Di dalam kamp pengungsi, area tenda yang luas sedang terbakar. Tiupan angin membuat kobaran api semakin ganas.
"Tangisan dan teriakan saling bersambung, orang-orang yang panik berlarian tak tentu arah seperti lalat tak berkepala. Kerumunan pengungsi yang berhimpitan terus menjatuhkan tenda-tenda, berusaha sekuat tenaga untuk keluar."
"Mereka yang sudah mendapat kabar sejak awal langsung terjerumus dalam kekacauan. Perintah komandan di langit sama sekali diabaikan. Setiap orang berdesak-desakan ingin keluar dari tempat ini. Tapi bayangkan kekacauan yang terjadi saat lebih dari satu juta orang berkumpul di sini dengan kepadatan seperti ini."
"Dua jam berlalu, baru separuh yang berhasil kabur."
"Semburan api dari seekor naga terbang membakar kamp pengungsian dengan kobaran api dahsyat. Hanya dengan sekali semburan, ratusan orang berubah menjadi abu. Meski naga itu hanya sebentar bertengger lalu terbang lagi, teror yang dibawanya membuat orang-orang benar-benar kehilangan kewarasan, hanya tahu harus lari dari sini."
"Kepala panti, kami... kami harus bagaimana?"
Beberapa anak berpelukan ketakutan, suara-suara dari luar membuat mereka menangis histeris. Pengalaman yang mereka alami selama sebulan ini merupakan hal yang tak pernah dialami kebanyakan orang seumur hidup. Hidup pelarian bagai neraka telah meninggalkan bayang-bayang tak terhapuskan di hati kecil mereka.
Direktur Zhou memeluk erat anak-anak itu sambil berkata dengan suara terisak: "Tenang, Kakak Liming pasti akan kembali dan membawa kita pergi dari sini."
Bahkan An Xiaowei pun gelisah menginjak-injak tanah. Ia tak tahu ke mana Zhou Liming pergi, tapi jika terus tinggal di tengah krisis ini—jangan-jangan binatang buas berhasil menembus garis pertahanan—apakah masih mungkin melarikan diri?
Tapi bagaimana cara kabur? Lihatlah kerumunan panik di luar sana. Dengan membawa orang tua dan anak-anak, mustahil mengandalkan peluang untuk pergi.
Saat ini hanya bisa menunggu.
"Graaawrr!" Terdengar teriakan mengerikan saat seekor Naga Terbang berputar-putar di langit, lalu menyambar tajam ke bawah.
Berjaga di menara pengawas di tepi kamp pengungsi, senapan mesin yang terpasang mengeluarkan suara tembakan "dak-dak-dak" dengan gila-gilaan. Peluru menghujani tubuh Naga Terbang, namun sisik-sisik kerasnya membuat makhluk itu sama sekali mengabaikan serangan ini. Dengan lancang menerjang melalui hujan peluru, mulutnya menganga lebar menyemburkan kobaran api yang menyelubungi seluruh menara pengawas.
"Braak!" Menara itu langsung terbakar hebat. Tiga prajurit di atasnya terbakar hidup-hidup, menjerit kesakitan sambil terjun dari ketinggian. Tubuh mereka kejang-kejang beberapa kali di tanah sebelum tak bergerak lagi, membiarkan api terus membakar jasad hingga akhirnya mereka jadilah abu.
Beberapa kendaraan lapis baja menerobos masuk, senapan mesin berkecepatan tinggi di atasnya membidik Naga Terbang yang terbang rendah, mulai menembaki dengan gila-gilaan. Lidah api beruntun bermunculan, peluru menghujani tubuh Naga Terbang. Meski tidak bisa menembus sisiknya, setiap proyektil membuat makhluk itu merasakan sakit yang menusuk, memekikkan lenguhan panjang.
Aliran udara dari kepakan sayap Naga Terbang yang terbang rendah menerjang kerumunan panik di bawahnya. Beberapa orang terhempaskan bahkan terlempar. Dengan rentang sayap lebih dari dua puluh meter, setiap kepakan menyapu tenda-tenda, mengubah seluruh kamp pengungsi menjadi lautan chaos dengan tenda-tenda yang runtuh berantakan di setiap sudut.
Naga Terbang yang kesakitan langsung menerjang ke depan kendaraan lapis baja, menggunakan dadanya untuk menabrak. Kendaraan lapis baja seberat beberapa ton terlempar ke tanah. Kobaran api menyembur, membuat seluruh kendaraan memerah, memicu ledakan tangki bahan bakar dan amunisi di dalamnya. Ledakan berat "dug... dug..." menghancurkan kendaraan hingga hanya tersisa cangkang besi tipis.
Beberapa kendaraan lapis baja hancur dalam sekejap oleh Naga Terbang, tak ada satu pun yang selamat.
