Urusan restoran tentu saja ditangani oleh Lan Hua dengan penuh perjuangan.
Zhou Liming memiliki banyak hal yang perlu ditangani. Pertama-tama ia kembali ke Kota Xi Yang.
Saat mendorong pintu besar kantor Chen Yunnian, sang pemilik tidak sedang menangani urusan dinas. Ia sedang menikmati anggur sambil sesekali menggeleng-gelengkan kepala. Yang mengejutkan, bukan anggur merah yang biasa dipakainya untuk pamer, melainkan telah diganti dengan baijiu yang memenuhi ruangan dengan aroma alkohol. Bahkan di mejanya terdapat sepiring kacang goreng, jelas sedang bersenang-senang sendiri.
Dengan lahan pertanian di Kota Xi Yang, masih ada beberapa produk unggulan yang dihasilkan seperti kacang tanah yang bukan barang langka.
Kota Xi Yang merupakan kerajaan independen. Di atas kepala Chen Yunnian, kecuali Zhou Liming, ia bagaikan kaisar lokal. Jangankan minum-minum santai di kantor, bahkan jika ia berhubungan intim di siang hari di sana, takkan ada yang berani menyebutnya korupsi atau sejenisnya. Sebagai walikota, kehidupan Chen Yunnian terasa nyaman dan menyenangkan, sama sekali tak terpikir untuk kembali ke pemerintah pusat di belakang garis pertahanan.
Setelah penyesuaian selama periode ini, Kota Xi Yang telah lama memulihkan semua departemen pengelolaan kekuasaan. Seperti mesin yang terawat, kota ini mempertahankan ritme gerakannya.
Zhou Liming mendorong pintu masuk. Chen Yunnian berdiri seraya berkata: "Ketua!"
"Kau benar-benar santai!" Zhou Liming duduk dengan kasar di seberang Chen Yunnian, matanya mengamati botol anggur putih di meja yang tanpa kemasan, tak terlihat merek apa pun.
Chen Yunnian |hehe tertawa tipis, setelah duduk mengeluarkan gelas dan menuangkan |dua liang untuk Zhou Liming, "Ini |produksi lokal arak jagung, rasanya kuat karakternya tajam, paling |otentik." |konstitusi fisik Zhou Liming sekarang bisa menahan seribu gelas, tapi untuk |bersulang dia tidak terlalu berminat. Seteguk kecil membenarkan perkataan Chen Yunnian - kuat rasanya, karakter tajam, harumnya menggenang di sela gigi.
"Bukannya kau suka |minuman impor? Kenapa ganti selera?"
"Minuman impor buat gengsi doang, mana ada yang |nendang kayak buatan sendiri. Dulu cuma mau |pura-pura intelek. Sekarang nggak perlu lagi. Yang begini bikin |nyaman diminum. Tahukah kau, mimpi terbesarku dulu cuma bisa |menuang sendiri sambil bersantai ditemani beberapa |hidangan kecil sampai |menyeberangi sisa hidup."
Zhou Liming |tersenyum tipis, menjepit kacang tanah dengan sumpit ke mulutnya. Bunyi |kretek terdengar beberapa kali. "Kau benar-benar ahli |menikmati kehidupan."
Chen Yunnian berkata: "Ada apa, Sang Penyibuk? Aku ingat setiap kali kau kembali, pasti ada hal terjadi. Kali ini apa lagi?"
Zhou Liming berhenti sejenak, lalu berkata: "Sebelum datang, aku menerima kabar bahwa negara akan mulai meresmikan permukiman penyintas di zona yang dikuasai binatang buas. Kota Xi Yang mungkin tak terkecuali. Kau harus bersiap."
Kabar ini benar-benar di luar perkiraan. Chen Yunnian menaruh gelas anggurnya dengan ekspresi serius: "Negara sekarang punya kemampuan untuk melakukan ini?" Namun segera wajahnya kembali normal. Diangkatnya gelas itu, bibirnya menyentuh tepian dengan lembut, "Sebenarnya peresmian ini maksudnya rekruitmen. Siapa yang tak tahu kalau permukiman sekarang pasti punya prajurit super jalur liar? Kalau benar-benar konflik, tak tahu bagaimana akhirnya. Menurutku, orang-orang seperti kita akan dapat kompensasi - tergantung mau uang atau jabatan."
Memang Chen Yunnian bukan preman berpengalaman biasa. Pandangannya tajam.
Zhou Liming menambahkan: "Itulah maksud negara. Dan sudah mulai diterapkan di utara."
