Area Barat.
Sepanjang beberapa kilometer jalan raya bagaikan pasar sayur, lautan kepala manusia berdesakan, kerumunan berkelompok berhimpun meski tanpa komoditas berharga, namun terus-menerus menawar seolah-olah ada transaksi!
Zhou Liming mulai tertarik. Situasi seperti ini tak pernah ia jumpai di Kota Xi Yang. Ia menyusup ke kerumunan. Di sisi jalan raya, terlihat beberapa tenda didirikan dengan kertas bertuliskan spanduk ajakan: "Mencari orang sevisi untuk bersama-sama menuju Kota Gan A".
"Hehe, kalau punya ambisi bersama dalam pembunuhan dan pembakaran, apa masih bisa disebut sevisi?" Pikiran jahat mengusik Zhou Liming.
Kaum muda kuat telah berangkat 1-2 hari sebelumnya. Yang tersisa di jalan raya kini umumnya kelompok rentan yang baru tiba. Jika ada pria berusia produktif muncul, langsung jadi rebutan tim. Tak peduli sekadar pamer gaya atau benar-benar tangguh, kehadiran pria perkasa tetap menjadi faktor gentar. "Bagaimana kalian tahu dia berlagak keras tapi hampa tanpa mencobanya dulu?"
Selain pria dalam masa kejayaan yang paling populer, ada juga jenis orang lain yang cukup diminati, yaitu mereka yang menyeret anak-anak.
Tak ada yang ingin rekan seperjalanan punya pikiran nakal. Keluarga yang membawa anak-anak seperti ini secara alami memberi kesan jujur dan berbakti. Orang macam ini pasti tak punya niat jahat. Bergabung dengan mereka, setidaknya tak perlu khawatir ditikam dari belakang, bisa tidur nyenyak di malam hari dengan tenang.
Beragam jenis tim, beberapa sangat kecil - baru belasan orang sudah berangkat. Mereka adalah orang-orang yang takut dikejar binatang buas. Menurut mereka, lebih cepat berangkat ke area belakang garis pertahanan pasti lebih aman daripada diam di sini. Lagipula yang berangkat awal pasti dapat alokasi lebih ideal. Kalau terlambat, siapa tahu dapatnya cuma gubuk jerami?
Tim seperti ini hanya bisa disebut mikro.
Tim kecil berjumlah sekitar puluhan orang. Tim menengah umumnya di atas seratus orang. Untuk tim besar sulit dipastikan - mungkin dua tiga ratus orang, bisa juga lebih.
"Jumlah pelarian tidak terlalu sedikit. Pembentukan tim ratusan orang, ditambah proses penyaringan personel, bisa diselesaikan dalam satu dua hari, lalu bergerak maju ke Kota Gan A."
"Sebenarnya alasan utama pembentukan tim adalah karena pasukan besar sudah pergi, menyisakan orang yang tidak banyak. Perjalanan hampir setengah bulan pasti menimbulkan fenomena keterpisahan, mengingat konstitusi fisik tiap orang berbeda. Daya tahan memengaruhi kecepatan mereka. Dalam situasi ini, hanya dengan membentuk tim kemungkinan bertahan hidup akan jauh lebih tinggi."
"Zhou Liming tidak tertarik dengan pembentukan kelompok operasi. Dirinya cuma ingin mengalami keributan ini, jadi tidak seperti orang lain yang mencari tim, melainkan berjalan mantap sendirian di jalan raya."
"Hei Bung, mau bergabung dengan kelompok kami?"
Suara yang muncul tiba-tiba membuat Zhou Liming berhenti. Di depan tenda sebelah, seorang pria paruh baya berdiri bersama istri dan putrinya dengan beberapa bagasi di sampingnya. Dari ekspresi mereka, tampaknya mereka sudah berada di tempat ini cukup lama. Beberapa keluarga lain juga terlihat di sekitarnya, kemungkinan adalah kelompok yang bergabung bersama pria tersebut.
Zhou Liming secara refleks menggelengkan kepala. Wajah pria paruh baya itu menunjukkan sedikit kekecewaan saat berkata: "Jalanan sangat berbahaya, jaga diri baik-baik."
