"Akhirnya memutuskan?"
Tang Rui memandang sekeliling. Di bawah rintik hujan yang samar, ada rasa enggan melepaskan tempat yang telah dihuni selama lebih dari setahun ini. Sebenarnya meninggalkan sini, Tang Rui tahu, mengandung terlalu banyak masalah. Ia teringat pada Xiao Yanse, serigala liar yang terus bersembunyi, selalu ingin menggigit Wang Ruijin. Mungkin lebih baik pergi, pindah ke tempat yang lebih luas, konflik-konflik lama ini akan terselesaikan dengan sendirinya.
Wang Ruijin justru bersikap santai, "Bukankah mereka terus ribut ingin keluar? Bukankah mereka bilang sudah bosan hidup seperti orang primitif ini? Sekarang kuberi mereka kesempatan."
Bersusah payah menyatukan seluruh tempat tinggal, berapa banyak hasil keringat yang dihabiskan. Tapi semakin tak pasti, justru muncul situasi perpecahan yang membuat Wang Ruijin merasa sangat sakit hati. Ratusan orang kecil saja sudah ada perselisihan kekuasaan, apalagi permukiman yang lebih besar? Tiba-tiba Wang Ruijin timbul niat untuk melepaskan segalanya.
Sejak awal dia memang bukan tipe orang yang bernafsu besar terhadap kekuasaan, secara alami memandang semua ini dengan dingin.
Segala persiapan Xiao Yanse sudah selesai, tinggal menunggu waktu terbaik. Tapi keputusan Wang Ruijin ini seketika mengacaukan segalanya, membuatnya merasa seperti tak punya pijakan. Selama ini dia terus bergolak ingin keluar menjalani kehidupan lebih baik, sebenarnya hanya ingin merebut kekuasaan Wang Ruijin. Tapi ketika benar-benar harus pergi, malah mulai ragu-ragu.
Dunia luar penuh bahaya, manusia dan binatang buas sama-sama pisau pembunuh yang tak berdarah.
Tapi sekarang Xiao Yanse sudah tak bisa menghentikannya lagi, hanya bisa memandangi seluruh permukiman yang sedang sibuk membungkus barang bawaan mereka yang sangat minim. Beberapa bahkan tak punya bagasi, hanya membawa jatah makanan. Fakta bahwa tempat ini kekurangan persediaan pangan memang tak terbantahkan, hanya saja krisis itu belum benar-benar tiba. Langkah ini justru berhasil menetralisir semua masalah.
Wang Ruijin dan Tang Rui sebenarnya sudah lama merundingkan jalan keluar. Banyak permukiman kecil seperti ini yang terjebak tak bisa bergerak. Di tengah kekacauan ini, bergabung dengan kekuatan yang mapan adalah pilihan terbaik. Di era binatang buas, seekor monster biasa saja bisa menghancurkan permukiman sekecil ini, apalagi saat kita berada di dalam zona pendudukan mereka yang dipenuhi makhluk-makhluk itu di setiap sudut.
Jika bisa memilih, siapa yang tak ingin negara datang menyelamatkan? Siapa yang tak ingin mengungsi ke area belakang garis pertahanan untuk hidup tenang?
Dari keputusan hingga keberangkatan, hanya butuh dua hari. Ratusan orang diam-diam membawa bagasi sederhana, lalu berjalan menyusuri pedalaman hutan. Tak seorang pun berani bersuara. Mereka yang pernah menyaksikan binatang buas dalam setengah tahun terakhir, paham betul betapa mengerikannya makhluk itu. Orang biasa sama sekali tidak punya kemampuan untuk melawan.
Karena kurang memahami situasi di luar, Wang Ruijin memilih dengan sangat hati-hati. Pertama-tama memilih rute barat terlebih dahulu. Di sebelah barat terdapat sebuah kota kecil yang dihuni manusia-binatang. Mereka bisa pergi ke sana terlebih dahulu, setelah memahami situasi dengan baik, baru memutuskan apakah akan menetap atau berbelok ke timur. Konon di timur masih ada permukiman yang lebih besar.
Berjalan 30-40 kilometer di pedalaman hutan bukanlah perkara mudah.
Setiap jengkal bukit dipenuhi duri, di bawah semak rumput liar terjalin sulur tumbuhan. Antara gunung yang satu dengan lainnya, bahkan tak ada setapak jalan setapak pun. Sepanjang perjalanan harus terus-menerus menebas jalan. Ratusan orang yang sudah lambat ini, dengan segala rintangan tersebut, mustahil bisa mempercepat langkah. Setelah lebih dari setengah hari, mereka baru berhasil melewati tiga bukit. Kecepatannya sungguh memprihatinkan.
