Zhou Liming yang sama sekali tidak menyadari dirinya menjadi target penyelidikan berbagai negara di dunia, memusatkan konsentrasi mentalnya secara maksimal untuk menghadapi penghalang-penghalang yang muncul tiba-tiba.
Sebenarnya Zhou Liming pernah menyaksikan kemampuan pengawasan satelit saat berada di X. Namun dalam situasi seperti ini, seluruh pikirannya fokus memperhatikan rintangan di depan, dengan satu keinginan di hati: melarikan diri, melarikan diri dengan gila-gilaan... Mustahil baginya saat ini masih memiliki tenaga pikiran untuk menganalisis berbagai aspek, juga tidak sadar untuk menyembunyikan jejaknya.
Zhou Liming merasa dirinya seperti peluru kendali jelajah yang terus-menerus bergerak mengikuti kontur topografi, naik turun tak menentu.
Terkadang reaksi otak sama sekali tidak bisa mengikuti kecepatan saat ini. Beberapa penghalang ditembus seperti proyektil tanpa upaya menghindar sama sekali. Kecepatan yang mengerikan menjadi sumber kekuatan terbesar, sementara daya tahan Zhou Liming yang luar biasa bagaikan peluru penembus baja yang keras. Dengan kecepatan sebagai pendorong, beberapa bangunan langsung tertembus olehnya.
"Pyak, pyak!" Suara beruntun itu membuat Zhou Liming merasakan rambutnya penuh debu.
Karena kecepatan yang terlalu tinggi dan ketiadaan ruang untuk menghindar, Zhou Liming yang seketika menembus rumah seperti peluru meriam itu merasakan kepalanya berkunang-kunang, matanya sedikit gelap. Dinding bata dan beton hancur remuk seperti tahu saat ditabraknya. Wajah berdebu dan mulut penuh tanah pun menjadi hal yang wajar.
Kecepatan super tinggi membuat Zhou Liming pun tak bisa memastikan posisinya sekarang. Ia hanya terus melesat ke depan.
Saat sebuah kota muncul kembali di depan, Zhou Liming kembali menurunkan ketinggian terbangnya, menyusuri permukaan jalan sambil melesat melewati jalan-jalan. Aliran udara yang kuat bahkan mampu menerbangkan mobil-mobil terbuang yang ringan. Sampah kertas dan sejenisnya beterbangan diterbangkan angin, sementara papan-papan iklan besar terlepas dari tempatnya dan melayang di angkasa.
Tapi dibandingkan dengan kegaduhan yang ditimbulkan Ikan Tanduk Sapi, Zhou Liming bagaikan embun di bawah kaki gajah.
Di setiap wilayah yang dilalui Ikan Tanduk Sapi, bangunan-bangunan membeku dalam suhu ekstrem. Struktur dalamnya retak-retak akibat perubahan suhu drastis, hingga akhirnya seluruh gedung hancur berantakan dengan ledakan dahsyat. Di bawah kondisi seperti ini, daerah yang dilaluinya benar-benar mengalami bencana tanpa ada apapun yang bisa menghalangi lajunya.
Zhou Liming kini menyesal, "Sialan! Ngapain aku iseng menggoda binatang itu?"
“Sekarang sudah baiklah, dihitung kasar, dia sudah mengejar selama setengah jam, tapi masih menggigitku erat-erat? Apakah aku dan dia benar-benar memiliki dendam abadi seperti ini? Kalau dia benci manusia, saat di Xijia Cun dulu, mana mungkin dia mengabaikan kami lalu pergi?”
“Sialan, sebenarnya apa yang terjadi?”
Zhou Liming mengumpat dalam hati, dengan keras berbelok dari jalan utama kota ini memasuki jalan satu arah, lalu dari jalan satu arah menyapu masuk ke sebuah gang kecil, “Aku tidak percaya, di kota ini, di tempat sempit seperti ini, kecepatanmu masih berani sama denganku?”
Ukuran tubuh Ikan Tanduk Sapi jauh melampaui Zhou Liming hampir sepuluh kali lipat. Jalan satu arah masih dipaksakan, tapi gang kecil ini...
Benar seperti yang dipikirkan Zhou Liming, Ikan Tanduk Sapi langsung menyambar saat dia melakukan refraksi. Tapi menghadapi gang-gang kecil ini, semburan panah es meluncur. Seluruh lorong langsung membeku. Ikan Tanduk Sapi terbang tinggi, terus-menerus memuntahkan panah es dari ketinggian. Zhou Liming yang tak menyangka situasi ini pun jadi kerepotan, nyaris celaka saat berusaha menghindar di tempat sempit ini.
