Seandainya digantikan orang lain, mungkin akan lari secepat mungkin. Siapa yang mau menyelamatkan orang lain? Dan siapa yang akan menyelamatkannya?
Tapi Zhou Liming berbeda. Karakternya membuatnya mustahil untuk tidak berbuat apa-apa. Hanya dengan sedikit keraguan, dia mengatupkan gigi dan berlari ke arah itu.
Berbeda dengan hak istimewa Zhou Liming, wanita yang baru saja bersuara ini hanya ditahan di sebuah ruangan sementara dengan satu pintu kayu, bahkan tidak ada kunci di atasnya—cukup diputar untuk membuka. Namun yang tak terbayangkan oleh Zhou Liming, ternyata sosok ini adalah seorang kecantikan dengan aura aristokrat yang memukau. Gaun putih ketat yang melekat di tubuhnya mempertegas lekuk tubuh nan memesona. Wajah Zhou Liming memerah saat menyadari bagian dada gaun yang dipotong sangat rendah, menampilkan 'modal' dada seksi yang nyaris merobek bahan kain. Di antara puncak gunung yang menjulang, terbentang alur ngarai yang membuat sesak napas.
Hanya sayangnya, salah satu tangan sang kecantikan ini terborgol pada jeruji besi di jendela.
Zhou Liming baru berusia delapan belas tahun, usia dimana hasrat seksual masih samar-samar. Hormonnya sudah mulai aktif. Meski polos, dia sering melirik dada sedikit menonjol dari gadis-gadis, bahkan napasnya jadi cepat saat melihat wanita dengan dada megah di jalanan. Ini bukan soal nafsu, melainkan daya tarik alami antar lawan jenis yang pasti dialami setiap pria di tahap ini.
Melihat wanita itu cantik dan beraura anggun, ditambah tubuhnya yang bikin darah mengucur deras, aura-nya Zhou Liming yang awalnya garang tiba-tiba melemah. Wajahnya memerah.
An Xiaowei siapa? Sudah bertahun-tahun bergaul di masyarakat. Walau masih muda, penguasaannya terhadap sifat manusia membuatnya selalu seperti ikan di air di antara para pria. Melihat ekspresi Zhou Liming, dia tak tahan menyeringai. Bukan cuma pemula seperti remaja ini, bahkan playboy berpengalaman sekalipun takkan mampu bertahan di hadapannya.
“Hei, kau masih bengong apa lagi? Cepat lepaskan aku, mau ngintip sampai kapan?”
Karakter An Xiaowei yang agak tingkah aneh dengan gaya ceplas-ceplos, sama sekali tidak memiliki konsep 'pemalu'. Zhou Liming yang malang ini hanyalah siswa biasa yang dulu bicara dengan teman sekelas perempuan pun langsung memerah. Kini saat rahasia psikologi mengintipnya diungkap, wajahnya yang sudah merah semakin mirip apel matang, membuat An Xiaowei tertawa terpingkal-pingkal.
Terbongkar rahasianya oleh An Xiaowei, Zhou Liming merasa canggung namun buru-buru mendekati.
An Xiaowei mengerutkan alisnya: "Hei, kau berniat membantuku melepaskan diri cuma pakai tangan kosong?"
Seluruh tubuh Zhou Liming membeku. Ia menatap tangan yang terkunci itu dengan suara gemetar: "Aku... aku tidak bernama 'Hei'... Nama... namaku Zhou... Zhou Liming."
“Haha... Aku An Xiaowei.” Hanya tertawa setengah jalan, An Xiaowei kembali menahan tawanya. Lelaki semenghibur ini sudah sangat langka, tapi sekarang bukan saatnya tertawa. Keberadaan monster aneh di luar seperti batu raksasa yang menindih dadanya. Matinya menyapu tubuh Zhou Liming yang hanya mengenakan celana dalam dengan "tenda" yang berdiri tegak. Kebanggaan akan kecantikannya seketika berubah menjadi kekhawatiran dalam hati: bagaimana jika dia tak bisa mengendalikan nafsunya dan...
Merasakan pandangan aneh An Xiaowei, Zhou Liming tiba-tiba tersadar. Matanya menatap ke bawah lalu wajahnya memerah seperti terbakar. Seperti kucing yang terinjak ekor, dia menjerit sambil melompat, kedua tangan menutupi "tenda" yang berdiri di tubuhnya. Ingin sekali dia menyelinap masuk ke lubang tanah.
Delapan belas tahun hidupnya, belum pernah dia mengalami momen memalukan seperti ini: Hanya berpakaian celana dalam di depan wanita secantik itu, plus "tenda" yang tak bisa dikendalikan.
