Kendaraan bermotor yang dipersiapkan X, selain tiga helikopter, didominasi penuh oleh motor sport.
Kota XiangA sebagai ibu kota Provinsi Hunan, meski melarang peredaran motor, namun diam-diam jumlah motor sport ilegal tak terhitung. Motor sport yang disediakan untuk X berasal dari klub motor bawah tanah, semuanya motor sport dunia ternama. Cocok dengan kebutuhan mobilitas X, Lv Guangrong langsung menggerakkan tangannya dan menyerahkan seluruhnya untuk digunakan X.
Yang dialokasikan untuk Zhou Liming adalah BMW K1200S berwarna abu-abu, sedangkan Huang Dazhuang yang menjadi pasangannya mendapat BMW K1300S.
Dari segi penampilan, K1200S sedikit lebih gagah dibandingkan K1300S, merupakan tipe karakter yang disukai Zhou Liming. Dulu saat menyaksikan motor jenis ini melintas deras di jalanan dengan raungan knalpotnya, selalu memicu ambisi dalam dirinya - mereka adalah mobil sport di dunia sepeda motor, statusnya setara dengan mobil sport dalam kategori otomotif, penuh daya tarik. Harga satu unit motor ini mencapai puluhan juta, jauh melampaui imajinasi keluarga biasa.
15 kelompok dikerahkan untuk menjangkau seluruh wilayah Kota XiangA beserta kota-kota dan desa di sekitarnya.
Meninggalkan Kota Huanghua, jalanan terlihat kosong. Karena Kota XiangA selalu berada di bawah kendali negara dan tidak pernah mengalami serangan binatang buas, proses evakuasi manusia relatif lebih tertib dibandingkan wilayah lain. Tidak terjadi kekacauan, sehingga tidak ada mobil-mobil terabaikan yang memenuhi gang-gang sempit. Bahkan populasi yang mengungsi dari seluruh Kota XiangA hanya sepertiga. Ditambah dengan pengungsi yang berlari ke sini, faktanya populasi Kota XiangA justru meningkat menjadi sekitar 13 juta, hampir melonjak dua kali lipat.
Bagian timur Kota XiangA merupakan zona terlarang militer, sehingga beberapa kilometer jalan raya dari Kota Huanghua menuju XiangA terlihat sangat sepi.
Huang Dazhuang memutar gas hingga K1300S mengeluarkan raungan keras, sambil tersenyum jujur bertanya: "Mau coba?"
Zhou Liming juga tertarik, mengangguk, lalu memutar gas. K1200S meraung keras sebelum melesat, mencapai kecepatan 100 kilometer lebih dalam hitungan detik. Kedua motor melesat bagai panah di jalan raya, dentuman mesin yang membangkitkan darah panas menggema di sepanjang jalan.
Beberapa kilometer terasa singkat bagi Zhou Liming, seakan baru menekan gas sebentar sudah mencapai ujung jalan.
Sebuah pos pemeriksaan beton bertulang berdiri di jalan raya, dilengkapi beberapa senapan mesin berat dan penembak runduk. Beberapa truk militer dan dua Jeep terparkir di sana, terlihat regu prajurit sedang berpatroli. Pos-pos kecil seperti ini tersebar di seluruh Kota XiangA, khususnya di persimpangan menuju timur.
Huang Dazhuang berpangkat Kolonel, sedangkan Zhou Liming Letnan Kolonel. Bagi Letnan Dua komandan peleton di pos ini, mereka jelas-jelas atasan tertinggi.
Setelah memeriksa dokumen identitas keduanya dengan seksama dan memastikan tidak ada masalah, Letnan Dua komandan peleton langsung memerintahkan prajurit untuk membuka pos perbatasan. Atasan telah mengeluarkan pemberitahuan sebelumnya tentang pasukan khusus yang bertugas melakukan patroli dan menangani insiden spesial. Pemeriksaan dokumen hanyalah prosedur formal belaka.
Memandang dua mobil sport BMW yang melesat dengan gagah disertai gemuruh mesin, Letnan Dua itu menggelengkan kepala sambil bergumam tak patuh: "Apa bedanya dengan kami? Kenapa hak istimewa mereka jauh lebih baik? Apa mereka punya tiga lengan atau empat kaki?" Ia meludah keras-keras: "Pasukan kelompok putra mahkota ini cuma datang ke garis depan untuk melapisi emas?" Teringat betapa berbahayanya binatang buas itu, senyum tipis mengembang di wajahnya. Ia memperkirakan para pasukan borjuis itu akan menangis memanggil ayah dan ibu sambil lari tunggang-langgang kembali ke belakang garis pertahanan begitu menyaksikan kengerian sebenarnya.
