hindia sebenarnya kurang dari sepuluh jam.
※※※
Saat makan malam, petugas jaga mengantarkan makan malam - hanya makanan cepat saji seharga lima yuan yang dimasukkan melalui celah kecil di bawah pintu besi. Petugas itu sama sekali tidak menghiraukan sikap diam Zhou Liming, hanya berteriak "Makan!" lalu berbalik pergi.
Zhou Liming tentu tidak mungkin mengetahui semua ini. Terjatuh dalam kondisi pingsan, dia baru terbangun keesokan harinya oleh dentuman ledakan yang mengguncang. Sejak membuka matanya, telinganya langsung diserbu teriakan panik orang-orang, klakson kendaraan yang tak henti berbunyi, umpatan, dan jeritan menyayat hati. Semua suara ini membanjiri kesadarannya, membuatnya mengira masih berada dalam mimpi.
"Tidak benar!"
Zhou Liming tiba-tiba menggigil kedinginan. Indra tajamnya memungkinkannya mendengar dengan jelas semua suara yang terjadi di sekitar, seolah semuanya bergema tepat di telinganya. Hal yang mustahil terjadi sebelumnya ini kini benar-benar terwujud. Zhou Liming tak sempat memikirkan mekanisme di balik fenomena ini, seluruh perhatiannya tertuju pada jerit-jerit kematian tersebut.
Deru pesawat tempur masih bergema di langit. Peluru kendali demi peluru kendali menghujam target, ledakan-ledakan bergemuruh seolah terjadi persis di samping gendang telinga.
Di bawah teriakan berlumuran darah, jerit kesakitan manusia terus bergema, diselingi bunyi gedung-gedung yang runtuh berantakan.
Di Kantor Polisi tempat Zhou Liming berada, langkah kaki yang berlarian terdengar kadang-kadang. Bunyi alarm melengking menggema, satu per satu mobil polisi melesat keluar dari halaman. Terdengar teriakan dan bisikan sesekali yang memicu kepanikan. Seluruh petugas di kantor itu berhamburan keluar. Beberapa saat kemudian, kompleks kepolisian menjadi sunyi senyap. Tak seorang pun lagi yang mengingat narapidana Zhou Liming yang masih ditahan.
Zhou Liming menyaring pendengarannya. Di dalam gedung kepolisian yang kini kosong, hanya tersisa suara napas halus dari sel yang tidak jauh dari selnya.
Di luar jalanan, teriakan "tolong!" dan derap langkah penyelamatan diri bergemuruh. Kadang ada warga yang menerobos masuk ke kantor polisi, mencari-cari sesuatu. Beberapa kelompok awal bersorak gembira, mungkin menemukan barang yang mereka butuhkan. Para pengunjung berikutnya justru mengumpat kesal sebelum bergabung dengan regu penyelamatan diri.
Zhou Liming tahu kekacauan sedang terjadi di luar, atau mungkin sebuah peristiwa besar. Tapi ia sama sekali tak punya cara untuk mengetahui sebenarnya apa yang terjadi.
Zhou Liming yang merasa kecewa menarik kembali pendengarannya yang kultivasinya lincah, bergumam, "Hal apa yang terjadi, apa hubungannya denganku? Aku toh sudah membunuh!" Ia duduk diam, memeluk lututnya sendiri, seluruh kepala terkubur di dalamnya. Peristiwa yang terjadi beberapa hari ini terlalu kacau dan penuh keanehan. Sisik di tubuhnya, tubuh yang berubah bentuk, semua ini Zhou Liming tidak tahu apa penyebabnya.
Seminggu lalu, dirinya masih menjadi siswa teladan di mata mentor sekolah, anak yang patuh di mata dekan. Tapi seminggu kemudian, berubah menjadi siswa nakal yang berkelahi di sekolah, si pembunuh yang membunuh di masyarakat. Semua ini bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan Zhou Liming, namun benar-benar terjadi.
Setelah lama, saat mengangkat kepala, pandangannya menyapu makanan cepat saji yang sudah dingin di depan pintu besi, dari perutnya terdengar keroncongan suara lapar.
Energi yang dihabiskan kemarin membuat Zhou Liming tak peduli lagi, ia berlari ke pintu besi, mengambil makanan cepat saji yang sudah dingin itu, lalu melahapnya dengan lahap.
Seporsi makanan cepat saji biasa jelas tak bisa memuaskan nafsu Zhou Liming. Setelah membuang kotak makanan yang sudah licin tak bersisa, ia kembali terduduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong, sesekali menatap tangannya yang tampak normal namun menyimpan kekuatan dahsyat. Bayang-bayang transformasi kemarin masih menyelimuti hatinya.
Kekacauan di kota luar semakin menjadi-jadi pada saat ini.
Suara lolongan aneh "ji-ji" mulai terdengar di jalanan depan kantor polisi, bagaikan gerombolan serangga merayap dalam jumlah besar yang bergerak menimbulkan gemeresik "sha-sha".
