"Bung, aku berani bertaruh, burung kecil ini akan segera membeku jadi burung es?"
Jack yang memantau siaran langsung satelit tidak tahan untuk bertaruh. Baru saja menyaksikan kengerian sebenarnya dari binatang buas Ikan Tanduk Sapi itu, kemampuan membekukan segalanya membuatnya gemetar. Lalu burung kecil di hadapannya ini? Di mata Jack, ini merepresentasikan kebodohan. Bulunya secantik apapun, bisa apa? Hanya seekor burung bodoh nan tolol.
Stephen yang duduk di sebelah Jack mengangkat bahu, "Tidak, menurutku burung kecil itu tidak akan kalah."
Sebagai seorang analis, seberapa tajam pandangan Stephen? Meski rekaman satelit tidak sejelas kehadiran langsung di lokasi, dia tetap berhasil menangkap gerakan siaga dari ikan bertanduk sapi. Berdasarkan pembagian level binatang buas menggunakan data global yang dibagikan, Stephen berani bertaruh bahwa makhluk ini pasti level enam atau bahkan lebih tinggi. Burung kecil yang mampu membuatnya siaga, mungkinkah itu burung biasa?
Perdebatan seperti ini terjadi di beberapa negara, semua orang ingin tahu bagaimana burung api sebesar elang yang terlihat biasa ini menghadapi ikan bertanduk sapi yang begitu kuat.
Mengenai Zhou Liming, kepergiannya juga diperhatikan orang. Namun Zhou Liming kabur dengan melayang di atas jalanan kota, di bawah naungan bangunan-bangunan, satelit secara alami kehilangan target. Karena konfrontasi antara ikan bertanduk sapi dan Phoenix, semua perhatian tertarik pada mereka, tak ada yang menyadari bahwa Zhou Liming muncul di gedung tinggi yang terletak di perbatasan dalam-luar, menggunakan penglihatannya yang luar biasa untuk mengawasi setiap gerakan ikan bertanduk sapi dan Phoenix.
Taktik teknologi dari X membuat Zhou Liming menyadari betapa kuatnya teknologi. Dia hampir yakin, keributan di Kota Yue B telah menarik perhatian negara.
Tapi Zhou Liming tidak terlalu peduli. Dengan kekuatan mereka saat ini, mustahil masuk ke wilayah pesisir. Baik melalui udara maupun darat, ribuan binatang buas akan membuat mereka paham bahwa zona pendudukan makhluk kultivasi saat ini mutlak merupakan area terlarang bagi manusia. Bahkan jika terbang di ketinggian ekstrem muncul di atas Kota Yue B, apa gunanya? Di wilayah kekuasaan Phoenix, mereka sama sekali tak bisa berbuat apa-apa.
Ikan Tanduk Sapi dipenuhi sikap hati-hati, sementara Phoenix mulai menunjukkan ketidaksabaran, suara panggilannya semakin berirama cepat.
"Mulailah!"
Zhou Liming menatap Phoenix di langit yang berwarna merah menyala, suaranya tiba-tiba terhenti lalu dengan keras menepuk sayapnya mulai melesat ke angkasa, bagai pesawat tempur yang menembus awan.
"Braak!" Kobaran api tiba-tiba menyala di tubuh Phoenix, burung yang terbakar ini terus-menerus berubah wujud. Seketika ukurannya membesar tak terkira, bagai phoenix yang terlahir kembali dari api, terkembang sayapnya dengan gagah di langit. Api jingga-kuning yang dipancarkannya membuat udara terdistorsi oleh suhu tinggi, seolah dipantulkan berlapis-lapis.
Api tak bertepi membentang hampir 100 meter, membentuk bola api raksasa yang berubah menjadi matahari raksasa di atas Kota Yue B.
"Oh, Tuhan..."
"Ya Tuhan!"
Berbagai teriakan kaget bergema di ruang pengawasan. Semua yang menyaksikan transformasi Phoenix tak kuasa menahan decak kagum. Mereka sama sekali tak menyangka burung kecil merah tak mencolok ini tiba-tiba berubah menjadi burung raksasa berapi dengan rentang sayap puluhan meter, persis seperti Phoenix dalam legenda.
Tak ada yang meragukan keganasan Phoenix. Dari rekaman terlihat meski berjarak ratusan meter, barang-barang kertas di perkotaan perlahan hangus terbakar sebelum akhirnya menyemburkan kobaran api yang menyatu menjadi lautan jilatan merah. Baru sekarang orang sadar di bawah Ikan Tanduk Sapi telah terbentuk lapisan es tipis yang menyelubungi bangunan-bangunan.