Sebenarnya Zhou Liming sudah mendapat pemberitahuan pada hari dia kembali. Tapi dia sama sekali tidak tertarik, mengingat jumlah prajurit super level enam di seluruh negara sudah melampaui ribuan, dengan lebih dari 100.000 prajurit super. Menyapu rata sebuah kota bukanlah hal sulit. Asal tidak serakah dan maju selangkah demi selangkah dengan langkah kaki kokoh, mengandalkan kekuatan prajurit super kuat negara, kawanan binatang buas takkan bisa dihalangi.
Restrukturisasi dan integrasi semacam ini sudah pasti, sekarang saatnya melancarkan serangan balasan yang menyasar makhluk buas.
Karena Chen Yunnian sudah berpikir begitu mendalam, Zhou Liming tak perlu menjelaskan lagi. Setelah bersulang dua liang dengannya, Zhou Liming menemui Wang Ruijin dan kawan-kawan, menetap di Kota Xi Yang sampai malam sebelum akhirnya terbang gila-gilaan ke area belakang garis pertahanan. Kecepatan supernya memastikan dia sudah muncul di garis pertahanan baru yang sedang dibangun di belakang garis depan hanya dalam sekitar satu jam lebih.
Baru tiba di Kota YuA, ponselnya berdering. Saat menggantung di udara dan membuka ponsel, ternyata itu Lian Ruixue yang menelepon setelah tahu misinya sudah selesai.
Lian Ruixue memiliki kakek yang menjabat sebagai Kepala Staf, sehingga mengetahui beberapa detail misi adalah hal yang wajar. Mengingat musuhnya adalah binatang buas, tidak diperlukan kerahasiaan berlebihan. Saat ini, Lian Chengshu sangat mendukung hubungan Lian Ruixue dengan Zhou Liming, bahkan mendesak mereka untuk segera menikah. Motif tersembunyi di balik ini sangat jelas bagi keduanya - semata karena perubahan status Zhou Liming.
Setelah dimutasi ke Kota YuA, Lian Ruixue kembali diaktifkan sebagai Komandan sebuah regu operasional khusus. Di bawah komandonya terdapat dua prajurit super level enam, dengan anggota lainnya seragam level lima. Pasukan ini merupakan kekuatan militer vital yang memegang peranan penting di YuA.
Di depan vila tempat Lian Ruixue tinggal, sosoknya yang biasanya kejam justru berubah layaknya istri yang menanti kepulangan suami.
"Lian Ruixue yang mengenakan pakaian rumah, memancarkan kewanitaan yang sangat mencolok, tampak seperti dua orang yang berbeda dibandingkan saat mengenakan seragam militer. Jika rekan kerjanya dulu melihat penampilannya sekarang, pasti takkan percaya bahwa gunung es masa lalu kini berubah menjadi wanita yang seolah mengeluarkan air dari pori-porinya."
Di dalam vila yang dialokasikan untuk Lian Ruixue, dia membawa semangkuk buah lalu duduk di sebelah Zhou Liming, memeluknya dengan tenang.
Hasrat yang tertumpuk selama seminggu seolah tak memerlukan kata-kata. Dalam sekejap, kedua tubuh itu berguling di atas karpet, menikmati keintiman fisik dengan penuh gairah. Seluruh vila bergema oleh dentuman tubuh mereka yang saling bertabrakan. Konstitusi fisik yang kuat membuat mereka baru mencapai klimaks setelah lebih dari dua jam pergumulan, akhirnya mereda dalam teriakan yang memecah keheningan.
Setelah mengenakan kembali bajunya, Lian Ruixue yang masih bermuka merah menyibukkan diri di dapur menyiapkan hidangan.
"Mau minum anggur? Moutai, Kakek sengaja mengirimkannya untukmu."
Setelah menghidangkan makanan, Lian Ruixue mengambil sebotol Moutai dari sudut peti, lalu tanpa menunggu jawaban Zhou Liming, dengan gesit membukanya dan menuangkan sebagian ke gelas Zhou Liming. Saat ini Moutai benar-benar menjadi barang langka, dulu hanya tersedia sebagai pasokan khusus, bahkan di pasar belum tentu bisa dibeli. Di era binatang buas ini yang serba kekurangan, ini semakin luar biasa - sebanyak apapun uangmu, tetap tak bisa menyeruputnya.
Lian Chengshu benar-benar menggelontorkan modal besar. Moutai yang dikirim ini nilainya setara dengan sebuah vila di Kota Gan A.
