Masih berharap para penguasa punya belas kasihan?
Ini sama sekali mustahil. Kelakuan tidak pantas Shao Weiguo tadi hanya karena hal absurd ini saja. Shao Weiguo yang sudah tenang kembali, bukanlah lawan yang mudah dihadapi. Bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi tiga raksasa kota tanpa taktik besi? Memang kekuatan penting, tapi sifat kejam dan tak berbelas kasih juga mutlak diperlukan.
Dibandingkan dua raksasa lainnya, Shao Weiguo masih bisa dibilang baik. Karena wilayah tanggung jawabnya adalah binatang buas. Sedangkan dua lainnya: satu menjabat sebagai komandan tertinggi sekaligus wali kota, satunya lagi penegak hukum yang mengurusi keamanan seluruh kota. Tak terhitung banyaknya nyawa yang sudah dihabisi sang penegak hukum - benar-benar sosok yang membuat gemetar.
Dibandingkan mereka berdua, Shao Weiguo memang layak disebut orang baik.
Dengan kata lain, andai Shao Weiguo bukan prajurit gen level 5, mungkin nasibnya hanya dua: jadi anak buah prajurit gen orang lain, atau dimakan sampai tulang pun tak tersisa.
Di balik kota yang tampak tenang, arus bawah tanah tetap bergolak. Seperti kata pepatah: Di mana ada manusia, di situ ada persaingan. Di mana ada persaingan, di situ ada pertarungan. Namun di era binatang buas ini, segalanya ditentukan oleh kekuatan. Intrik dan konspirasi hanyalah taktik pendukung. Menghadapi seorang prajurit gen yang kuat dengan kemampuan nyata, umumnya tak ada yang berani mengkalkulasi kekuatan lawan. Jika rencana terbongkar, selain dihantam jadi ampas oleh prajurit gen yang murka, apa lagi yang bisa dilakukan?
Meski Shao Weiguo tidak sekejam dua petinggi lainnya, bukan berarti dia lemah. Siapa yang tidak punya ambisi?
Kemampuan luar biasa untuk menguasai hidup-mati orang lain dan mengendalikan segalanya adalah godaan yang tak tertahankan. Wajar jika saat memerintah kota berpopulasi besar seperti ini, sifat mentalnya mulai merosot, terbenam dalam kesenangan duniawi.
Memandang pemuda di hadapannya yang mungkin memiliki kemampuan misterius, mata Shao Weiguo berbinar penuh ketamakan, pikirannya berputar cepat merancang strategi.
Zhou Liming tentu melihat keserakahan di mata Shao Weiguo. Ia tersenyum tipis dan berkata, "Kalau tidak ada urusan, aku pergi." Dia menarik telinga , yang segera berbalik arah. - lain pun mengikuti gerakan ini.
Shao Weiguo masih berusaha merangkul pemuda ini. Melihat Zhou Liming hendak pergi, dia segera tersenyum ramah: "Saudara, jangan terburu-buru. Barusan hanya salah paham. Haha, saat ini beternak babi memang tidak mudah. Tanpa persediaan makanan yang cukup, mustahil menghidupi mereka."
"Siapa bilang tidak bisa menghidupi?" Zhou Liming menunjuk hamparan sawah keemasan di sekelilingnya, "Lihat! Persediaan makanan di sini cukup untuk mereka makan berbulan-bulan!"
Wajah Shao Weiguo nyaris berubah pucat. Rupanya si penggembala babi ini menganggap wilayahnya sebagai peternakan babi pribadi?
Dia tertawa kering beberapa kali, berkata: "Persediaan makanan ini milik kami. Tanpa persetujuan kami, tidak boleh dimakan sembarangan. Ini menyangkut jaminan kehidupan puluhan ribu penduduk kota." Matanya berputar licik, lalu tersenyum: "Tapi kalau kau mau ikut aku, membantu merawat kawanan babi ini, bukan masalah." Dalam hati tertawa geli: "Hmm, begitu jadi orangku, kawanan babi ini pasti jadi santapan lezat!"
Zhou Liming berpura-pura kaget: "Ah, maksudmu aku jadi bawahanmu?" Mengibaskan kepala, ia tersenyum nakal: "Sepertinya kau belum memenuhi syarat jabatan untuk itu?"