Karakter Phoenix yang impulsif dan berang, menghadapi Ikan Tanduk Sapi yang stabil sebagai binatang buas. Setelah menggunakan skill wujud aslinya, Phoenix mengeluarkan kobaran api dari udara sambil melengking, lalu menerjang Ikan Tanduk Sapi. Burung api ini kemudian mengikuti jejak apinya sambil mengepakkan sayap dan menyambar ke bawah.
Ikan Tanduk Sapi tetap menggantung di udara. Menghadapi serangan api, makhluk ini memuntahkan anak panah es yang langsung ditembakkan ke tengah kobaran api dengan ganas.
Seperti air dan api yang tak bisa bersatu, dua elemen yang mustahil menyatu ini bertabrakan. Alih-alih ledakan energi besar, yang terjadi adalah anak panah es meleleh oleh panas sementara hawa dinginnya memadamkan api. Dua binatang buas tingkat raja dengan kemampuan setara ini mengakhiri ronde pertama dengan hasil imbang.
Tapi sifat Phoenix yang tak bisa diam membuatnya mendekati Ikan Tanduk Sapi dengan garang. Kedua cakarnya menyambar ke arah dahi makhluk hybrid itu.
Tubuh api dan air bertabrakan, mengeluarkan suara "wuih" seolah dua balon yang tertekan bersama-sama, permukaan kontaknya cekung ke dalam. Riak air menguap sedikit demi sedikit oleh kobaran api, sementara nyala api redup satu per satu diterpa dinginnya air. Dalam kompresi sekejap, cakar Phoenix mencengkeram dahi ikan bertanduk dengan garang. Sisik kuning muda di bagian atas terkoyak, meninggalkan beberapa goresan darah.
Ikan bertanduk juga bukan lawan sembarangan. Saat cakar Phoenix mendarat di tubuhnya, dua karakteristik dasarnya berayun keras menyapu perut bawah Phoenix. Belasan bulu merah menyala beterbangan di udara sebelum berjatuhan ke bawah.
Memanfaatkan momentum serangan, Phoenix mengembangkan sayapnya dan terbang tinggi sambil melengkingkan jeritan kesakitan.
Hanya dalam satu gerakan, kedua binatang buas itu sama-sama terluka, langsung memasuki fase pertarungan yang semakin memanas.
Dua sifat yang saling bertolak belakang membuat mereka saling mengabaikan, memungkinkan skill asli satu sama lain kehilangan fungsi, sehingga bisa mengembangkan pertarungan fisik. Saat ini terlihat, tidak ada pihak yang dirugikan. Meski Phoenix tidak nyaman, goresan darah di dahi ikan bertanduk sapi juga membuatnya terus-menerus mengeluarkan suara "li li".
Uji coba pertama, Phoenix jelas tahu lawannya sulit dihadapi, tapi karakternya yang ditakdirkan mengikuti rute ganas, hanya berputar-putar di udara beberapa saat, lalu mulai menyambar ke bawah menuju ikan bertanduk sapi yang diam bagai air tenang. Satu mengandalkan kecepatan untuk mengalahkan musuh, satunya lagi menggunakan ketenangan untuk melawan. Bahkan dalam karakter, mereka saling bertolak belakang.
Sebenarnya kecepatan Phoenix tidak kalah dari ikan bertanduk sapi. Situasi sehebat ini saat menyambar benar-benar mengejutkan.
Zhou Liming berdiri di atas gedung, memandang dua binatang buas yang bertarung sengit di kejauhan. Pertarungan mereka seimbang, mustahil menentukan pemenang dalam waktu dekat.
Penerjangan Phoenix dan cambukan ekor Ikan Tanduk Sapi, semuanya merupakan cara bertarung yang sangat kuat. Dalam pandangan Zhou Liming, jika bukan karena skill bentuk dan skill dasar mereka yang saling menetralisir, mungkin pertempuran ini sudah kehilangan ketidakpastian sejak lama. Jika berhadapan dengan binatang buas lain, semburan api tunggal bisa mengubah lawan menjadi binatang panggang, sedangkan anak panah es bisa mengubahnya menjadi patung es.
Zhou Liming selalu merasa kedua binatang buas ini belum mengeluarkan serangan pamungkas mereka. Mungkin mereka tahu, bahkan jika dikeluarkan pun belum tentu bisa membuat lawan menyerah?