Letnan Dua melihat prajurit lainnya menatap penuh kagum ke arah motor yang menjauh, seketika tersenyum: "Apa yang kalian lihat? Barang-barang ini sekarang tak bernilai. Nanti akan kucarikan satu untuk kalian."
Para prajurit langsung tertawa terbahak, "Komandan Peleton, janganlah mengada-ada! Meski penuh jalanan dengan motor begini, mana mungkin giliran kami?" Kemudian mereka kembali tertawa sambil menuju posisi tugas. Dalam situasi perang melawan musuh non-manusia ini, tak perlu bersikap serius seperti dulu. Binatang buas itu muncul tanpa taktik penyamaran, selalu bertindak gegabah.
Setelah melewati pos perbatasan kurang dari seratus meter, sudah memasuki kawasan suburban Kota XiangA. Terlihat pejalan kaki di sepanjang jalan.
Hampir tak ada mobil di ujung-ujung jalan. Dengan terhentinya pasokan minyak, kecuali bagi mereka yang punya uang atau koneksi, mustahil mendapatkan bahan bakar kini. Kendaraan yang masih terlihat umumnya milik departemen pemerintah - hanya institusi resmi yang masih mendapat alokasi bahan bakar.
Berhenti di persimpangan jalan, Huang Dazhuang mengeluarkan komunikator yang memiliki fungsi navigasi GPS. Setelah mendapatkan peta satelit Kota XiangA, dia memeriksanya sejenak lalu berkata: "Kami akan pergi bersenang-senang ke pusat kota. Tugas berpatroli ini hampir sama dengan jalan-jalan biasa, nanti jika ada hal baru kami tangani."
Di sebelah timur terdapat formasi pertahanan dengan pasukan besar yang bertugas. Area yang lebih jauh lagi dipantau satelit. Begitu binatang buas muncul, langsung akan ketahuan. Yang benar-benar merepotkan justru kelompok kecil binatang buas. Mereka biasanya menerobos masuk ke garis pertahanan dalam jumlah 1-3 ekor, mengobrak-abrik segalanya, lalu beberapa yang kuat malah bisa pergi dengan angkuh tanpa terluka sedikitpun.
Di area perkotaan ini, urusan keamanan biasa sudah ditangani Polisi. Hanya untuk kasus khusus saja X dikerahkan. Jenis insiden yang membutuhkan mobilisasi X ini, dalam sehari pun belum tentu terjadi satu kali. Huang Dazhuang yang sudah berpengalaman tentu paham betul hal ini, makanya dia menganggap tugas patroli sebagai aktivitas jalan-jalan biasa.
Zhou Liming juga mulai tertarik, batinnya toh masih seorang yang baru dewasa, "Baiklah!"
Meski berada di era binatang buas, operasional perkotaan secara bertahap telah kembali normal. Banyak toko yang membuka pintu, pedagang keliling mendorong gerobak bolak-balik di jalanan. Kini mereka tak perlu khawatir Departemen Dewa akan mengganggu usaha kecil mereka.
Pusat kota dipenuhi gedung pencakar langit yang menjulang tinggi ke awan. Meski keramaian di distrik bisnis tak lagi sesemrawut masa lalu, tetap terlihat banyak orang jalan-jalan di sini. Kelangkaan bahan pokok membuat harga melambung. Pengunjung lebih banyak sekadar melihat-lihat, toko-toko yang buka tampak sepi.
Dentuman dua motor BMW yang melintas di jalanan menyedot perhatian tak terhitung orang.
Mobil yang masih bisa berjalan di jalanan saat ini, terutama kendaraan berbahan bakar minyak, benar-benar menjadi simbol identitas dan kekuasaan. Dulu saat jalanan dipenuhi mobil, baik BMW maupun Mercedes sudah menjadi barang umum yang sulit menarik decak kagum, kecuali mobil sport yang masih bisa menunjukkan status sosial.
Tapi sekarang berbeda. Kau mungkin punya kekayaan ratusan juta hingga miliaran, tapi belum tentu bisa mendapatkan bahan bakar. Di tengah jalanan yang sepi, hanya dengan memiliki bahan bakar dan bisa mengendarai mobil, barulah segalanya terwakili.