Shao Weiguo menyipitkan matanya. Ia telah menyimpulkan Zhou Liming cuma orang biasa yang entah bagaimana bisa menguasai kemampuan mengendalikan ini. Terhadap kawanan itu, Shao sama sekali tidak khawatir. Sebagai prajurit gen level 5, pertahanannya mustahil ditembus . Cukup beberapa serangan skill wujud, seluruh kawanan itu bisa dihancurkan kapan saja ia mau.
Mendengar ucapan Zhou Liming, Shao Weiguo merasa kesal, suaranya menjadi dingin: "Tidak memenuhi syarat? Pemuda, lalu menurutmu siapa yang berhak?"
Zhou Liming berpura-pura merenung, lama kemudian menggelengkan kepala: "Di dunia ini, tak ada yang memenuhi syarat."
Shao Weiguo mulai menyadari, sialan, dia sedang diperdaya seperti monyet. Wajahnya berubah, berbisik: "Apa tujuanmu ke sini? Ketahuilah, ini bukan tempat untukmu berani mengacau."
Zhou Liming tetap tersenyum nakal, menunjuk kawanan babi hutan: "Tentu saja datang untuk menjual babi. Kalau tidak, buat apa ke sini?"
"Jual babi?"
Shao Weiguo merasa pikirannya tak bisa mengikuti lompatan ruang lawannya, menjual binatang buas level tiga? Sungguh gila-gilaan, bahkan dirinya sendiri pun tak berani membeli. Barang ini bukanlah sesuatu yang mudah diajak berkomunikasi, begitu mengamuk, bangunan beton bertulang pun bisa mereka hancurkan. Apakah semudah itu dipelihara?
Mungkin karena menyadari keanehan situasi di tempat ini, sebuah mobil keluar dari kota dengan tergesa-gesa menuju lokasi ini. Dari atasnya melompat turun tujuh delapan prajurit super.
Saat ini siapapun bisa melihat Zhou Liming sedang mengganggu orang-orang mereka, jelas-jelas datang untuk mengacau.
Shao Weiguo merasa agak kesal. Terhadap pemuda aneh ini, ia masih menyimpan sedikit kewaspadaan. Seseorang yang bisa mengendalikan kawanan babi buas ini, mungkinkah orang biasa? Meski di matanya, Zhou Liming terlihat sangat biasa tanpa ciri khusus, Shao Weiguo tak berani lengah. Serangan skill wujud dari 63 babi buas yang menutupi kepala ini cukup membuat siapapun menderita.
Delapan orang yang baru tiba tertegun melihat Zhou Liming duduk di punggung babi buas, terdiam takjub tak tahu harus berkata apa.
Akhirnya, seorang prajurit super muda tak bisa menahan diri. Menunjuk Zhou Liming, ia menghardik: "Apa kau ini, berani mengacau sampai ke sini?" Di matanya, babi buas cuma binatang level tiga. Di pihak mereka ada prajurit super level tiga, level empat, bahkan komandan level lima. Total lebih dari sepuluh orang. Masa takut pada sekawanan babi?
Semakin dipikir, semakin yakin akan kemenangan, sayapnya mengepakkan, langsung menyambar turun. Dia ingin membuat si angkuh ini tahu dengan pahit: tempat ini bukan peternakan babi.
Kawanan tetap diam. Di mata semua orang, Zhou Liming terlihat seperti lumpuh ketakutan, menatap kosong tanpa tahu menghindar. Sebenarnya, tak seorangpun percaya dia bisa menghindar - lawannya adalah prajurit super level tiga, sementara Zhou Liming hanyalah orang biasa... Hasilnya sudah pasti. Banyak yang membayangkan adegan Zhou Liming terpukul hingga muntah darah dan terlempar jauh dari punggung .
"Brak!" Suara kecil terdengar. Seorang sosok manusia menjerit kesakitan, terlempar dan menghantam tanah hingga terkubur dalam gumpalan tanah lembek.
Ini sesuai dengan dugaan orang-orang yang hadir di tempat itu, hanya saja peran protagonis terbalik. Semua orang tertegun melihat Zhou Liming perlahan menyimpan tinjunya, sementara yang terlempar itu justru rekan seperjuangan yang baru saja menerjang. Saat ini dia masih meronta-ronta di tanah mencoba bangkit, namun pukulan itu terlalu berat, membuatnya melolong-lolong kesakitan.