Kecepatan sebenarnya bisa lebih cepat, namun mempertimbangkan ancaman binatang buas, mereka tak berani membuat suara berisik. Dengan bersembunyi dan merayap, dalam sehari mereka cuma bisa menempuh 10 kilometer.
Menjelang bulan Februari, hujan deras akhirnya mereda, meski masih sering turun hujan besar diselingi gerimis. Area perbukitan becek, berjalan di rerumputan liar sangat riskan terpeleset. Ratusan orang tersandung-sandung selama tiga hari di pegunungan sebelum akhirnya berhasil keluar dari jalur hutan dan muncul di sebuah jalan raya.
Tiba di tempat ini, hujan deras tiba-tiba mengguyur. Jarak pandang menjadi sangat terbatas.
Bagi mereka yang butuh tiga hari untuk keluar, ini justru hujan yang tepat waktu. Di area terbuka seperti ini, ancaman terbesar adalah bertemu binatang buas. Dengan derasnya hujan sekarang, suara rintik dan guyuran air cukup untuk mengaburkan suara dan jejak ratusan orang. Wang Ruijin memanfaatkan momentum ini untuk mengerahkan semua orang mempercepat langkah.
Di antara ratusan orang, semuanya adalah pria perkasa dewasa, tak ada istilah beban. Mereka semua berlarian menyusuri jalan raya.
Saat tiba di kota kecil, terlihat di tengah hujan deras, kota itu sama sibuknya. Orang-orang dengan tas di punggung berduyun menuju timur laut. Mereka terorganisir rapi tanpa kekacauan. Beberapa yang melihat rombongan belakang ini terkagum-kagum, hanya menyaksikan seorang prajurit super melesat dari balik rintik hujan, menghadang di depan Wang Ruijin sambil menghardik: "Kalian dari mana?"
"Komandan Chen, apakah itu kau?" seru Wang Ruijin gembira. Mereka pernah beberapa kali berpapasan walau tak akrab, mengingat dia manusia-binatang.
Chen Zhi tertegun sejenak, mengamati Wang Ruijin yang basah kuyup. "Kau..." gumamnya samar, lalu tiba-tiba tersadar: "Oh, kau Wang Ruijin yang itu." Melihat dirinya masih diingat, Wang Ruijin seketika sumringah: "Ya, aku Wang Ruijin."
Sebenarnya tidak ada ikatan khusus antara Wang Ruijin dan Chen Zhi. Melihat rombongan di belakangnya yang basah kuyup seperti ayam terguyur hujan, masing-masing membawa bagasi sederhana, Chen Zhi bertanya: "Apa tujuan kalian ke sini?" Dia sama sekali tidak mengira mereka datang untuk membuat masalah. Siapa yang akan membawa bagasi untuk berbuat onar? Dari rombongan itu bahkan tidak ada satu pun prajurit super. Berbuat onar di sini sama saja dengan bunuh diri.
Wang Ruijin tidak berani menyembunyikan maksudnya, mengingat mereka sedang membutuhkan bantuan. "Tentu saja kami datang untuk bergabung dengan regu Komandan Chen. Komandan pasti tahu kondisi daerah kami. Kehidupan sekarang sangat sulit. Semua orang ingin keluar melihat dunia, merasa terkekang terus tinggal di pegunungan."
Chen Zhi dengan kasar menggelengkan kepala. "Menurutku, lebih baik kalian pulang lewat jalan yang sama. Kami pun sedang bersiap meninggalkan tempat ini." Dia menunjuk ke arah regu yang mulai menjauh dalam rintik hujan. "Sebenarnya kami sudah mempersiapkan keberangkatan sejak dua tiga hari lalu. Tapi terus tertunda karena menunggu hujan deras sebagai perlindungan, baru bisa berangkat sekarang."
Wang Ruijin terkejut, sebenarnya dia sudah lama menyadarinya, tapi mendengar jawaban pasti tetap membuatnya mustahil menerima, "Mengapa?"
Dalam pandangan Wang Ruijin, seluruh kota kecil ini memiliki beberapa manusia-binatang yang cukup untuk melindungi dari serangan binatang buas. Lagipula, tanah di sini sudah selesai dibuka, tidak perlu ditinggalkan lalu mencari lahan baru lagi. Selain itu, ini adalah zona yang dikuasai binatang buas, ke mana pun pasti ada keberadaan mereka. Bukan berarti pindah lokasi lalu jadi aman.
Chen Zhi menunjuk ke atas, "Ini perintah Bos Besar, takkan bisa siapa pun ubah." Dia tampak bingung, "Semua tempat tinggal di sekitar Kota Xi Yang sudah diberi tahu, kok kabarmu tidak sampai?" Wang Ruijin semakin kaget, "Apa? Apakah kalian semua akan berpindah ke Kota Xi Yang?"
