Secara logika, semakin dalam memasuki tempat seperti ini, seharusnya semakin hening.
Tapi yang didengar Zhou Liming justru sebaliknya - semakin jauh ke dalam, suara yang sampai ke telinganya semakin membahana. Bukan suara mesra antara pria dan perempuan seperti yang dibayangkan, melainkan riuh rendah layaknya pasar sayur, persis seperti keramaian jalanan saat dia baru saja masuk tadi.
Tak lama, pria besar itu mendorong sebuah pintu. Sebuah aliran panas menyergap, cahaya putih pucat dari lampu-lampu langsung menerobos masuk, memenuhi telinga dengan gemuruh suara riuh rendah.
"Menerima emas dan logam mulia lainnya! Yang punya cepat datang! Sebentar lagi kami tutup!"
Seorang pria berbaju kotak-kotak berteriak di jalanan, sesekali memberikan siulan kepada perempuan cantik yang lewat di sebelahnya, lalu tertawa terbahak-bahak.
Zhou Liming merasa tercengang, tidak menyangka di belakang klub malam masih ada jalanan yang sangat ramai. Yang lebih penting, toko emas ini langsung didirikan di gerbang keluar ini. Ternyata tempat yang ditunjuk orang tadi memang berada di posisi ini, hanya saja rute yang dilaluinya bermasalah, sehingga mengalami perjalanan yang membuatnya terus mengingat-ingat rasa.
Pengunjung toko emas ini tidak terlalu ramai, orang-orang yang masuk selalu pergi dengan wajah marah setelah mengajukan pertanyaan.
"Inilah bos kita."
Pria besar itu menunjuk posisi di samping aula toko emas, lalu berbalik dan kembali ke pintu masuk tadi, menutup pintu setelah keluar.
Zhou Liming mengikuti arah yang ditunjuk pria besar itu. Di posisi pinggir terdapat set meja teh kayu. Seorang pria tua berambut sedikit memutih sedang duduk di sana, menyeruput teh dalam cangkir sambil sesekali menutup mata menghembuskan napas. Pakaiannya santai, bertubuh agak kurus, dengan senyuman tipis selalu menghiasi wajahnya.
Dia menyadari kehadiran Zhou Liming, melambai-lambaikan tangan tanda memanggil, lalu mulai menyeduh teh baru.
Zhou Liming menarik napas dalam, melangkah mendekat, langsung duduk berseberangan dengannya. Dengan sikap kasar, menyambar cangkir teh di depan, menghabiskannya sekali teguk. Rasa pahit membalut lidahnya, lalu aroma segar yang samar menyusul, diakhiri manisnya seperti air rebusan.
"Teh yang baik tidak diminum seperti ini." Pria itu berujar tenang, kembali meneguk perlahan. "Perkenalkan, marga saya Xu. Biasanya dipanggil Bos Xu. Nama asli... sudah lama terlupakan. Kabarnya kau membawa emas?"
Zhou Liming menaruh tas anyaman di atas meja, membuka ritsletingnya, memperlihatkan perhiasan emas yang berkilau di dalamnya, dan berkata: "Aku hanya ingin tahu, berapa harga emas saat ini?"
Bos Xu hanya menyapu sekilas tumpukan perhiasan emas di tangan Zhou Liming, memperlihatkan ekspresi terkejut, lalu menunjuk ke sebuah layar LCD di lobi, "Harga emas hari ini bisa kau lihat di sana."
Layar LCD di lobi memang menampilkan harga emas hari ini. Namun begitu melihat angkanya, Zhou Liming langsung paham mengapa orang-orang yang masuk tadi pergi dengan wajah marah. Alih-alih terus melonjak seperti yang dia bayangkan, harga emas saat ini justru hanya 280 yuan per gram - persis seperti sebelum bencana datang, bahkan sedikit lebih rendah.
Di era binatang buas yang juga merupakan masa kekacauan ini, harga emas seharusnya melambung tinggi. Tapi di tempat ini, Zhou Liming sama sekali tidak melihat kegilaan itu pada logam mulia tersebut.
"Dua ratus delapan puluh keping per gram, apa kalian lupa menambahkan nol di belakang 280?" Zhou Liming tidak tahan berseru. Dalam situasi kenaikan harga komoditas yang melengkung sedemikian besar, harga emas justru sedikit turun alih-alih naik, ini benar-benar di luar akal sehat, sama sekali di luar perkiraan Zhou Liming.
Bos Xu menatap wajah Zhou Liming yang berubah-ubah sesaat, baru kemudian berkata dengan tenang: "Bingung? Sebenarnya seluruh harga di Kota WanJ sama, semuanya 280 keping per gram. Jangan curiga akan semua ini, karena sepenuhnya di bawah kendaliku. Aku juga bisa memberitahumu, di kota-kota lain, perbedaan harga emas tidak akan terlalu signifikan, tak perlu berkhayal terlalu muluk."
