Untuk binatang buas setingkat ini, mustahil menentukan pemenang dalam waktu singkat.
Zhou Liming yang awalnya ingin pergi tiba-tiba tersenyum tipis seolah teringat sesuatu. Alih-alih buru-buru pergi, ia justru terbang turun dari gedung tinggi, menemukan sebuah supermarket untuk mengambil makanan kaleng, lalu kembali ke atas sambil menikmati pertempuran epik yang setara dengan film fiksi ilmiah blockbuster Amerika.
Suara "li" ikan bertanduk dan "ji-ji" Phoenix terus bergantian bergema.
Dalam kondisi seimbang, seringkali terjadi saling mencakar dan menepuk. Yang benar-benar sial adalah Kota Yue B, di mana-mana terdapat jejak pertempuran mereka. Seringkali semburan api atau panah es dapat mengubah sekumpulan bangunan menjadi reruntuhan. Kekuatan mengerikan ini terus-menerus meruntuhkan gedung-gedung kota. Zhou Liming dengan niat jahat berpikir, jika terus begini, Kota Yue B akan menjadi reruntuhan dan menghilang dalam aliran sejarah.
Alisnya berkerut, gaya bertarung mereka yang seperti ini tidak akan bisa menentukan pemenang dalam waktu dekat.
Mengingat dirinya telah meninggalkan gua tempat tinggal lebih dari satu hari, Wang Ruijin dan yang lain pasti mulai khawatir. Zhou Liming berpikir sejenak, menatap dua binatang buas yang masih bertarung sengit di langit. Menyadari mereka tak akan cepat selesai, dia hanya ragu sebentar sebelum melontarkan diri dari gedung tinggi itu dan mengembangkan sayap menuju Provinsi Guangxi.
Zhou Liming yang terbang dengan kecepatan penuh, kembali ke Provinsi Guangxi hanya membutuhkan waktu setengah jam saja.
Sebenarnya melihat dua binatang buas saling bertarung, ide Zhou Liming sangat sederhana - seperti pertikaian kerang dan bangau, yang akhirnya diuntungkan pasti dirinya sendiri. Meski menjadi penangkap ikan membutuhkan kesabaran, menurut Zhou Liming mereka tidak mungkin menentukan pemenang dalam satu dua hari. Nantinya, saat keduanya saling melukai, itu akan menjadi keuntungan baginya.
Yang tidak diketahui Zhou Liming, di area belakang garis pertahanan, hasil pemantauan satelit telah disampaikan ke kalangan atas dengan kecepatan tertinggi.
Di Markas Komando Tertinggi, belasan perwira tinggi sedang duduk di ruang rapat. Di layar LCD raksasa yang diputar, terlihat jelas adegan pertarungan yang sedang terjadi di Kota Yue B.
“Para jenderal, ini adalah dua binatang buas terkuat yang pernah ditemukan negara kita hingga saat ini. Perhatikan kobaran api dan riak air yang menyelimuti tubuh mereka. Meskipun kami tidak bisa menguji suhunya secara presisi, namun dengan menggabungkan tingkat kerusakan kota serta respons berbagai materi terhadap suhu, melalui analisis, kami menyimpulkan perkiraan awal: suhu api mencapai...”
Seorang penerjemah dari Pusat Pengawasan Satelit sedang menjelaskan. Para perwira tinggi di bawah panggung tak henti-hentinya mengeluarkan decak kagum.
Persis di saat itu, terlihat di layar sang Phoenix akhirnya benar-benar murka. Selubung api di seluruh tubuhnya tiba-tiba terlepas, membentuk jaring langit di udara yang menyapu ke arah Ikan Tanduk Sapi. Seolah menyadari bahaya serangan pamungkas ini, ekor Ikan Tanduk Sapi bergerak memuntir seperti pretzel, berputar dengan rotasi dahsyat sehingga seketika berpindah ratusan meter.
Seperti jaring langit, kobaran api menyelimuti sebuah zona besar. Suhu tinggi yang mengerikan membuat semua di area ini meleleh terus-menerus layaknya es krim di bulan Juni.
Hanya dalam beberapa menit, saat api menghilang, seluruh isi zona ini telah berubah menjadi abu. Bahkan gedung puluhan lantai hanya tersisa beberapa tingkat yang masih berdiri tegak.
"Ssst..."
