Punggungnya mulai ditumbuhi lapisan sisik, otot-otot menegang kencang. Tubuh yang telah berubah menjadi energi hampir tak membutuhkan waktu untuk menyelesaikan taktik pertahanan terkuat. Sisik-sisik yang muncul tetap berwarna hijau pekat, namun di tepi-tepi sisiknya berkilauan kilauan samar bagai aliran air.
Hampir bersamaan dengan selesainya rangkaian gerakan Zhou Liming, peluru meriam yang menderu itu menghantam punggungnya dengan keras.
Meski sedang menggendong kecantikan, tubuh ringannya yang memesona, tapi Zhou Liming sama sekali tak sempat memikirkan ini semua. Dari mata nyaris melotot dan wajahnya yang terdistorsi, jelas terlihat bahwa meski sedang menggendong peri sekalipun, pikirannya sama sekali tak tertuju padanya.
“Ah…”
Zhou Liming menjerit kesakitan, rasa perih membakar di punggungnya membuatnya merasa pilu: "Sialan, kena lagi, dasar meriam elektromagnetik menyebalkan! Dasar brengsek sebelah!" Perasaan dilema Zhou Liming bisa dibayangkan. Padahal dengan kecepatannya, seharusnya dia tak perlu takut pada barang ini - tinggal menepuk pantat dan pergi. Tapi Lian Ruixue bukanlah dirinya. Sebagai prajurit super tingkat lima, Lian Ruixue hanyalah ampas di hadapan meriam elektromagnetik.
"Siapa sialan yang menyuruh kelompok gila di bawah ini sembarangan menembak?!"
Zhou Liming yang kena tembakan itu sudah bersiap mati sambil menggendong sang kecantikan. Tapi kejutan datang saat dia hanya merasakan sakit terkoyak di punggung, bukan terbelah dua seperti bayangan putus asanya tadi. Pada detik ini, semangat Zhou Liming meluap tak terucapkan: "Lihatlah, sialan! Bahkan meriam elektromagnetik cuma sampah belaka!"
Tapi sepertinya belum selesai, meriam elektromagnetik di garis pertahanan bukan hanya satu unit. Puluhan meriam elektromagnetik cukup untuk membentuk jaring-jaring langit di udara.
Peluru meriam yang menderu melesat ke langit dengan kecepatan mengejutkan. Dari tatapan Zhou Liming, terlihat beberapa batang meriam elektromagnetik besar yang belum ditembakkan sedang dalam proses penyetelan. Rupanya yang mengenai dirinya tadi hanyalah meriam elektromagnetik kaliber biasa, bukan varian berat.
"Sialan, Tidak boleh main-main seperti ini!" Kekuatan meriam elektromagnetik berat sudah pernah Zhou Liming rasakan sendiri - nyaris membuatnya tak berdaya. Kini melihat senjata itu lagi, jiwa-jiwanya nyaris tercerai-berai. Tanpa berpikir panjang, tangannya semakin erat menggenggam Lian Ruixue sementara frekuensi kepakan sayapnya tiba-tiba mencapai ambang maksimal, membuat mereka seolah menghilang dari titik awal.
Meriam elektromagnetik berat yang terus mengunci Zhou Liming tetap mengeluarkan amarahnya. Dengan akselerasi penuh, peluru meriam menderu keluar laras, dalam sekejap mata sudah menyusul Zhou Liming.
Bayang-bayang kematian yang menyelimuti membuat seluruh tubuh Zhou Liming gemetar. Otot-ototnya menegang, hampir meremukkan giginya. Energi di seluruh tubuhnya seolah meledak pada detik ini. Sisik-sisik di tubuhnya bermunculan, setiap helai secara misterius berubah menjadi kilauan putih salju, lalu berubah menjadi lapisan cahaya putih samar yang melapisi sisik tersebut.
"Brak!" Suara ledakan dahsyat mengguncang. Peluru bermuatan energi kinetik mengerikan itu dengan keras menabrak punggung Zhou Liming.
Seketika, Zhou Liming merasa dirinya seolah bukan miliknya sendiri. Bahkan dia seakan mendengar suara tulang-tulangnya remuk. Sakit menusuk itu langsung membuat kepalanya kebas, seluruh kesadarannya terjerumus dalam kekosongan. Organ-organ dalamnya seperti diaduk-aduk hingga hancur berkeping. Satu-satunya niat yang muncul adalah keyakinan bahwa tubuhnya pasti terpotong menjadi dua, mati dalam keadaan yang menyedihkan.