Postur tubuh Zhou Liming memang terlihat kekar. Meski tinggi badannya tidak bisa dibandingkan dengan orang-orang dari utara, di wilayah selatan ini sudah termasuk jangkung. Modifikasi gen binatang buas membuat otot-ototnya berkembang tidak wajar. Meski tertutup pakaian, kesan kuat tetap terpancar dari sosoknya.
Awalnya Zhou Liming tidak berniat bergabung dengan kelompok mana pun. Namun ucapan terakhir pria itu justru mengubah keputusannya. Ia berhenti sejenak, menyapu pandangannya ke seluruh komposisi tim. Semuanya terdiri dari keluarga dengan anggota tua dan anak-anak - benar-benar formasi yang terlihat rentan.
“Berdasarkan ucapanmu ini, kupikir kau masih bisa dipercaya.”
Kalimat Zhou Liming langsung mengubah ekspresi kecewa pria paruh baya itu menjadi girang, “Terima kasih! Saya Lan Hualiang. Ini istri dan putri saya.”
“Zhou Liming. Kapan kita berangkat?”
Lan Hualiang menatap anggota kelompok yang telah terkumpul—sudah lebih dari tiga puluh orang, dengan hampir sepuluh di antaranya berfisik kuat. Meski mustahil menghadapi binatang buas, setidaknya cukup untuk mengatasi bahaya dari manusia. Lagipula sekarang kebanyakan orang sudah bergabung dengan tim, tidak mudah mencari anggota baru.
Keluarga mereka sudah dua hari berada di tempat ini. Terlalu lama berdiam, saatnya memulai perjalanan terakhir.
Lan Hualiang berpikir sejenak, “Kita akan segera berangkat. Tolong tunggu sebentar.” Ia meminta Zhou Liming menunggu lalu berunding dengan orang lain tentang persiapan keberangkatan.
Istri Lan Hualiang mengenakan topi dengan beberapa garis hitam di wajahnya yang terlihat agak jelek. Dari postur tubuhnya, putrinya diperkirakan berusia sekitar delapan belas/sembilan belas tahun. Dia juga memakai topi dan memeluk syal yang menutupi sebagian besar wajahnya, hanya menyisakan sepasang mata besar. Gadis itu mengenakan jas hujan tebal bahkan rambutnya pun tersembunyi di dalam topi.
Merasa Zhou Liming menatapnya, kedua matanya berkedip nakal. Meskipun bersikap lincah, seluruh tubuhnya tetap tak bergerak di samping sang ibu.
Zhou Liming tersenyum tipis padanya sebelum mengalihkan pandangan. Sejujurnya, penyamaran istri Lan Hualiang terlihat kurang meyakinkan. Pengalaman Zhou Liming mempelajari pengetahuan terkait penyamaran selama di X membuatnya langsung menangkap kejanggalan ini. Namun hal ini bisa dimaklumi mengingat kekacauan di mana-mana dimana kasus kriminal terus melonjak. Wanita-wanita berpenampilan menarik kerap menjadi alat pemuas nafsu para pria. Saat di Kota XiangA, Zhou Liming bahkan pernah menyaksikan peristiwa dimana lebih dari dua puluh pria memperkosa seorang perempuan.
Mengenai gadis bermata besar di hadapan ini, pakaian yang dikenakannya juga merupakan salah satu taktik untuk melindungi diri.
Zhou Liming tidak menjelaskan detailnya. Belajar melindungi diri adalah metode untuk mengurangi tingkat kriminalitas. Penyamaran mereka masih terlihat belum sempurna, namun di musim dingin seperti ini, topi yang mereka kenakan tidak mencurigakan. Orang yang tidak jeli pasti tidak akan menyadarinya.
Setelah menunggu sekitar sepuluh menit di samping, akhirnya Lan Hualiang selesai bernegosiasi dengan yang lain. Mereka kemudian saling berseru sambil mengemasi barang-barang.
Lan Hualiang melambaikan tangan ke arah Zhou Liming: "Kita berangkat sekarang." Ia tersenyum pada Zhou Liming lalu mulai membongkar tenda dan mengemas peralatan. Persiapan Lan Hualiang cukup matang dengan gerobak dorong kecil untuk membawa bagasi, sehingga meringankan beban istri dan putrinya.
"Saudara Zhou, gerobak masih muat. Kau bisa menaruh barang bawaanmu di sini."