Zhou Liming menggelengkan kepala, berkata: "Terlalu lemah, terlalu lemah!"
Apa arti ungkapan 'Sudah mengambil untung masih mau pamer'? Lihatlah Zhou Liming saat ini! Melihat wajahnya yang pantas dipukul itu, semua orang menggeretakkan gigi.
Hanya Shao Weiguo yang wajahnya berubah. Seberapa kuat sebenarnya orang yang bisa mengalahkan prajurit super tingkat tiga hanya dengan tangan kosong? Dia tak bisa menebak, mengapa ini terjadi? Apakah prajurit super tingkat tiga di bawahnya hanyalah boneka kertas yang bisa dibentuk semaunya?
Sebelum Shao Weiguo sempat bereaksi, suara teriakan mengerikan bergema. Tujuh delapan prajurit super berubah wujud, menerjang ke arah Zhou Liming.
Dentuman beruntun terdengar. Hanya dalam hitungan menit, mata Shao Weiguo hampir melotot keluar. Ia menyaksikan Zhou Liming menepuk tangan, lalu kembali ke belakang sambil menggeleng-gelengkan kepala memberi komando. Dengan santai, Zhou Liming meninggalkan area pengawasan Shao Weiguo.
Di tanah, tujuh delapan prajurit super level tiga dan empat terbaring babak belur. Wajah mereka babak belur mengeluarkan rintihan sakit.
Kelopak mata Shao Weiguo berkedut tak terkendali. Mustahil baginya membayangkan bagaimana caranya lawan melakukannya. Meski Shao Weiguo sendiri bisa melakukan hal serupa, tapi tak mungkin secepat dan sesantai itu - apalagi dalam kondisi normal! Namun nyatanya lawan berhasil dengan mudah, bahkan pergi begitu saja usai menghajar anak buahnya di depan matanya sendiri.
“Sungguh orang aneh.”
Shao Weiguo yang terkagum-kagum memandang Zhou Liming yang semakin menjauh, bahkan tidak muncul niat untuk mengejar. Di hatinya, Zhou Liming kini menjadi sosok yang misterius dan sulit dipahami.
Keanehan ini tetap menimbulkan sedikit sensasi di kota. Meskipun Shao Weiguo telah mengeluarkan perintah kerahasiaan, percuma karena terlalu banyak saksi mata. Untuk sementara, semua orang sulit mempercayai adanya orang yang bisa mengendalikan binatang buas. Namun gelar "Pegawai Babi" Zhou Liming mulai terkenal di kota, menjadi objik diskusi masyarakat.
Shao Weiguo yang menahan amarah di perut, hampir merasa seluruh penduduk kota sedang mengejek dirinya.
Hanya Shao Weiguo yang memahami, pemuda ini terlalu mengerikan. Bukan karena dia punya taktik khusus, melainkan aura intimidatif yang memaksa binatang-binatang buas itu tunduk. Orang yang bisa menaklukkan binatang buas, mungkin-kah dia orang biasa? Mengejek... Sial, kau yang mumpuni coba hadapi dia! Cuma dengan senyuman tipisnya, kau akan merasakan tekanan seberat gunung.
Tentu saja, Shao Weiguo tidak memberitahu siapa pun. Hal ini terlalu rumit, seperti ingin melampiaskan amarah tapi tak menemukan sasaran.
Namun pagi berikutnya, saat Shao Weiguo masih tertidur, seorang anak buahnya berlari panik masuk sambil berteriak: "Kom...Komandan, penjual babi itu datang lagi!"
Shao Weiguo yang masih setengah sadar mengaum: "Sialan penjual babi itu!"
Dia sedang berpikir, sekarang masih ada yang jual babi? Tapi sesaat kemudian, dia tiba-tiba tersadar, langsung mencengkeram kerah baju anak buah ini sambil melotot dan meneriakkan: "Yang jual babi kemarin itu?"
Anak buah itu cepat-cepat mengangguk, berkata: "Benar, itu petugas babinya."
"Sial! Dia sungguh menganggap tempat ini jadi peternakan babi?" Shao Weiguo yang kesal menggigit giginya. Dia memutuskan hari ini harus membuatnya tahu mengapa bunga begitu merah. Bagaimanapun kemarin menyerah tanpa perlawanan, sekarang dirinya hampir jadi bahan tertawaan semua orang dalam semalam.