Setiap yang menyaksikan serentak menghirup napas tajam. Serangan ganas ini bahkan melumerkan baja dalam sekejap. Beton tak tahan suhu ekstrim, berubah menjadi serbuk. Mobil-mobil teronggok di jalan terlihat berwarna jingga-kuning dalam rekaman satelit, lalu meleleh menjadi besi cair yang mengalir ke tanah sebelum akhirnya menguap tanpa sisa.
Saat itu, balasan Ikan Tanduk Sapi dimulai. Riak air terlepas dari tubuhnya, membesar terus-menerus dan menyelimuti langit kota sambil berputar perlahan.
Pada saat ini, riak air berubah menjadi seperti galaksi yang berputar, memancarkan kilauan cahaya. Perlahan-lahan, pusatnya membentuk pusaran yang terus mengeluarkan hawa dingin. Di bawah pusaran ini, bangunan-bangunan kota mengalami suhu ekstrem yang membuat beton retak-retak. Gedung-gedung pencakar langit yang rapuh seperti patung es mulai pecah, retakan-retakan seperti kulit kura-kura muncul, mengubahnya menjadi reruntuhan es yang berhamburan.
Hanya dalam beberapa menit, tak terhitung gedung pencakar langit berubah menjadi remah-remah es yang memenuhi permukaan tanah.
Separuh kota yang besar ini tak disangka telah berubah menjadi dunia remah-remah es...
Terkejut dan tercengang... Semua orang membuka mulut lebar-lebar. Skill yang menyerupai kekuatan alam ini ternyata dihasilkan oleh dua binatang buas yang hampir menghancurkan sebagian besar Kota Yue B hanya dengan satu jurus masing-masing. Pikiran bahwa ini semua adalah hasil karya makhluk buas membuat detak jantung semua orang semakin cepat.
“Sangat mengerikan.” Zhao Haishan merasakan jari-jarinya gemetar.
Sebagai Panglima Tertinggi yang menguasai kekuatan bersenjata sangat besar, bahkan dengan pengalamannya menyaksikan senjata berdaya hancur masif, dia tetap terkejut melihat kekuatan serangan dua binatang buas ini. Yang mereka tunjukkan barusan setara dengan bom nuklir dengan yield sedang, bahkan lebih efektif dalam penghancuran dibanding senjata nuklir.
Para jenderal di bawahnya ramai berdiskusi seperti suara lebah berdengung.
Narator menjelaskan: “Berdasarkan analisis kami, skill wujud asli mereka mampu menghancurkan apapun yang masuk dalam jangkauannya. Melawan mereka, mungkin meriam elektromagnetik berat pun tak berguna. Begitu mereka muncul di garis depan, tak ada yang bisa menghentikan. Dengan daya penghancur mengerikan mereka, mengubah sebuah kota menjadi reruntuhan hanya perlu setengah jam.”
Zhao Haishan mengangguk ringan, jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan lembut: "Binatang buas seberbahaya ini sama sekali tak boleh muncul di garis pertahanan. Jika sampai terjadi, itu akan menjadi bencana."
"Saya setuju dengan pandangan Komandan."
"Komandan, saya juga berpikir demikian."
"Menurut saya mereka harus dihancurkan di wilayah pesisir."
"Mutlak dilarang membiarkan mereka mendekati garis pertahanan."
Para perwira dari berbagai tingkatan di bawah serentak mengangguk setuju. Mereka telah mencium aura bahaya yang dibawa kedua binatang buas ini.
Zhao Haishan menekankan tangannya ke bawah. Semua perwira langsung terdiam. "Pesawat tempur kita belum dilengkapi senjata elektromagnetik. Mengandalkan meriam elektromagnetik berat yang sulit dipindahkan itu tidak realistis. Sementara peluru kendali tak mempan terhadap mereka. Untuk menghadapi makhluk ini..." ujarnya dengan suara berat, "...kita harus melancarkan serangan nuklir. Hanya dengan cara itu mereka bisa dilenyapkan."
Dua binatang buas ini terlalu kuat, begitu kuat hingga membuat orang panik. Oleh karena itu, ide yang dipegang Zhao Haishan adalah memanfaatkan kesempatan saat mereka berkumpul untuk memusnahkan keduanya.
"Mengenai Kota Yue B, kita sudah tidak bisa mempedulikannya lagi. Bagaimanapun, Kota Yue B sekarang hanyalah reruntuhan. Selama kita bisa menghancurkan kedua binatang buas ini, segala pengorbanan akan sepadan." Zhao Haishan berdiri, menyapu pandangannya ke hadirin, "Ajukan skema ini lebih cepat ke Staf Umum. Mereka harus menyusun rencana eksekusi detail dalam setengah jam, lalu serahkan ke atasan."