Kembali ke Kota Gan A, saat bertemu Zhou Liming, Lan Hualiang terlihat bersemangat: "Lokasi toko sudah dipilih, posisinya di pusat kota. Tapi itu tidak berarti apa-apa, karena seluruh kota penuh orang. Yang penting adalah potensi perkembangan toko." Di era ini, toko-toko di mana-mana tutup. Beberapa negara masih bisa menyediakan pasokan barang, tapi beberapa merek internasional besar... mustahil bertahan.
Zhou Liming menyodorkan sebatang rokok Zhonghua kepada Lan Hualiang, lalu mengambil satu batang untuk dirinya sendiri dan menyalakannya: "Ayo kita lihat."
Mobil sport terlalu mencolok, Zhou Liming memang tidak bisa dihancurkan, tapi tetap memilih tidak mengemudi. Keduanya berjalan kaki.
Tenda-tenda di jalanan sudah lama menghilang, telah diaturkan ke luar kota. Tapi kerumunan di jalan tetap padat, lautan kepala manusia dengan segala jenis orang. Toko-toko masih berdiri, sekitar 70% beroperasi. Namun semua barang di dalamnya kekurangan parah, beberapa sudah lama kehabisan stok. Hanya sekadar mematuhi seruan pemerintah untuk mendapat sedikit kompensasi, mereka mempertahankan toko dengan terpaksa.
Di banyak area belakang garis pertahanan, tingkat buka toko di kota-kota kurang dari dua puluh persen.
"Sialan, sampai tingkat seperti ini masih main-main dengan proyek menjaga image!" Zhou Liming ceplas-ceplos menghisap rokok. Menurutnya lebih baik fokus pada hal nyata: menampung semua pengungsi. "Hilangnya seluruh wilayah pesisir apa masalahnya? Syarat di sini memang lebih sulit. Mengembalikan materi seperti dulu memang mustahil, tapi setidaknya sampai level era 80-90an, sama sekali tidak ada masalah."
Lan Hualiang yang telah bergaul dengan birokrat setengah hidupnya tentu paham betul. Dia menghembuskan cincin asap sambil berkata: "Kondisi negara kita memang selalu mengutamakan prinsip 'memukul orang tapi jangan kena muka, mencabut baju tapi jangan sampai menguliti' - semuanya tentang proyek muka. Tradisi ini sudah mengakar mustahil diubah."
Setelah melewati beberapa jalanan, akhirnya mereka tiba di lokasi yang dipilih Lan Hualiang.
Memandang alun-alun raksasa ini, Zhou Liming tak familiar dengan tempat ini. Lan Hualiang menjelaskan: "Ini Alun-Alun Dongfang Hong. Yang ini Jalan Qingyang, sebelah sana Jalan Pingliang." Beberapa hari cukup baginya untuk mempelajari seluruh area. Di atas rumput sintetis alun-alun yang kini sudah kusut dan kehilangan bentuk, orang-orang berjubel duduk bersila memenuhi setiap sudut.
Yang menarik perhatian Lan Hualiang bukanlah gedung utama Alun-Alun Dongfang Hong ini, karena tempat ini sudah lama dikuasai orang. Yang dia incar adalah gedung komersial tua setinggi lima enam lantai di sebelah Kantor Statistik. Lokasi ini berada di pusat Kota Gan A, terlihat dari keramaian orang yang lalu lalang, menunjukkan betapa laku kerasnya bisnis jika membuka toko di sini.
Keduanya mendekati gedung komersial tua ini. Seluruh lantai pertama dulunya merupakan ruang operasional bank yang kini sudah ditutup dan dalam kondisi tidak terpakai.
"Bagaimana tempat ini? Cukup beruntung, baru ditutup kurang dari seminggu."
Zhou Liming juga puas dengan lokasi ini, bertanya: "Sudah hubungi pemiliknya?" Lan Hualiang menggelengkan kepala, menjawab: "Pilih lokasi dulu, posisi spesifiknya harus dikonfirmasi olehmu dulu."
Seluruh rencana ini diajukan oleh Zhou Liming, Lan Hualiang hanya berperan dalam penyempurnaan dan pelaksanaannya. Meski berstatus prajurit super yang memiliki kekuasaan tertentu, Lan Hualiang tidak tahu seberapa besar kekuasaan Zhou Liming sebenarnya, apakah mampu menguasai tempat ini. Secara alami semua keputusan harus disetujui Zhou Liming, karena hanya dirinya sendiri yang paling memahami kekuatannya yang sesungguhnya.
Zhou Liming juga dikenal sebagai orang yang sigap dalam bertindak. Mengingat lokasinya bagus, ia langsung mengambil keputusan tegas. "Coba konfirmasi ke pemilik properti, bagaimana sistem sewa tempat ini."
