Lampu jalan menerangi jalanan, mobil-mobil terbengkalai teronggok tak terurus di aspal.
Sesekali terlihat satu dua binatang buas berwujud aneh melintas di jalan, lalu menghilang di balik gedung-gedung sub-zona atau gang kecil. Selain suara binatang buas yang kadang terdengar, seluruh kota diselimuti hening mencekam. Berjalan di jalanan kota ini, aura bahaya yang sangat mengancam terus membayang-bayangi setiap langkahmu.
Zhou Liming telah beradaptasi dengan perubahan pada tubuhnya. Dengan pemahaman awal, ia seperti kera spiritual yang berlari dan melompat di antara barisan atap gedung. Ketika menemui bangunan yang terpisah jalan, Zhou Liming sama sekali tidak peduli. Dengan serangan kilat, ia melompat tinggi sejauh 20-30 meter, "Brak!" mendarat di atap gedung seberang.
Setelah belasan tahun tinggal di Distrik Haishu, Zhou Liming sangat familiar dengan area ini. Dengan kecepatan seperti ini, tak lama kemudian ia sudah kembali ke posisi panti asuhan.
Berdiri di atap gedung tak jauh, Zhou Liming memandang ke arah panti asuhan. Tempat itu tampak kewalahan. Di tepi pepohonan kecil kesukaannya, beberapa binatang buas berbentuk seperti macan tutul sedang bermain di tepi danau. Kecepatan kilat mereka yang bergerak ke timur lalu barat, terutama pantulan dan pembiasan di antara pepohonan, membuat Zhou Liming gemetar - hampir tak bisa menangkap pola pergerakan mereka.
Menyaksikan pemandangan ini, Zhou Liming yang awalnya berniat kembali untuk mengambil barang-barang bernilai kenangan terpaksa melepaskan niatnya.
Di jalan yang bersebelahan dengan panti asuhan, terdapat supermarket Walmart yang menyediakan segala kebutuhan. Namun target Zhou Liming saat ini bukanlah supermarket, melainkan mal Tianhong di sebelahnya. Konsep bisnis Tianhong Mall, kecuali bagian supermarket yang bersaing dengan Walmart, memiliki perbedaan mendasar dalam strategi operasional sehingga keduanya tidak membentuk hubungan persaingan yang sengit.
Pemikiran Zhou Liming cukup sederhana: bahan makanan yang ringan namun memakan tempat akan diambil belakangan, sementara prioritas saat ini adalah menyelesaikan masalah uang.
Mal Tiong Hong sudah pernah dikunjungi Zhou Liming. Lantai satu dihiasi dengan kemewahan, di mana berbagai merek mewah memiliki konter di sana. Terutama di zona perhiasan, semua merek perhiasan ternama telah mendirikan konter di sini. Setiap kali Zhou Liming mengintip ke zona perhiasan melalui jendela kaca, selalu terlihat kilauan kuning yang memesona.
Saat ini Zhou Liming mulai memahami mengapa ada yang tertarik dengan permukaan tanah panti asuhan ini. Berdasarkan perkembangan lingkar bisnis yang mulai terbentuk, prospeknya sudah bisa diprediksi.
Dengan lincah Zhou Liming turun dari gedung tinggi ke jalanan, mendekati Mal Tiong Hong. Lampu jalan menarik bayangannya menjadi panjang. Jam operasional bagian supermarket mal ini dimulai pukul 6:30 pagi, sedangkan konter-konter baru buka pukul 9. Saat binatang buas datang sekitar pukul 7 pagi, para petugas bank di bagian konter belum sampai di pusat perbelanjaan.
Memandang area konter lantai satu yang tertutup rapat oleh pintu besi bergulung, detak jantung Zhou Liming berdegup kencang.
Zhou Liming tidak bisa memahami perasaan apa yang sedang dirasakannya saat ini, ada sedikit kegembiraan, juga ada rasa bersalah, namun yang lebih dominan adalah perasaan gelisah seperti pencuri.
"Haha, apa yang harus kutakuti? Apakah polisi sekarang masih akan menangkapku? Semua barang di kota ini sudah ditinggalkan orang, aku hanya mengambilnya saja." Tiba-tiba Zhou Liming merasa ingin tertawa getir, di situasi seperti ini, dirinya masih ragu-ragu.
Pintu pusat perbelanjaan terbuka lebar, bagian dalamnya tampak berantakan. Dapat dibayangkan bagaimana para karyawan panik berlarian keluar saat itu.
Berdiri di depan pintu gulung besi, Zhou Liming menatap gembok besi itu sambil menarik napas dalam-dalam. Duri tulangnya mengayun, daun pintu baja itu langsung terkoyak oleh duri tulang yang keras, mengeluarkan suara gesekan logam yang menusuk telinga.