Inilah yang disebut "Gagal mencuri ayam malah kehilangan beras" - nasib Zhou Liming sekarang.
Dengan pasrah, Zhou Liming melesat ke udara sambil menggigit gigi: "Kalau taktik licik tak mempan, mari kita adu kekuatan! Lihat siapa yang lebih dulu kehabisan tenaga!" Perkiraan optimis: Dengan kecepatan ini, butuh 2-3 kali keliling dunia baru bisa membuat Ikan Tanduk Sapi kelelahan. Tapi kemampuan Zhou Liming tak sampai segitu. Pasti dia yang lebih dulu tumbang.
Setengah jam bisa terbang sejauh apa, Zhou Liming saat melesat ke langit telah mengonfirmasi nama kota ini: Kota Yue A.
Zhou Liming tak menyangka, setengah jam sebelumnya masih berada di perbatasan Provinsi Guangxi dengan Vietnam, namun setengah jam kemudian sudah muncul di ibu kota Provinsi Guangdong.
Begitu memikirkan Provinsi Guangdong, ingatan pertama yang muncul di benak Zhou Liming adalah misi pertamanya setelah bergabung dengan X - menyelamatkan Su Yunan dari Kota Yue B. Kenangan berikutnya adalah pendaratan Phoenix, binatang buas tingkat raja dari golongan level enam, dengan kilasan kekuatannya yang sempat ditunjukkan, hingga kini Zhou Liming masih tak bisa melupakan adegan saat itu menghancurkan seluruh zona dalam sekejap.
Seolah tersadar akan sesuatu, sifat api Phoenix dan elemen air ikan bertanduk...
Mata Zhou Liming tiba-tiba berkilau, meledakkan tawa "haha", sayangnya dalam kecepatan tinggi mulutnya tertiup angin hingga berubah bentuk, berubah menjadi rangkaian lolongan aneh.
Zhou Liming saat ini sangat bersemangat, dia akhirnya menemukan solusi untuk melepaskan diri dari Ikan Tanduk Sapi.
"Bukannya kau hebat sekali? Kalau berani, hadapi langsung Phoenix itu! Berani-beraninya mengganggu anak muda lugu sepertiku!" Semakin dipikir, Zhou Liming semakin sombong. Dia seolah lupa bahwa awalnya dialah yang memulai, dan kini sudah membayangkan bagaimana dua binatang buas kelas raja ini akan bertarung.
Seketika itu juga, Zhou Liming merasakan darahnya mulai mendidih penuh semangat.
Namun Ikan Tanduk Sapi yang masih membuntuti di belakang terus mengingatkannya: Ini belum waktunya untuk lengah. Jika terlalu ceroboh, dirinya bisa menjadi patung es sebelum mencapai Kota B.
Zhou Liming yang tak berani lengah, setelah sedikit mengonfirmasi arah, begitu keluar dari kota, menyapu sekilas pandang, segera menemukan jalan raya yang menghubungkan Kota A dan B. Tanpa ragu, ia mengeluarkan kecepatan terbang maksimalnya di angkasa atas jalan raya tersebut. Menembus kecepatan 2.000 kilometer per jam. Bagi dua kota yang hanya terpisah 100-an kilometer, ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
Kecepatan terbang yang kembali melonjak drastis pada satelit, sekali lagi memicu teriakan kaget orang-orang. Mereka yang melihat angka kecepatan di layar monitor hampir membuat mata mereka melotot keluar.
Jarak 100-an kilometer itu tertempuh dalam sekejap mata.
Setelah memperhitungkan, sejak pertemuan pertama dengan Phoenix hingga sekarang, sudah beberapa bulan berlalu. Zhou Liming tidak berani memastikan apakah Phoenix ini masih berada di Kota Yue B atau tidak. Bagaimanapun, dalam hitungan bulan, segala kemungkinan bisa terjadi. Sekarang ia hanya bisa berharap Kota Yue B adalah wilayah kekuasaan Phoenix, sehingga makhluk itu tak akan mudah meninggalkannya.
