Mobil baru saja parkir di hotel tamu asing. Puluhan orang sudah berjajar di jalan sambil mengacungkan spanduk, melambaikannya sekuat tenaga sambil berteriak-teriak dalam bahasa Hindi.
Prajurit yang bertugas di hotel tamu asing hanya memandang mereka dengan dingin, sambil mengarahkan senjata ke arah mereka. Sudah terbiasa dengan aksi unjuk rasa kecil-kecilan seperti ini, mereka membiarkan para demonstran berteriak selama tidak menyerang hotel. Tapi jika nekat mendobrak, para prajurit tidak segan menggunakan pistol di tangan mereka untuk menunjukkan apa itu kebenaran.
Bukan hanya Zhou Liming yang terkejut, beberapa ahli juga tampak bingung, lalu menatap Sanjay.
Sanjay mengerutkan alis, lalu tersenyum: "Tidak apa-apa, ini cuma ulah orang-orang yang cari gara-gara. Kalian pasti paham, selalu ada orang dengan pola pikir aneh." Ia membentak seorang prajurit di sampingnya dalam bahasa India. Segera prajurit itu berlari ke regu prajurit yang bertugas.
Beberapa saat kemudian, belasan prajurit menerjang keluar dari posisi pertahanan mereka. Bagai serigala lapar, mereka menyapu kerumunan puluhan demonstran itu, terus-menerus menghantam orang-orang hingga roboh dengan popor senjata.
Orang-orang tak bersenjata ini, bagaimana mungkin menjadi tandingan belasan prajurit? Dalam sekejap, tujuh delapan orang telah dirobohkan. Dengan ketajaman penglihatan Zhou Liming, jelas terlihat dua orang di antara yang jatuh terkena hantaman di kepala, darah mengalir deras hingga jalanan segera dipenuhi noda merah. Tampaknya para prajurit ini benar-benar tidak menganggap mereka sebagai manusia.
Di bawah tekanan para prajurit, regu demonstran kecil itu segera tercerai-berai. Hanya tersisa beberapa orang terluka yang mengerang lemah di jalanan.
Sanjay tersenyum tipis, "Baiklah, para pengganggu ini sudah kami usir. Saya mengantar para tamu sampai di sini. Jika ada kebutuhan apapun, silakan beri tahu pelayan hotel. Saya akan segera memenuhi kebutuhan para tamu." Ia menyaksikan X memasuki lobi hotel, lalu melirik sekilas beberapa orang yang tergeletak di jalan dengan sikap acuh sebelum naik mobil dan pergi.
Masuk ke dalam hotel yang disediakan untuk tamu asing, tentu saja bertaraf bintang lima.
Dekorasi interiornya sangat mewah. Berjalan di aula, memandangi lampu gantung kristal yang memancarkan sinar lembut di tempat ini, Zhou Liming hampir mengira dirinya memasuki istana. Pertama kali memasuki tempat seperti ini, Zhou Liming justru merasa sedikit panik di hati. Ini membuatnya ingin tertawa sekaligus kesal - menghadapi binatang buas level enam tidak ada rasa tegang sama sekali, tapi malah ketakutan oleh hotel bintang lima. Benar-benar, peluru meriam berlapis gula ini sungguh berbahaya.
Seluruh regu diaturkan di dua suite presiden yang bersebelahan. Baru saja berhasil ditampung, pelayan langsung mengantar makan siang.
Sangat mewah, semua hidangan didorong dengan gerobak makan. Setiap masakan ditempa secara spesial, mencakup hidangan Tiongkok dan India. Apalagi hidangan terakhir berupa kambing panggang utuh, membuat Zhou Liming terkesan dengan perlakuan tinggi dari pemerintah India. Ini jauh melampaui dugaan Zhou Liming, mengingat situasi darurat saat ini masih bisa menyediakan kemewahan seperti ini.
Yang Ran, anggota baru yang bergabung ke X, memandang kambing panggang utuh yang masih menguap panas itu dalam diam. "Kalian tahu teriakan para demonstran tadi?"
Zhou Liming memang tak paham. Ia tidak menguasai bahasa Hindi. Yang Ran menjelaskan, "Mereka mengumpat pemerintah. Persediaan makanan dasar saja sudah tak terjamin, mengapa masih menyajikan jamuan mewah untuk orang asing? Apa kami tidak lebih berharga daripada rakyat sendiri? Sepertinya krisis pangan di India sudah di ambang ledakan. Nanti..."
Zhou Liming akhirnya paham mengapa Yang Ran terpilih. Ternyata pria ini menguasai bahasa Hindi dengan fasih.
Qiao Binsen hanya menyeringai dingin, tanpa basa-basi mengambil alat tebas tangan dan memotong blok besar daging dari kambing panggang utuh, kira-kira seberat satu dua jin. Dia mengoyak-oyak daging dengan gigi, mulutnya penuh minyak. Setelah mengunyah dan menelan, dia berkata datar: "Mati atau tidaknya mereka bukan urusan kami. Makanlah sebaik-baiknya, jaga stamina, menyelesaikan misi adalah hal utama yang perlu kita perhatikan."