"Sayang sekali, ternyata tidak bisa menyaksikan skill bentuk binatang buas level enam yang mengerikan itu, sampai seberapa menakutkan sebenarnya."
Memikirkan Cahaya Kematian miliknya yang menjangkau wilayah sekitar satu kilometer, pasti skill bentuk kedua binatang buas level enam ini juga tidak kalah. Lihat saja lautan api yang ditumpahkan Phoenix saat baru lahir, sudah menutupi seluruh zona secara penuh, setidaknya mencapai dua hingga tiga kilometer lebih.
Saat ini Zhou Liming juga bimbang, apakah harus meninggalkan lokasi atau melanjutkan mengawasi.
Seolah teringat sesuatu, alis Zhou Liming berkerut. Ya, dia teringat tentang skill binatang buas. Jika levelnya saat ini setara binatang buas level enam, seharusnya dia juga memiliki skill. Tapi mengapa tidak bisa menggunakannya? Atau jangan-jangan gen binatang buas dalam dirinya cuma gen binatang buas level enam biasa, bukan kelas Raja?
"Seharusnya tidak mungkin seperti ini!" gumam Zhou Liming. Sejak menyadari perubahan dalam dirinya, kekuatannya selalu meningkat setiap kelompok binatang buas baru mendarat. Fenomena aneh ini cukup membuktikan gen binatang buas dalam tubuhnya tidak biasa. Dari semua binatang buas yang ada, tidak ada satupun yang memiliki fenomena serupa.
Masalah ini bahkan Ren Zhigang sang ilmuwan pun tak bisa menjelaskan, apalagi Zhou Liming.
Kekuatan bergelora di dalam tubuh, sejak kabur dari area belakang garis pertahanan, samar-samar terasa peningkatan bertahap. Dari gelombang pertama hingga keenam binatang buas yang mendarat, sensasi ini selalu ada. Dapat dipastikan, kemunculan fenomena ini berarti pendaratan gelombang ketujuh binatang buas sama sekali tak bisa dihindari. Level enam bukanlah ambang batas maksimal mereka.
Samar-samar, Zhou Liming masih merasa sedikit bersemangat. Begitu gelombang ketujuh binatang buas mendarat, kekuatannya akan naik satu tingkat. Begitu berhasil menembus level, ini akan menjadi perubahan kualitas yang signifikan.
Memandang dua binatang buas yang masih saling bunuh, Zhou Liming mengepal tinju dan berkata: "Setelah breakthrough, takkan lagi kewalahan seperti sekarang. Mungkin aku bisa membuat gigi mereka berserakan di lantai, jinak seperti dua anak kucing." Tapi ingat binatang buas level ketujuh bukanlah yang bisa seenaknya diteriaki akan dibunuh, Zhou Liming pun sedikit kehilangan semangat.
Kemampuan super dan daya tahan di luar akal sehat membuat Phoenix dan Ikan Tanduk Sapi sama sekali tidak bisa menentukan pemenang.
Pertempuran yang menggemparkan langit dan bumi ini membuat binatang buas level rendah di Kota Yue B sudah lama kabur diam-diam. Dibandingkan manusia, mereka justru lebih pengecut. Dalam dunia binatang buas, hukum rimba lebih kejam. Sensitivitas binatang buas tidak akan membiarkan rasa penasaran membunuh diri mereka sendiri. Begitu ada binatang buas kuat yang muncul, umumnya mereka akan memilih kabur.
Meski pertarungan dua binatang buas ini lebih mengandalkan kontak fisik, kadang-kadang ada skill bentuk kecil yang digunakan. Tapi dengan skill wujud asli yang diaktifkan, kehancuran yang mereka timbulkan terhadap kota sungguh mengerikan. Kota peringkat ke-4 di negeri ini hanya dalam setengah hari sudah hancur separuhnya.
Tak terhitung puing-puing bangunan yang masih terbakar dan reruntuhan beku di setiap sudut, membuat negara-negara di seluruh dunia terdiam takjub.
Namun dalam waktu singkat sepuluh hari lebih, dengan bekas luka di seluruh tubuh mereka, kedua binatang buas ini semakin menunjukkan api amarah. Phoenix menjadi lebih gugup, sementara ikan bertanduk tak lagi tenang seperti sebelumnya dan mulai melakukan serangan pertama dengan mempertaruhkan nyawa.