“Sialan, meski dia tidak ada, aku akan bawa Ikan Tanduk Sapi mengarungi samudera, lari ke wilayah Amerika untuk jadi ancaman.” Zhou Liming mulai menunjukkan kekejamannya. Kalau benar-benar tidak bisa, adu saja siapa yang daya tahan terbangnya lebih unggul. Zhou Liming yakin, asal waktunya lebih lama, Ikan Tanduk Sapi yang kehilangan minat padanya pasti akan pergi sendiri.
Melihat segala sesuatu yang familiar di Kota Yue B, Zhou Liming mulai panik. Dengan kecepatan yang mengerikan, dia langsung menghujam ke angkasa atas Kota Yue B.
Ikan Tanduk Sapi juga mempertahankan kecepatannya, ikut menghujam masuk. Tapi berbeda dengan Zhou Liming, organ sensornya jauh lebih sensitif. Begitu memasuki kota ini, dia langsung merasakan medan energi kuat yang levelnya setara dengan pondasi dasarnya.
Tapi kecepatan tadi terlalu tinggi. Saat Ikan Tanduk Sapi menyadarinya, dia sudah berada di pusat kota.
Setiap binatang buas, atau sekelompok binatang buas, memiliki wilayah kekuasaannya sendiri. Wilayah tersebut bisa menampung keberadaan binatang buas lain, namun mustahil menerima makhluk setara jenisnya. Pepatah "satu gunung takkan menoleransi dua harimau" muncul karena alasan ini. Bagi binatang buas, wilayah kekuasaan adalah batas bawah terakhirnya. Apapun——baik manusia maupun binatang——yang menyentuh batas ini, dianggap sebagai provokasi.
Meski bukan spesies yang sama, jangan lupa bahwa Niu Jiao Yu (Ikan Tanduk Sapi) dan Phoenix memiliki identitas bersama: mereka adalah binatang buas tingkat raja level enam.
Memandang Niu Jiao Yu yang tiba-tiba berhenti maju dan ekspresi waspadanya, Zhou Liming pun ikut berhenti. Dia juga merasakan keberadaan kuat lain di dalam kota. Tanpa keraguan, Phoenix dengan kekuatan penguasa yang dimilikinya, benar-benar telah menjadikan Kota Yue B sebagai wilayah kekuasannya, dan tidak meninggalkan tempat ini meski telah berlalu beberapa bulan.
Memandang ke sekeliling, seluruh Kota Yue B tampak porak-poranda. Di setiap sudut terdapat gedung pencakar langit yang hancur oleh binatang buas. Beberapa jalan bahkan berubah menjadi reruntuhan sepanjang bagiannya. Lebih banyak area masih menyisakan jejak kobaran api. Di zona makmur dengan konsentrasi tinggi, banyak gedung pencakar langit telah kehilangan kemegahan dan kemewahan penampilannya di masa lalu. Setelah dilalap api, yang tersisa hanyalah kerangka kosong menghitam legam, tegak menjulang seperti cerobong asap raksasa di tengah kota.
Terlihat jelas bahwa ini semua pastilah mahakarya sang Phoenix.
Suara "ji-ji" tiba-tiba bergema di kawasan vila tepi pantai. Seekor burung raksasa berwarna merah menyala melayang ke angkasa.
Jantung Zhou Liming tiba-tiba menyempit dengan keras, daya tekan yang kuat itu membuatnya merasakan ketakutan yang menggelitik. Meskipun darahnya saat ini bersorak-sorak sekuat tenaga, memancarkan hasrat bertarung yang pekat, Zhou Liming tetap memilih untuk menghadapi kesenjangan antara dirinya dengan mereka, tanpa ragu mengepakkan sayapnya sekali lalu menyelam ke dalam kota, melayang di atas jalanan, dan dalam sekejap sudah menjauh.
Bagi Zhou Liming, saat ini adalah pertarungan dewa-dewa. Sebagai orang biasa seperti dirinya, lebih aman untuk menjauh.
Ikan Tanduk Sapi sejak lama telah memusatkan perhatian pada Phoenix yang melesat ke langit. Terhadap kepergian Zhou Liming, tidak ada sedikitpun niat untuk menghadang.
Phoenix yang belum melepaskan kemampuan wujud aslinya hanya sebesar elang raksasa. Bulu-bulunya berwarna merah api, terlihat seperti gumpalan api yang terang. Suara nyaringnya mengandung peringatan bagi para penyerang. Ia melesat ke angkasa, mengepakkan sayapnya dengan lembut, terus berputar-putar di atas kota.