Zhou Liming awalnya ingin mengatakan sesuatu, tapi merenung lagi. Apa yang bisa dia katakan? Ini bukan masalah lokal, melainkan krisis yang telah mengenai seluruh dunia. Sekalipun dia mengasihani mereka, apa yang bisa dilakukan? Mungkinkah dia menciptakan persediaan makanan dari udara? Jelas tidak. Kalau begitu, buat apa dipikirkan?
Dari sini saja, Zhou Liming sadar: jika dia tidak berubah, tidak menjadi lebih berdarah dingin, selamanya tidak akan memiliki kualifikasi sebagai Komandan.
Zhou Liming yang sudah memahami, tidak lagi punya kekhawatiran. Dia bahkan lebih kasar daripada Qiao Binsen, merobek satu kaki kambing dan mengunyahnya dengan lahap. Sebagai anak yatim, makanan yang biasanya hanya terlihat di TV ini tentu harus dinikmati sepuasnya. Bukankah ini akan menyia-nyiakan niat baik Orang India itu?
Setelah makan siang, saat berdiri di balkon, Zhou Liming terkejut menemukan Sanjay kembali datang dengan membawa segerombolan personel baru.
Qiao Binsen mendekat sambil menyapu sekilas pandang ke arah orang-orang di bawah, lalu tersenyum sinis. "Ini Pasukan Khusus Salju Harimau dari Beruang Kutub," katanya.
Pasukan khusus Rusia bertubuh sangat besar, mengenakan seragam kamuflase taktis rapi. Setiap personel yang turun dari mobil langsung berada dalam mode pengawasan tinggi. Yang terakhir turun adalah delapan orang berusia di atas lima puluh tahun. Begitu kaki mereka menginjak tanah, pasukan Salju Harimau segera mengawal mereka masuk ke hotel.
Zhou Liming terdiam takjub. Dibandingkan dengan kewaspadaan tinggi Pasukan Khusus Salju Leopard, regu kami sejak turun dari pesawat hingga sekarang sama sekali tidak memiliki hal yang patut dipuji.
Qiao Binsen seolah memahami alasan keterkejutan Zhou Liming. Dengan senyum sinis ia berkata, "Di mataku, mereka cuma sampah. Meski terlihat profesional sekarang, begitu bertarung langsung, aku yakin bisa mengembalikan mereka semua ke kampung halaman dalam lima menit." Ia menjilat bibirnya, "Tidakkah kau sadar mereka bukan manusia modifikasi gen binatang buas?"
Pantas saja Qiao Binsen begitu percaya diri bisa membunuh mereka dalam lima menit. Rupanya dia telah melihat titik lemah ini.
Zhou Liming masih bingung. Kekuatan Rusia tidaklah lemah, apalagi posisi geografis mereka strategis. Meski kehilangan Siberia dan seluruh wilayah pesisir arah Arktik, kerugian itu hampir tak berarti bagi mereka. Bahkan dampak di Laut Hitam masih terbatas.
Mereka ternyata bukan manusia hasil modifikasi?
Qiao Binsen berkata, "Pasukan Salju Macan memang sangat hebat di dunia, tapi hanya terbatas pada masa lalu. Sekarang ini..." Dia tidak melanjutkan, hanya berbalik pergi dengan senyum sinis meninggalkan cahaya matahari.
Bisa diprediksi bahwa Rusia seharusnya juga ikut campur dalam hal ini.
Situasi negara-negara Eropa sangat mengenaskan. Portugal seluruhnya telah jatuh, keluarga kerajaan Inggris dan pejabat kabinet seperti perdana menteri beserta angkatan udara telah mengungsi ke Polandia. Belgia dan Belanda yang hampir seluruhnya berupa wilayah pesisir kini hanya menjadi catatan sejarah. Pejabat tinggi pemerintah yang berhasil kabur hanya bisa menerima bantuan kemanusiaan di negara lain. Siapa tahu apakah negara-negara yang menampung mereka ini masih akan mematuhi prinsip kemanusiaan jika situasi semakin memburuk?
Namun tidak dapat dipungkiri, negara-negara yang meronta di tepi jurang kelangsungan hidup pasti akan mengirim orang untuk meneliti fenomena di India ini, karena mereka juga ingin menggunakan metode serupa untuk melawan gelombang binatang buas. Sebenarnya, banyak pemimpin negara sudah tidak peduli lagi—begitu binatang buas kembali melancarkan serangan, mereka akan langsung mengeluarkan perintah serangan nuklir.
Dapat dikatakan bahwa hasil investigasi kali ini akan memberikan pengaruh besar pada dunia.
Setiap kali membayangkan semua negara di dunia menggunakan senjata nuklir untuk menyerang binatang buas, Bumi—meski tidak hancur—konsekuensi perang nuklir pasti akan lebih buruk daripada kondisi saat ini.
Selain itu, Zhou Liming lebih khawatir: Bagaimana jika serangan nuklir gagal menghancurkan binatang buas level lebih tinggi? Menurut penilaiannya, level binatang buas tidak hanya sebatas level enam. Pasti ada level tujuh, bahkan level delapan...
Siapa yang bisa menjamin senjata nuklir adalah solusi pamungkas?