Semua orang paham, mengambil kesempatan saat dua binatang buas sedang bertempur sengit adalah tindakan oportunistik terbaik. Jika sampai mereka berpisah, akan sangat sulit menemukan mereka kembali.
Negara saat ini, yang baru saja memasuki tahap membangun area belakang garis pertahanan besar, membutuhkan stabilitas. Keberadaan yang melampaui daya tahan manusia seperti ini harus diberantas. Persis karena memahami ancaman kedua binatang buas ini terhadap umat manusia, Staf Umum hanya membutuhkan belasan menit untuk mengonfirmasi skema eksekusi, lalu segera memindahkannya ke tangan pemimpin negara yang memegang kunci nuklir.
10 menit kemudian, di suatu tempat di area belakang garis pertahanan yang dikelilingi bukit, sebuah sumur peluncuran rahasia untuk peluru kendali perlahan membuka. Sebutir misil didorong keluar dari sumur peluncuran, kemudian setelah serangkaian verifikasi sandi, mesin dinyalakan dan lepas landas, melesat membentuk orbit di cakrawala sebelum akhirnya menghilang di atmosfer.
Kedua makhluk buas itu sama sekali tidak menyadari semua ini, masih terlibat pertempuran besar dengan luka-luka di seluruh tubuh mereka dimana darah terus mengalir deras.
Sisik pada tubuh Ikan Tanduk Sapi hampir tercabut separuh, di mana-mana berlumuran darah. Bulu Phoenix terlepas setengahnya, sebagian masih menggantung longgar di tubuhnya yang mungkin akan rontok kapan saja. Situasi pertempuran kini mencapai titik seimbang, tak satu pun mampu mengalahkan lawannya. Dapat dikatakan sejak awal, pertarungan telah mengarah pada kebuntuan dan kesetaraan kekuatan.
Mungkin menyadari ketidakmampuan saling mengalahkan, kedua binatang buas itu mulai menjaga jarak sambil tetap saling berhadapan.
Bagi makhluk buas yang telah memiliki kecerdasan tertentu, mereka paham bahwa saling menghancurkan justru akan memberi keuntungan bagi predator lain. Bagi Phoenix, invasi Ikan Tanduk Sapi harus dihadapi. Namun Ikan Tanduk Sapi sebenarnya tidak berniat menduduki wilayah ini, karena wilayah kekuasaannya terletak di Provinsi Guangxi.
Di markas komando yang terus memantau kedua makhluk itu, komandan yang bertanggung jawab atas serangan nuklir tiba-tiba menunjukkan ekspresi panik, seolah menyadari sesuatu yang mengkhawatirkan.
"Berapa lama lagi sebelum mencapai target?"
Teriakan panik, menyaksikan dua binatang buas yang hendak mundur. Semua tahu, begitu mereka meninggalkan Kota Yue B, serangan nuklir tadi akan kehilangan makna. Sebutir misil ber-yield kecil hanya mampu menyelimuti sebagian besar Kota Yue B dalam jangkauannya. Untuk area lebih jauh, kecuali menggunakan bom nuklir ber-yield besar—tapi penggunaan bom semacam itu saat ini sudah terlambat.
"Diperkirakan 47 detik lagi akan tiba di tujuan."
Jawaban ini sedikit membuat orang menarik napas lega. Mereka hanya bisa berharap kedua binatang buas itu bisa saling berhadapan 30 detik lagi.
Ekor ikan bertanduk mengibas-ngibas saat mulai berbalik perlahan. Phoenix api masih berputar-putar di langit, menyaksikan gerakan lawannya. Ia tidak menerjang—dari cara ikan itu berbalik dengan waspada, jelas bahwa sekalipun disergap, upaya itu akan sia-sia.
Di saat yang sama, hitung mundur mulai berjalan di layar markas komando.
“10，9，8，7……3，2，1，0”
Di atmosfer, sebutir peluru kendali menyembul keluar, pendorong terakhir terlepas, sementara proyektil jatuh dengan kecepatan tinggi. Di angkasa atas Kota Yue B, tiba-tiba berubah menjadi matahari kecil yang terus membesar, menyelimuti kota di bawahnya...