Populasi Kota XiangA melonjak dua kali lipat menjadi 13 juta jiwa, membuat kota ini semakin padat. Yang paling dirasakan Zhou Liming adalah membludaknya penduduk - banyak orang menganggur bermalas-malasan di bawah pohon penghijauan sepanjang jalan. Kehilangan rumah dan pekerjaan, mereka hanya bisa menerima penempatan dari pemerintah. Tanpa pekerjaan, berkeliaran sepanjang hari menjadi hiburan satu-satunya.
“Cadangan pangan yang sangat besar membuat Kota XiangA tidak seperti India, di mana orang-orang tidak kekurangan makanan. Dengan jaminan pangan minimum dari pemerintah, mereka tidak perlu khawatir akan mati kelaparan.”
“Tapi keinginan manusia tak mungkin terpuaskan. Sebagian orang memang puas dengan status quo, asal tidak mati kelaparan. Namun sebagian lain tidak puas hanya dengan dua porsi nasi kering sehari plus satu dua batang sayur tanpa minyak atau sepotong kecil acar. Wajar jika mereka yang patuh hukum berusaha mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang. Sementara mereka yang mentalnya berubah, mulai menempuh jalan kejahatan yang berbeda.”
“Berhenti! Berhenti! Jika tidak berhenti akan kami tembak!”
Saat Zhou Liming dan Huang Dazhuang baru saja tiba di pusat kota, telinga mereka mendengar teriakan seperti ini. Dua polisi sedang mengayunkan tongkat polisi sambil mengejar seorang pria yang berlari kencang.
Zhou Liming menghentikan mobilnya, memandang pria yang berlarian di keramaian manusia seperti belut. Di tangannya tergenggam sebuah tas, dengan susah payah menerobos orang-orang yang menghalangi di depannya. Dua polisi di belakangnya bertubuh agak gemuk, hanya beberapa saat saja sudah tertinggal jarak oleh pria tersebut. Setelah kehilangan jejak, mereka membungkuk sambil memegangi lutut dan terengah-engah.
Meski salah seorang polisi telah mengeluarkan pistol, di keramaian dengan kepadatan tinggi seperti ini sama sekali mustahil untuk menembak. Inilah alasan mengapa pria tadi berani mengabaikan peringatan tembakan.
"Haruskah kami membantu?" Zhou Liming melirik sosok pria yang belum sepenuhnya menghilang di kerumunan. Tampaknya pria itu telah merebut tas seseorang, bisa dikategorikan sebagai pencopet. Melihat kinerja dua polisi tersebut, Zhou Liming hanya bisa menggelengkan kepala, kehilangan kata-kata.
Huang Dazhuang tersenyum sambil menggelengkan kepala, berkata: "Biarkan mereka berulah. Kalau urusan remeh seperti ini kita ikut campur, bukankah itu merendahkan martabat kita? Jika ini saja kita urus, menurutku seluruh polisi di kota ini bisa di-PHK. Untuk apa mereka ada? Hal-hal seperti ini terjadi setiap saat di perkotaan. Selama tidak terlalu serius, serahkan saja pada polisi."
Zhou Liming berpikir sejenak lalu setuju. Kalau urusan kecil seperti biji wijen pun harus diurusi, bukankah diri sendiri akan kelelahan sampai mati?
Kasus seperti ini jelas bukan kejadian kebetulan. Kota berpopulasi besar tempat naga dan ular berkeliaran ini, segala hal mungkin terjadi. Meski pemerintah terus berusaha mengendalikan, namun dengan keterbatasan personel kepolisian, bagaimana mungkin bisa dikontrol? Pasukan penjaga hanya bertugas mencegah kemunculan binatang buas. Urusan internal kota seperti ini sama sekali bukan bidang yang mereka pedulikan.
Populasi yang besar meningkat drastis, ketidakberdayaan dalam pengelolaan pasti menyebabkan banyak hal mustahil dikendalikan. Orang-orang pengangguran berlebihan di jalanan dalam jangka pendek belum bermasalah, tapi ini bukan solusi jangka panjang. Seiring waktu, mereka akan mengembangkan berbagai emosi, kekacauan pun tak terhindarkan.
Dengan senyum getir menggelengkan kepala, hal-hal ini biarlah menjadi sakit kepala para pemimpin pemerintah. Zhou Liming mencubit gas, mengikuti Huang Dazhuang di depan.