Zhou Liming merasa sesuatu terkoyak dalam dirinya, ya, itu adalah mimpi.
Saat itu di Kota B, Zhejiang, aku mempertaruhkan nyawa dan akhirnya berhasil merebut emas-emas ini, bermimpi suatu hari bisa memberikan Kepala Panti Asuhan dan yang lain kehidupan sejahtera. Tapi harga emas saat ini tanpa ampun menghancurkan semua itu. Dengan harga 280 yuan per gram, isi tas anyaman ini cuma bernilai jutaan yuan. Di hadapan harga rumah yang sudah mencapai puluhan juta yuan, ini hanyalah sepercik debu.
"Mengapa, mengapa bisa seperti ini?"
Bos Xu tersenyum tipis: "Sederhana, uang!"
Mimpi yang hancur, bayangan Kepala Panti Asuhan masih terbaring di tenda pengap kamp pengungsian membuat Zhou Liming bangkit berdiri dengan keras. Dengan kecepatan kilat, ia mengangkat tubuh Bos Xu: "Ini ulahmu ya?! Menguasai harga emas demi mengeruk keuntungan lebih! Brengsek! Di tengah bencana seperti ini malah jadi oportunis!"
Mampu menguasai harga emas seluruh kota, sebesar apa kekuatan yang dibutuhkan? Masih mungkinkah ini dilakukan orang biasa?
Ketika Zhou Liming mengangkat bos Xu dari tanah, belasan pria kekar muncul di sampingnya. Di tangan mereka semua memegang pistol yang mengarah ke Zhou Liming. Seorang pria berkacamata hitam di antara mereka berkata: "Lepaskan tanganmu dari tubuh bos kami, atau kami tidak akan segan-segan."
Zhou Liming perlahan melepaskan genggamannya. Dia tidak takut pada orang-orang ini, tapi berkonflik saat ini tidak diperlukan.
Bos Xu mengusap lehernya yang sakit, merapikan kerah bajunya, batuk beberapa kali. Setelah napasnya stabil, alih-alih marah, dia malah duduk kembali sambil berkata: "Oportunis? Lihatlah dunia luar yang sudah gila! Barang-barang yang naik puluhan hingga ratusan kali lipat—bukankah itu juga keuntungan dari bencana?"
Seolah teringat sesuatu, bos Xu berujar datar: "Emas di tanganmu, kalau tebakanku benar, pasti didapat dari kota-kota yang sudah diduduki binatang buas?"
Raut Zhou Liming berubah drastis: "Kau tahu dari mana?"
“Lihat emasmu semua berupa perhiasan, dan di perhiasan ini masih ada label harga serta nama toko. Orang yang berpikir normal pasti bisa menebak. Tapi itu tidak penting, karena aku tidak peduli asal usul emasnya.” Bos Xu mengetuk-ngetuk meja teh dengan lembut, “Lihat mata uang sekarang, perlahan kehilangan maknanya. Di masa depan pasti akan jadi seperti tumpukan sampah. Hanya emas yang paling stabil nilainya. Alat transaksi masa depan pasti menjadi milik emas berharga.”
Zhou Liming tidak paham, “Kalau kamu mengerti prinsip ini, mengapa masih menekan harga emas?”
Bos Xu tertawa terbahak sambil menatap Zhou Liming yang sedang ditodong belasan pistol, “Bukan ditekan, bagaimana aku bisa cari uang? Semakin murah harga beliku, semakin besar untung di masa depan. Lihat harga di luar naik terus setiap hari. Saat orang tak punya uang untuk makan dan pemerintah tak bisa menyelamatkan, meski harganya kurendahkan sekalipun, mereka pasti tetap mau jual padaku.”
Dia mengangkat tas anyaman milik Zhou Liming yang terletak di meja teh, memperlihatkan senyuman tipis sambil berkata: "Bagaimana, emasnya mau dijual?"
Zhou Liming tiba-tiba tersenyum sambil menggelengkan kepala: "Jika kubilang tidak mau jual, apa yang akan kau lakukan?"
Bos Xu juga ikut tertawa: "Jika kau tidak mau jual, menurutmu apa yang akan terjadi?" Ia meletakkan kembali tas anyaman itu, lalu menyeruput tehnya dengan santai. Mungkin siapa pun yang ditodong belasan pistol tentu tahu harus memilih apa. Di dunia sekarang, membunuh seseorang sudah menjadi hal yang sangat biasa.
Bagaimana mungkin bisa menguasai harga emas seluruh kota tanpa menggunakan taktik tertentu?
Pemerintah?
Pemerintah saat ini sibuk mengurusi tempat tinggal dan makan untuk jutaan orang, siapa yang sempat mengurus hal-hal seperti ini?
Bukankah prinsip "ambisi kekuasaan dalam bahaya" memang seperti ini?