"Aku... aku, aku tidak sengaja, aku..." Zhou Liming hampir tidak bisa menyusun kalimat utuh, bahkan tidak berani menatap mata An Xiaowei, ada dorongan untuk berbalik dan lari. Bagaimana cara menjelaskan padanya bahwa ini karena tubuhku berubah menjadi binatang buas yang merobek pakaian?
Dari luar terdengar deruman dahsyat disusul ledakan keras, diselingi desisan aliran udara dari pesawat tempur yang sedang manuver naik.
Wajah An Xiaowei berubah drastis, "Masih bengong apa? Cepat cari benda untuk menghancurkan borgol tangan ini!"
Baru tersadar oleh teriakan An Xiaowei, Zhou Liming menyadari ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Meski bisa langsung mematahkan borgol dengan tangan, dia tak ingin kemampuan terpendamnya terungkap. Setelah melihat sekeliling, dia berlari ke lemari pemadam, menghancurkan kaca dengan tendangan, mengambil kapak pemadam, lalu kembali untuk memotong rantai borgol.
An Xiaowei yang sudah bebas menggosok-gosok tangannya yang merah, langsung bergegas menuju pintu keluar.
Zhou Liming tertegun sejenak, tak tahu harus mengikuti atau tidak, sampai suara An Xiaowei terdengar, barulah ia mengatupkan gigi dan menyusul.
An Xiaowei tidak buru-buru pergi, malah memasuki bagian logistik kantor polisi. Melihat pintu terkunci, ia menyeringai ke arah Zhou Liming di belakangnya.
Zhou Liming bingung, bertanya: "Apa rencanamu?"
"Kau bego ya, mau mondar-mandir cuma pakai celana dalam sampai kapan?" Aura An Xiaowei kini sama sekali berbeda dengan kesan anggun sebelumnya, justru seperti gadis biasa. Ia mengintip lewat jendela, lalu menoleh: "Cepetan dong!"
"Tapi ini kantor pol..." Tiba-tiba Zhou Liming tersedak. Saat ini seluruh kota bergema raungan binatang buas, buat apa lagi memikirkan hukum? Tanpa ragu ia mengayunkan kapak pemadam, beberapa tebasan membuat pintu kayu terkunci itu hancur berkeping-keping, lalu dihajarnya dengan tendangan.
An Xiaowei berdesak-desakan masuk dan mengobrak-abrik isi ruangan. Benarkah ia menemukan beberapa peti seragam polisi baru di dalam.
"Brak"—suara ritsleting yang ditarik kasar. Tanpa ragu, An Xiaowei yang telah mengambil seragam baru itu melepas gaunnya. Tubuh sempurna itu tersingkap: beha nyaris tak sanggup menahan "gunung kembar" menggetarkan, celana dalam g-string hitam, serta pantat putih menggairahkan—semuanya terpampang tanpa sehelai kain penutup di hadapan Zhou Liming.
"Brak..." Zhou Liming nyaris tersedak air ludah sendiri. Hidungnya terasa panas, hampir mengeluarkan darah mengucur deras.
Wajah An Xiaowei hanya memerah sesaat sebelum kembali tenang. Sambil mengenakan seragam, ia berujar: "Masih bengong apa? Cepat pakai baju! Sampai kapan kau mau mondar-mandir cuma pakai celana dalam? Apakah jadi Superman celana dalam itu hiburan?"
Zhou Liming gagap: "Ta... Tapi kau..."
“Ini adalah pelarian, pakai gaun bagaimana bisa kabur?” An Xiaowei melepas sepatu hak tingginya dan menggantinya dengan sepatu kulit berkepala besar yang tersedia di sini.
Zhou Liming tidak lagi ragu. Meski dirinya mudah tersipu melihat perempuan, tapi bukan berarti kehilangan kendali diri. Ia hanya terpaku oleh gerakan An Xiaowei. Bayangan An Xiaowei yang hampir telanjang di hadapannya terus membayangi benaknya, membuat alat kelaminnya hampir kehilangan kemampuan kontrol. Dengan panik ia mengambil setelan seragam polisi dan langsung mengenakannya.
An Xiaowei hanya tersenyum. Mengingat keadaan mereka saat ini, ia buru-buru mencari-cari tanpa sempat merapikan seragamnya. Hasilnya hanya ditemukan beberapa batang tongkat polisi.
Zhou Liming yang bertubuh agak kurus terlihat konyol dalam seragam polisi itu. Melihat An Xiaowei sedang mencari senjata, dia berkata: "Jangan cari lagi. Banyak gelombang orang sudah menggeledah sebelumnya. Kalau ada pistol pun pasti sudah diambil mereka." Alisnya berkerut sambil mengambil kapak pemadam kebakaran. "Ayo cepat pergi!"
Ada firasat dalam hatinya bahwa pendaratan binatang buas itu baru permulaan.
