"Apakah ini bisa disebut kiamat?"
Zhou Liming yang duduk termenung bertanya pada dirinya sendiri: Hampir 7 miliar populasi manusia, lebih dari separuhnya tewas atau hilang di bawah keganasan binatang buas. Seluruh garis pantai dunia telah jatuh, menandakan wilayah ekonomi paling maju umat manusia kini dikuasai makhluk-makhluk itu. Kota-kota peradaban manusia terselimuti gelombang tak berujung dari horda binatang buas.
Makhluk-makhluk itu terus-menerus mempersempit ruang hidup manusia. Zhou Liming sama sekali tidak tahu ke mana lagi umat manusia harus mundur, di mana jalan keluar untuk bertahan hidup.
Saat ini Zhou Liming baru menyadari, kekuatan seorang manusia, meski mampu menghancurkan langit dan bumi, tetap begitu tak berdaya dan pucat di hadapan bencana besar dunia semacam ini. Bukan lagi tenaga manusia yang bisa menolaknya. Mungkin seluruh umat manusia kini berada dalam kondisi pesimistis, karena di tengah bencana ini, manusia sama sekali tidak menunjukkan keunggulan.
Di kejauhan tergeletak mayat prajurit tewas. Dengan ketajaman penglihatan Zhou Liming, terlihat beberapa belatung putih merayap keluar-masuk, menjijikkan luar biasa.
Di samping tiga kendaraan lapis baja, para ahli sibuk bolak-balik membawa alat kecil. Sesekali mereka mengumpulkan tanah untuk diambil sampelnya. Kadang mereka mengamati tanaman untuk melihat perubahan. Tak lupa menangkap serangga untuk memeriksa tingkat radiasi, atau berdiskusi dalam kelompok kecil.
Zhou Liming memeriksa M99 di tangannya. Setelah mengonfirmasi semuanya normal, senapan itu kembali digendongnya erat di dada.
Sejak bergabung ke dalam X, meski penggunaan senjata tidak terlalu sering, Zhou Liming tetap mempelajari hal paling mendasar yang harus diingat setiap prajurit: memastikan pistol di tangannya selalu dalam kondisi terbaik kapan pun. Ini akan memberinya keunggulan lebih dibanding yang lain dalam pertempuran.
Melihat jam, sekarang waktu Beijing pukul 7:30, berarti waktu lokal India sekitar lima pagi.
Tiba-tiba, di kejauhan, Kartik bangkit berdiri dengan keras, menyimak dengan cermat sesuatu sambil panik, lalu berteriak histeris: "Serangan, serangan!" Dengan gen binatang buas serigala, pendengaran kultivasinya sungguh mengejutkan.
Sebenarnya, saat itu siapapun sudah mendengar. Dari kejauhan beberapa kilometer, terdengar suara tembakan meriam, lalu lengkingan tajam peluru meriam membelah udara. Beberapa detik kemudian, mereka menghujam ke bawah dengan keras. "Braak!" Pasir dan kerikil beterbangan. Setelah ledakan menggali kawah, tak terhitung puing beterbangan. Bahkan Zhou Liming melihat serpihan logam melesat di dekatnya.
Bukan cuma satu meriam, melainkan tiga buah, terus-menerus menembaki area sekitar kendaraan lapis baja.
"Tiarap semua, tiarap..."
Kain berteriak. Para ahli panik terjatuh ke tanah, memeluk kepala mereka, tak berani bergerak, berusaha menempelkan tubuh ke permukaan tanah. Ribuan serpihan logam melesat dari ledakan, mengisi udara dengan dentuman. Sebuah kendaraan lapis baja terkena hantaman. Peluru meriam yang menembus kabin, meledak dan menyobek separuh badan kendaraan itu menjadi rongsokan menyedihkan.
Zhou Liming belum pernah mengalami ini sebelumnya. Melihat keganasan meriam, barulah dia menyadari betapa rapuhnya nyawa manusia di hadapan perang.
Seandainya dalam situasi normal, Zhou Liming bisa langsung menerjang ke depan dan melumpuhkan meriam musuh begitu serangan terdeteksi. Beberapa kilometer baginya cuma seperti waktu yang dibutuhkan untuk sprint seratus meter. Tapi kini berbeda, mereka berada di pusat zona radiasi. Dia hanya bisa bertindak layak prajurit biasa yang tak berdaya.
Untungnya tembakan meriam hanya berlangsung sekitar dua puluh peluru sebelum berhenti. Lalu terdengar deru mesin kendaraan dan raungan gerombolan penyerang.
"Sialan! Binatang buas nggak ketemu, malah diserang manusia. Ini mah apa-apaan sih?" Terdengar umpatan Yang Ran di saluran komunikasi. Zhou Liming menengok dan melihatnya sedang bersembunyi di balik batu, mengintai melalui teropong senapan runduk.