Zhou Liming tertegun, panggilan Lan Hualiang membuatnya merasa aneh, tersenyum: "Tak pantas, lebih baik kau panggil aku Liming. Aku seusia putrimu, lebih pantas memanggilmu Paman Lan." Bagasi Zhou Liming sebenarnya hanya kue tepung beras yang diterimanya di Kota YuA, selain itu tak ada apa-apa lagi.
Barang sedikit ini bukan beban bagi Zhou Liming, tapi sambutan yang hangat sulit ditolak. Akhirnya Zhou Liming menaruh tasnya di gerobak dorong yang sudah penuh: "Biarkan aku yang dorong gerobaknya, Paman Lan fokuslah menjaga keluarga." Lan Hualiang yang cepat bertindak langsung menyerahkan gerobak ke tangan Zhou Liming tanpa banyak bicara.
Tim yang dibentuk Lan Hualiang sangat mematuhi perintah. Dalam seleksi anggota, prioritas diberikan kepada mereka yang memiliki gerobak barang, agar kecepatan perjalanan tidak terhambat oleh bagasi.
Hanya ada tiga puluh kue tepung beras untuk lima belas hari, namun perjalanan mungkin mencapai dua puluh hari. Jika kecepatan melambat, krisis makanan pasti akan memicu. Sifat buruk manusia, dalam kondisi tanpa makanan, segala hal mungkin terjadi. Sebuah tim yang memiliki kecepatan stabil dan anggota tanpa bahaya menjadi sangat penting.
Phoenix terus bertengger di bahu Zhou Liming. Ia menyembunyikan kepala di bawah sayapnya, seolah-olah tertidur.
Sejak regu memulai perjalanan, putri Lan Hualiang terus-menerus menatap penasaran ke arah Phoenix. Beberapa kali ingin bertanya, tapi selalu ragu-ragu, jelas telah mendapat perintah untuk tidak boleh berbicara sembarangan.
Zhou Liming tidak punya kekhawatiran ini, berkata dengan datar: "Dia tidak punya nama. Saat aku menemukannya, dia terluka parah. Lalu aku menyelamatkannya. Setelah lukanya sembuh, dia terus mengikutiku. Ya, segitulah keadaannya. Kau juga lihat sendiri, bulunya merah api seperti kobaran api, jadi aku memanggilnya Phoenix." Di akhir penjelasan, Zhou Liming bertanya: "Namamu siapa?"
"Lan Yining!"
Lan Yining mengatakan namanya dengan ragu-ragu, suaranya merdu dan sangat lembut. Setelah menyebut namanya, dia melirik diam-diam ke arah ayahnya. Melihat Lan Hualiang tidak bersuara, barulah dia menghela napas lega, lalu mengedipkan mata ke arah Zhou Liming.
Zhou Liming tersenyum, berkata: "Nama yang sangat indah."
Mungkin karena kehadiran Lan Hualiang, Zhou Liming tidak ingin berbicara panjang lebar dengan Lan Yining. Dia hanya memberikan senyuman permintaan maaf, lalu fokus mendorong gerobak sambil terus bergerak maju.
Kemampuan Zhou Liming bahkan bisa melempar mobil sejauh puluhan meter, apalagi gerobak kecil penuh bagasi yang bagi mata bagaikan tak berbeban. Bagaimanapun ini adalah area belakang garis pertahanan, wilayah yang masih tenang sebelum banjir bandang binatang buas ketujuh. Jalan raya di sini tidak seperti di zona pendudukan binatang buas yang dipenuhi mobil-mobil antikarat berkarat. Pandangan mata menatap ke sekeliling, hanya kehampaan yang terlihat.
Melihat waktu, sudah pukul tiga sore. Tak banyak yang memilih berangkat di jam segini. Kebanyakan lebih memilih tinggal di sini melewati semalam, baru berangkat keesokan harinya.
Tim yang dibentuk Lan Hualiang terdiri dari delapan keluarga, termasuk Zhou Liming total 33 orang. Berkat gerobak bagasi, selain anggota utama keluarga yang mendorong, anggota lain berjalan tangan kosong tanpa beban. Bisa membentuk satu regu ini pun semacam takdir. Beberapa perempuan mulai mengobrol akrab.
Di sini masih termasuk wilayah Kota YuA, di langit sesekali muncul helikopter bersenjata sedang berpatroli, masih cukup aman. Jadi tidak perlu mengawasi bahaya apa pun, mayoritas berjalan dengan wajah santai.