Chen Zhi melihat ratusan orang mereka yang dengan susah payah sampai di sini, setelah berpikir sejenak akhirnya berkata: "Kau harus tahu, kekuatan terbesar di wilayah ini adalah Kota Xi Yang. Wajar jika mereka ingin mengintegrasikan semua yang bertahan. Kabarnya gelombang ketujuh binatang buas akan mendarat. Dengan kekuatan kami, mustahil melawan. Jumlah personel menentukan kekuatan, mungkin masih ada kemungkinan untuk bertahan hidup."
Dia tidak banyak bicara, hanya diam-diam menunjuk ke depan lalu berbalik dan menghilang dalam hujan deras, mengejar regu yang telah menjauh.
Tang Rui dan Wang Lei mendekat. Melihat wajah Wang Ruijin yang muram, mereka bertanya: "Om, ada apa?" Mereka juga melihat seluruh penduduk kota kecil ini telah pergi, tapi karena pihak lawan memiliki beberapa manusia-binatang plus status mereka sebagai pendatang baru, secara alami harus merendahkan diri sehingga tidak berani mengejar untuk bertanya.
"Mereka pergi." Wang Ruijin sejenak merasakan kebingungan.
Wang Lei dan rekannya terlihat kaget. Wang Ruijin sama sekali tidak menyembunyikan apapun, menceritakan secara detail perkataan Chen Zhi yang baru saja disampaikan, lalu bertanya: "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Wang Ruijin memang bukan tipe orang yang tegas, hal ini bisa dilihat dari serangkaian kebijakan pengelolaan di tempat tinggal mereka.
Tang Rui berkata hati-hati: "Bagaimana kalau kita menetap di kota kecil ini saja?"
Wang Ruijin menggelengkan kepala dan berkata: "Tidak bisa. Kita tidak punya kekuatan cukup untuk melawan binatang buas. Bentuk lahan di sini terlalu terbuka, mereka akan mudah menemukan kita."
Karakter Wang Lei yang santai dan ceplas-ceplos muncul: "Dibandingkan mereka, kita bukan apa-apa. Kalau mereka sudah memilih seperti ini, mengapa kita tidak bisa? Bukankah Komandan Chen tadi sudah bilang? Kota Xi Yang sedang menyatukan semua permukiman di sekitar. Ini cukup membuktikan status kota tersebut. Justru sekarang pergi kesana akan lebih aman bagi kita."
Tang Rui dan Wang Ruijin juga tertegun. Logika sederhana ini sebenarnya mereka pahami, hanya saja secara tidak sadar mengabaikannya. Setelah Wang Lei mengungkapkan hal ini, keduanya tersadar dan saling bertatapan. "Tak ada waktu untuk ditunda, kita harus segera menyusul mereka. Dengan bergabung bersama rombongan mereka, keamanan kita akan lebih terjamin," putus mereka seketika.
Setelah berdiskusi singkat dengan yang lain, tak ada yang ingin kembali ke gua atau tinggal di kota kecil tanpa perlindungan ini. Secara alami, semua menyetujui keputusan Wang Ruijin.
Hujan deras masih mengguyur. Chen Zhi yang bertanggung jawab di barisan belakang tak banyak berkomentar menyikapi ratusan orang dari rombongan Wang Ruijin yang menyusul dari belakang. Jarak ke Kota Xi Yang sebenarnya tidak terlalu jauh, dengan jalan raya langsung yang bisa ditempuh. Di tengah cuaca buruk ini, binatang buas sulit mendeteksi pergerakan rombongan. Satu-satunya kekhawatiran adalah kemungkinan adanya binatang buas yang kebetulan sedang berada di jalan raya.
Hasilnya relatif baik. Sepanjang perjalanan hanya sesekali bertemu beberapa binatang buas tingkat rendah yang mudah ditangani oleh Chen Zhi dan pasukannya. Semua gangguan berhasil diselesaikan tanpa kesulitan berarti.
Hujan terus turun selama empat sampai lima jam. Anak sungai dan aliran air semuanya meluap deras, banjir bandang terbentuk di antara perbukitan, lahan pertanian yang luas ikut tenggelam. Hujan badai ini sangat dahsyat, kemungkinan merupakan hujan terakhir di musim penghujan. Memasuki bulan Februari, curah hujan akan berkurang, cuaca mulai menghangat, menandai datangnya musim panas kembali.
Mereka yang basah kuyup seperti ayam, berjalan selama 4-5 jam dalam hujan deras ditambah hawa dingin yang menusuk. Dengan bibir yang mulai membiru keunguan, mereka menggerakkan tubuh sambil memandang Kota Xi Yang yang muncul di garis cakrawala dataran terbuka. Akhirnya mereka tiba di sini dengan selamat meski penuh risiko.