Zhou Liming memanjat ke puncak bukit pasir dalam beberapa gerakan, lalu mengangkat M99. Melalui lensa bidik, terlihat debu beterbangan di kejauhan disertai dentuman mesin mobil.
Dalam bidikan kamera, belasan truk militer dan beberapa kendaraan lapis baja sedang menyerbu ke lokasi rombongan. Di atas truk-truk itu, beberapa prajurit berseragam militer India berdiri sambil memegang senapan mesin yang terpasang. Mereka sama sekali tidak memakai pakaian antiradiasi, bahkan banyak yang bajunya compang-camping memperlihatkan kulit hitam legam di dalamnya.
Para prajurit yang dilanda kegilaan ini banyak yang melambai-lambaikan topi sambil berteriak histeris, wajah-wajah yang terdistorsi itu dipenuhi kebuasan.
"Mereka pasukan yang selamat dari garis depan sebelumnya!" teriak Qiao Binsen, "Mereka sudah terpapar radiasi parah, sekumpulan orang gila nekat! Habisi mereka! Penembak runduk, hancurkan kendaraan mereka sebelum mendekat!"
Para prajurit yang selamat ini sebelumnya berada di posisi yang cukup jauh dari garis depan, sehingga gelombang serangan tidak mengenai mereka dan mereka bisa bertahan. Namun radiasi mengerikan yang mereka terapi membuat mereka putus asa. Mereka membenci seluruh dunia, menyadari bahwa tubuh mereka yang terpapar radiasi akan mengalami penderitaan mengerikan di masa depan—hidup lebih menderita daripada mati. Karena itu mereka sama sekali tidak takut mati, menjadi kelompok yang bahkan lebih nekat daripada pasukan bunuh diri biasa.
Begitu mereka berhasil mendekat, meskipun kita bisa membunuh mereka, senjata standar militer yang mereka bawa tetap mampu menembak mati orang-orang di sini atau melubangi pakaian antiradiasi kita dengan peluru.
Pada kenyataannya, setiap orang telah menyadari satu hal mutlak: sama sekali tidak boleh membiarkan mereka mendekat.
Zhou Liming mengangkat M99, jangkauan efektif senarai jenis ini adalah 1.500 meter, tapi Zhou Liming justru bisa membuatnya tetap efektif bahkan pada jarak 2.000 meter. Inilah manfaat gen binatang buas yang memungkinkannya menguasai jarak sejauh itu sekaligus tetap menghujam target dengan presisi. Di bawah pembesaran sepuluh kali, dengan cepat ia mengunci sebuah truk militer yang berada di barisan terdepan...
"Braak!" Lengan yang perkasa membuat M99 hanya bergetar ringan di genggaman Zhou Liming, seolah itu cuma pistol biasa.
Dentuman rendah baru saja menggema, lalu melalui bidikan terlihat seluruh bagian depan truk militer itu penyok diterjang peluru. Garis pangkat depan remuk berkeping-keping, mesinnya hancur seketika. Mobil yang kehilangan tenaga itu masih meluncur beberapa meter sebelum terbalik di hamparan pasir.
Belasan prajurit di atasnya terlempar keluar, berguling-guling jatuh ke permukaan pasir.
"Bang""Braak" suara terus-menerus bergema. Yang lain mulai bertindak. Di bawah usaha para penembak runduk, belasan mobil ini hanya dalam waktu dua menit telah dihancurkan. Namun beberapa kendaraan lapis baja tetap melaju kencang, dengan cepat mengelilingi mobil-mobil yang hancur ini dan menerjang ke depan dengan gila-gilaan.
Prajurit di mobil-mobil yang hancur semua turun dari kendaraan, membawa senjata sambil berteriak-teriak maju menyerbu.
Dari kejauhan, masih terdengar suara umpatan mereka.
Namun yang membuat Zhou Liming merasa takut adalah di tempat yang lebih jauh, ada pasukan dengan jumlah jauh lebih besar sedang menyerbu, hamparan hitam pekat yang jumlahnya hampir mencapai seribu orang. Mobil-militer dan kendaraan lapis baja ini hanyalah pasukan pendahulu mereka belaka.
Hal ini sampai ke titik seperti ini, sama sekali di luar perkiraan semua orang.
"Sial!" Qiao Binsen mengumpat dengan ganas, melepaskan rantai peluru dari tubuhnya satu per satu dan meletakkannya di samping. Dia menurunkan kotak peluru yang dibawa di punggung ke sebelah senapan mesin, menarik keluar rantai peluru, menyambungkannya ke M134, lalu mengarahkannya ke gundukan pasir, membidik para prajurit penyintas India yang berkerumun hitam pekat di kejauhan sedang maju menerjang.
Dentuman tembakan bergemuruh. Para prajurit India yang selamat ini mulai menembak tak karuan dari jarak jauh, peluru sesekali melintas di atas kepala orang-orang dengan suara "Bum" menghunjam ke dalam tanah.