Kecepatan Zhou Liming yang sudah mengagetkan sebelumnya, menjadi semakin mengerikan setelah terkena tembakan. Dia bagaikan lenyap di udara.
Semua ini terjadi terlalu cepat, secepat kilat. Baru sekarang Lian Ruixue tersadar. Sebagai gadis, menghadapi perubahan tak terduga ini, dia secara naluriah menjerit kencang. Masih dipeluk erat oleh Zhou Liming yang terbang bersamanya, tiba-tiba dia merasakan tangan Zhou Liming tak lagi kuat menggenggam, lalu mereka berpisah...
Zhou Liming bagai meteor yang menghantam dengan keras ke sebuah bukit, langsung terbenam ke dalam tubuh gunung.
Lian Ruixue juga terhempas ke dalam bukit. Tanpa peduli duri-duri yang mengelilinginya, dia meronta bangkit lalu membentangkan sayapnya, panik mencari ke segala arah. Lehernya terasa tersumbat. Serangan meriam elektromagnetik tadi—dia tahu andai bukan Zhou Liming, mungkin jasadnya sudah hancur. Prajurit super tingkat lima sekalipun takkan bisa menahan tembakan meriam elektromagnetik paling standar.
"Zhou Liming! Zhou Liming! Di mana kau? Keluarlah! Di mana kau?!"
Teriakan Lian Ruixue yang disertai tangisan terus bergema di tengah hujan deras malam itu. Dia berusaha sekuat tenaga mencari, namun visibilitas yang buruk di bawah hujan lebat dan lokasi pegunungan terpencil ini membuat pencarian mustahil. Tapi Lian Ruixue sama sekali tak peduli. Dia harus menemukannya.
“Kau keluar! Bukannya kau bilang suka padaku, keluar sekarang juga……” Lian Ruixue pertama kali merobek tampilan luarnya yang membeku, di wajahnya tak ada yang bisa membedakan apakah itu air hujan atau air mata.
Saat ini Lian Ruixue merasakan keputusasaan. Tertembak meriam elektromagnetik berat - senjata manusia terkuat saat ini - dia sangat paham daya penghancurnya. Mustahil ada makhluk, bahkan dewa sekalipun, yang bisa bertahan dari serangan itu. Baru... baru saja Zhou Liming kena tembak meriam elektromagnetik. Dia... dia... Tiba-tiba Lian Ruixue tidak memiliki keberanian untuk melanjutkan pikiran.
Dalam kegelapan malam, Lian Ruixue terpaku berdiri di bukit, membiarkan hujan terus-menerus mengguyur tubuhnya bagai sosok yang kehilangan jiwa.
“Seandainya aku tidak mengekangnya, tentu dia tidak akan kenapa-kenapa.”
Lian Ruixue tiba-tiba menyadari, bajingan ini ternyata tanpa sadar telah menguasai hatinya. Bahkan Lian Ruixue sendiri tidak tahu, mengapa hubungan mereka yang hampir tidak ada interaksi bisa berubah seperti ini. Mungkinkah karena dirinya juga berambisi untuk mendapat perhatian orang lain? Bukankah dulu dirinya pernah tersegel dari siapapun?
Hujan deras masih terus turun. Lian Ruixue tiba-tiba merasa kesepian yang amat sangat. Dinginnya batin membuatnya tanpa sadar berjongkok sambil memeluk dada, lalu menangis histeris tanpa bisa dikendalikan.
"Menangis untuk apa? Ini bukan gaya khasmu!"
Suara parau dari belakang membuat Lian Ruixue melompat kaget bagai kelinci ketakutan, lalu berteriak gembira: "Kau... kau tidak mati?"
"Bangsat, jadi kau berharap aku mati?" Zhou Liming kesal, berkata dengan kesal: "Seandainya tahu kau tidak punya hati nurani, buat apa aku mengorbankan diri jadi pahlawan?" Kali ini bisa selamat, Zhou Liming tahu pasti karena tubuhnya telah berubah menjadi energi. Energi yang meledak saat kritis memperkuat daya tahan sisik. Tapi meriam elektromagnetik berat terlalu ganas, tetap saja merobek sebagian besar sisik di punggungku secara paksa.
Dengan susah payah Zhou Liming meronta keluar dari tubuh gunung, seluruh badannya berlumpur. Untung hujan deras, segera membersihkannya.
Lian Ruixue seperti gadis kecil yang ketakutan, mengibaskan tangan panik: "Tidak, bukan begitu!"