"Wu wu" bunyi alarm terdengar keras saat Zhou Liming membelah pintu baja. Suara mencekam ini membelah keheningan langit malam kota, membuat gerakannya membeku dan wajahnya terpaku dalam keterkejutan.
"Gue jancok!"
Zhou Liming mengumpat kasar, tangannya gemetar panik. Tak disangkanya di sini masih terpasang alarm dengan suara peringatan serangan udara. Dalam keheningan kota yang mati ini, dia tak bisa membayangkan seberapa jauh suara alarm akan bergema dan berapa banyak binatang buas yang akan mendengarnya.
Meski panik ingin kabur, cahaya lampu jalan memperlihatkan tumpukan cincin dan kalung emas berkilauan di konter bagian dalam.
Setelah hidup selama ini, Zhou Liming yang paling banyak hanya memiliki ratusan uang di tubuhnya, bagaimana mungkin menahan godaan seperti ini? Dia menelan ludah, meneriakkan teriakan mengerikan: "Burung mati untuk makanan, manusia mati untuk harta, serbu!" Tanpa dikhawatirkan, dia mengangkat kakinya dengan keras dan menendang pintu besi bergulung itu.
Kekuatan mengerikan merobek seluruh pintu besi bergulung hingga terlempar, bertabrakan dengan konter kaca di dalamnya. Suara "Syuush" pecahan kaca bergema di seluruh ruangan.
Zhou Liming menyapu masuk, mencari-cari tas anyaman kokoh di storage counter belakang konter. Duri tulang menyapu kaca di atas konter, hancur berkeping-keping seperti ampas tahu.
Begitu tas anyaman diregangkan, tangan yang telah berubah wujud cakar menyapu semua pecahan kaca dan perhiasan cincin ke dalam tas. Perhiasan untuk rakyat biasa seperti ini umumnya tidak terlalu mahal, harga sebuah cincin biasa bervariasi dari ratusan hingga ribuan. Tapi jumlahnya yang melimpah - hanya di Toko Perhiasan Liufu saja ada ribuan cincin, ratusan kalung, dan berbagai aksesori lainnya.
Setelah menyapu lima hingga enam konter, tas anyaman itu hampir terisi penuh.
Jika diukur berdasarkan harga pasar, nilai isi tas ini mungkin mencapai jutaan. Tapi Zhou Liming sangat paham pepatah: "Zaman keemasan koleksi antik, zaman kacau emas berharga." Nilai emas akan terus meroket seiring makin kacau dunia. Jutaan emas saat ini mungkin bernilai puluhan juta di masa depan.
Gerakan Zhou Liming gesit. Begitu tas terisi penuh, tanpa peduli sisa perhiasan yang berserakan, dia mengangkatnya dan bergegas pergi dari pusat perbelanjaan.
Sebenarnya, perhiasan yang benar-benar bernilai terletak di beberapa kota perhiasan di wilayah pusat kota, di mana setiap perhiasan memiliki nilai mulai dari puluhan ribu yuan. Seperti toko perhiasan Zhang yang pernah ditayangkan di TV lokal, kalung penjaga toko mereka bernilai mencapai 7,88 juta yuan - nilai yang jauh melebihi seluruh isi karung goni yang ada di tangan kami.
Tapi pusat kota justru menjadi wilayah paling liar bagi binatang buas. Memang benar pepatah "manusia mati demi harta", namun jika tetap nekat pergi ke sana padahal sudah tahu mustahil bisa merampas harta benda bahkan nyawa pun pasti melayang, itu bukan lagi tindakan bodoh biasa melainkan aksi bunuh diri. Zhou Liming sadar dirinya tak mungkin mundur dengan selamat dari sana. Ada hal-hal tertentu yang belum bisa diraihnya saat ini.
Di luar pusat perbelanjaan, puluhan hewan berkaki banyak yang tersebar di berbagai sudut kota mendengar suara aneh dan berkerumun di depan gerbang mall, mengeluarkan rangkaian suara "ji-ji" terus-menerus.
Makhluk-makhluk berkaki banyak seperti ini hanya mengancam orang biasa saja. Bagi Zhou Liming, membunuh mereka hanya sedikit lebih sulit daripada membasmi kecoa.
Namun... hanya sekadar binatang berkaki banyak, Zhou Liming tidak akan merasakan apa-apa. Di kejauhan jalanan, enam ekor binatang buas berekor seperti kalajengking sedang merayap mendekati pusat perbelanjaan. Tubuh mereka mirip trenggiling, hanya saja ekornya ramping tajam dan terangkat tinggi seperti antena.
Yang membuat gelisah, di ujung ekor yang terangkat tinggi itu, muncul secara berirama garis-garis cahaya busur listrik berwarna ungu yang berkedip-kedip, mengeluarkan suara "berderak-derak".