Naga Terbang yang mengamuk kembali menganga, menyapu wilayah dengan api. Ratusan lebih orang langsung berubah menjadi abu di bawah suhu tinggi. Tenda-tenda yang terbakar segera membentuk area kobaran api luas. Alih-alih terbang ke udara, Naga Terbang justru berlari sambil mengembangkan sayapnya di kamp pengungsi, menginjak-injak segala yang dilaluinya hingga membentuk jalan darah.
An Xiaowei yang tak sabar menunggu, mendengar suara gaduh di luar, ragu sejenak sebelum memutuskan untuk melihat situasi.
Dia menyibak tenda, pemandangan pertama yang terlihat adalah kobaran api menjulang ke langit, teriakan manusia yang mengguncang gendang telinga, kemudian getaran terasa dari daratan. Di hadapannya, seekor monster mengerikan berukuran raksasa sedang bertindak gegabah dengan gila-gilaan. Di bawah jari kakinya, orang-orang yang terinjak berubah menjadi lumpur daging. Mereka yang tersapu sayapnya seperti mendapat pukulan berat, muntah darah terjatuh, jelas tak mungkin selamat. Sepanjang jalur yang dilaluinya, tak ada satu pun tenda yang tersisa - semuanya tersapu terbang ke langit.
Pada detik ini, An Xiaowei terpaku membeku, menatap kosong ke arah Naga Terbang itu.
Alasannya sederhana: di jalur pergerakan Naga Terbang tersebut, tenda tempatnya berada persis berdiri di depan sebagai penghalang.
"Naga Terbang yang marah besar tidak peduli siapa yang ada di depannya. Makhluk yang terprovokasi ini hanya ingin melampiaskan amarahnya, mengamuk dengan liar di tempat ini."
Hanya dalam beberapa saat, ia sudah muncul di hadapan An Xiaowei, lalu menabrak tenda ini dengan keras...
"Cepat, lebih cepat lagi!"
Zhou Liming terus mengulang dalam hati. Dalam wujud binatang buasnya, kecepatannya sudah mencapai puncak saat melesat di atas atap bangunan kota. Menghadapi jalanan, bahkan jalan besar selebar 20 meter lebih, dia tak berhenti - melompat dengan ganas ke seberang lalu kembali berlari kencang.
Dalam bentuk binatang buas, jarak 20-30 meter sama sekali tidak sulit bagi Zhou Liming.
Tak lama kemudian dia sudah keluar dari pusat kota. Bangunan di depannya mulai lebih rendah, didominasi perumahan. Di pinggiran kota, Zhou Liming semakin melepas kecepatan, terus melompat dalam lariannya. Kamp pengungsian mulai terlihat. Kobaran api yang muncul di kamp itu memberi Zhou Liming firasat buruk.
"Kepala panti, bertahanlah!" Beberapa lompatan ruang akhirnya membawanya masuk ke dalam batas jangkauan kamp pengungsian. Matanya menyapu sekilas nomor zona yang ditugaskan, kemudian tubuhnya melesat cepat menuju area yang telah dialokasikan.
Persis saat Zhou Liming tiba, pandangannya tertangkap seekor Naga Terbang yang sedang bertindak gegabah. Yang membuat hatinya retak - lokasi gempuran makhluk itu tepat di tenda yang menjadi tanggung jawabnya. Dari kejauhan, terlihat An Xiaowei yang terpaku membeku, berdiri bagai patung tanpa usaha menghindar.
"Tidak...!"
Wajah Zhou Liming berkerut distorsi. Kekuatan dahsyat yang menggelora dalam batinnya menyedot seluruh bayangan di sekujur tubuhnya. Pada detik berikutnya, sosoknya telah muncul di samping Naga Terbang itu dan menghantam dengan kekuatan penuh.
Braak! Suara keras mengguncang udara. Makhluk bersayap raksasa itu terpental beberapa meter akibat tumbukan, jatuh berbenturan dengan tanah hingga menggetarkan permukaan.
Di langit terdengar suara "bzz" helikopter bersenjata yang datang. Helikopter tersebut mengarahkan senjatanya ke Naga Terbang di bawah, dua pucuk senapan mesin menembaki, menciptakan badai logam yang saling bertautan. Dalam gerakan mengayun, tembakan itu menyapu tenda dan mengarah ke tenda tempat An Xiaowei berdiri.
"Sial, bajingan sialan!"
Zhou Liming yang masih pusing akibat benturan, melihat adegan ini. Begitu terbayang Kepala Panti Asuhan dan lainnya masih di dalam tenda, nyali dan hatinya hampir terbelah. Dengan teriakan keras, dia melompat nekat ke arah An Xiaowei, menggunakan tubuh besarnya yang telah berubah menjadi wujud binatang buas untuk menahan di depan tenda.
Peluru senapan mesin menyapu punggungnya. Zhou Liming hanya merasakan sakit menusuk yang perih membakar...