Zhou Liming saat ini merasakan sakit punggung yang nyaris mematikan, menahan sakit sambil bercanda: "Kalau bukan begitu, berarti kau berharap aku tidak mati? Haha, aku tahu pasti kau peduli padaku. Sepertinya sebelumnya ada yang bilang suka atau semacamnya?"
Lian Ruixue kesal, membuka mulutnya, namun akhirnya mendengus dingin.
Zhou Liming melangkah beberapa langkah ke depan, tiba-tiba tersandung. "Aduh!" teriaknya hampir terjatuh. Lian Ruixue menyambar cepat ke depannya, menopang tubuh Zhou Liming sambil bertanya khawatir: "Kau bagaimana?" Zhou Liming mengerang "Ssst!" Tersandung kali ini benar-benar bukan disengaja, keseleo di punggungnya hampir membuatnya kehilangan kesadaran. "Baru sekarang kau tanya keadaanku? Aaah, sakit sekali! Meriam elektromagnetik ini memang sengaja membalas dendam padaku?"
Wajah Lian Ruixue memerah, namun Zhou Liming malah tertawa nyaring: "Tanganmu benar-benar lembut."
“Matilah kau!” Lian Ruixue marah besar, melepas tangannya dengan kasar. Di luar perkiraan, Zhou Liming langsung terjatuh seperti anjing makan tai. Ia melototi Lian Ruixue, “Kau ingin membunuh suamimu sendiri?” Rasa sakit menusuk membuat matanya terbalik putih. Meski tidak separah sebelumnya, Zhou Liming merasa lukanya pasti cukup serius.
Lian Ruixue baru menyadari Zhou Liming terkena tembakan meriam elektromagnetik berat. Dengan panik ia menopang Zhou Liming, sepenuhnya menganggap ini sebagai balas budi atas nyawanya yang diselamatkan.
Setelah memeriksa luka di punggung Zhou Liming, Lian Ruixue merasa dadanya membeku. Seluruh punggungnya hampir hancur berantakan, daging dan darah menyatu. Dengan nada marah ia berkata, “Kau nekat mati? Luka seberat ini masih berpikir untuk... untuk... menggangguku...” Ia tak bisa melanjutkan, lalu gugup berkata: “Cepat cari tempat berteduh! Terus kehujanan begini bisa bermasalah.”
Zhou Liming bergumam pelan, "Luka kali ini tidak separah sebelumnya." Tapi melihat ekspresi khawatir Lian Ruixue, dia justru merasa senang. Menahan sakit, dia melambaikan tangan memanggilnya.
Alis Lian Ruixue berkerut, "Apa rencanamu?"
"Rencana apa? Tentu saja menggendongku!" Dia menggelengkan kepala, "Katanya tidak boleh kehujanan, lukaku parah begini, harus melangkah ke mana?"
Wajah Lian Ruixue kembali membeku. Sejak dewasa, belum pernah dia bersentuhan dengan pria seperti ini—tadi sudah batas kesabarannya. Tapi Zhou Liming cuek dengan ekspresi dinginnya, malah melototi sambil ceplas-ceplos, "Gini caramu membalas budi penyelamat?" Tingkahnya sama sekali tak seperti orang terluka parah.
Lian Ruixue mengatupkan gigi, berjalan ke depan Zhou Liming lalu berjongkok perlahan. Zhou Liming tak sungkan meletakkan tangan di bahunya, "Xue'er, tanganmu harus menopang pantatku, kalau tidak bagaimana kau bisa mengangkatku?" Lian Ruixue mengumpat dalam hati, terpaksa mengangkatnya dengan geram sambil mencari gua di antara bukit.
Meski terhalang kain basah, Zhou Liming merasakan kehalusan yang terpancar dari dada Lian Ruixue. Tubuh mereka yang basah menempel erat bagai kulit saling bergesek. Perasaan aneh yang belum pernah dialaminya ini memicu hormonnya meledak. Tanpa kendali, "senjata"-nya mengeras dan menusuk tajam ke alur pantat indah sang gadis.
Bayangkan, celana ketat dengan bahan berkilauan yang basah kuyup. Saat bergerak, gesekan naik turun menciptakan sensasi kesemutan yang membuat Zhou Liming hampir crash.
Merasakan benda keras menekan pantatnya, Lian Ruixue ingin mati. Dia ingin langsung menjambak bajingan di punggungnya dan memukuli habis-habisan. Sadar akan makna benda itu, batinnya kacau. Tak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, panas menyala semakin menyebar ke seluruh tubuhnya...