Pintu besi bergulung menutup rapat aula bank yang telah diistirahatkan ini. Dari luar tidak terlihat kondisi interiornya. Namun di bagian operasional bank, Zhou Liming belum pernah melihat yang terlihat kumal - bukankah setiap kantor cabang bank selalu menempati lokasi strategis dengan area luas? Perusahaan apapun yang berhadapan dengan bank hanyalah ampas belaka.
Di tangga batu depan pintu, duduk belasan pria kekar bermuka garang. Di samping mereka tergeletak beberapa pipa besi dan tongkat bisbol. Dengan seenaknya mereka menghisap rokok, sesekali tertawa keras.
Melihat seseorang, bukan melihat tubuhnya, melainkan matanya.
Selusin lebih pria kekar ini, di mata mereka sesekali berkilat aura yang sangat tajam. Aura pembunuh yang muncul sekejap itu membuat orang tahu, pasti mereka adalah orang-orang yang pernah melihat darah, minimal membawa beberapa korban jiwa. Orang biasa mustahil memiliki aura seperti ini. Begitu mereka duduk, tak ada lagi yang berani mendekati tangga batu di tempat ini.
Zhou Liming menyipitkan mata, lalu menatap toko yang diistirahatkan ini dengan senyuman penuh makna.
Lan Hualiang juga memperhatikan hal ini. Pupil irisnya menyempit sejenak sambil berbisik, "Mereka..." Zhou Liming kembali menunjukkan ekspresi acuh tak acuh, "Kelihatannya ada yang tertarik dengan tempat ini juga. Mari kita mendekat!"
Setelah ragu-ragu sejenak, Lan Hualiang tetap mengikuti langkah Zhou Liming. Dengan seorang prajurit super di sampingnya, apa lagi yang perlu ditakutkan?
Belasan pria kekar awalnya mengira Zhou Liming dan Lan Hualiang yang berpenampilan biasa ini hanya sepasang ayah-anak yang sedang lewat, sama sekali tidak memperhatikan. Tapi kedua orang ini justru langsung mendekat, bahkan menaiki tangga batu, jelas bukan sekadar lewat atau beli kecap biasa.
"Rencanakan apa?"
Seorang pria besar berdiri dengan ceplas-ceplos, tangan kanannya menyambar sebuah tongkat bisbol. Ia melemparkan puntung rokok ke tanah, menginjak-injaknya dengan ganas sampai remuk, baru kemudian menatap tajam ke arah Zhou Liming berdua. Dalam seminggu terakhir, banyak orang seperti mereka sudah ditembaki - beberapa tewas atau cacat. Baru dua hari terakhir situasi agak mereda. Tadinya kami pikir bisa beristirahat sejenak, siapa sangka baru dua hari sudah ada lagi orang tak tahu diri yang nekat mendekat.
Lan Hualiang tersenyum ramah: "Kami ingin melihat-lihat toko ini."
Mendengar ini, mata pria besar itu menyala berbahaya. Ia menyeringai sinis: "Toko ini sudah menarik perhatian Guang Ge. Kalau mau selamat, minggirlah sekarang juga!"
"Kai Ge?" Zhou Liming mengerutkan alis, seolah tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya.
Pria besar itu semakin sinis, "Kau bahkan tidak tahu siapa Kai Ge? Lebih baik minggat sekarang juga sebelum nyawamu melayang tanpa sadar."
Kai Ge adalah nama panggilan Yang Guang. Sejak lama dia menjadi pemimpin terbesar di Desa Guanghui, sebelumnya sudah memimpin ratusan anak buah. Saat Era Binatang Buas tiba, posisinya semakin kuat. Dengan kecerdasannya, Yang Guang menyimpan persediaan makanan dalam jumlah besar. Ternyata strateginya tepat - harga bahan pangan terus meroket. Kelangkaan logistik justru menguntungkannya. Ketika Kota Gan A ditetapkan sebagai Ibu Kota sementara, anak buahnya sudah mencapai ribuan orang.
Gelombang pengungsi yang terus berdatangan menjadi sumber SDM terbaik bagi Yang Guang. Di tengah kesulitan mencari pekerjaan untuk sekadar bertahan hidup, dia hampir tanpa usaha bisa membentuk pasukan seperti sekarang, menjadi pemimpin bawah tanah terbesar di sekitar Desa Guanghui, menduduki peringkat kelima di seluruh kota.
Dalam kekacauan seperti ini, pemerintah tak mungkin mengurus mereka, membuat mereka semakin seperti ikan di air. Kumpulan awak yang mereka himpun, siapa berani melawan selama mereka mengincar? Di tahun-tahun seperti sekarang, nyawa manusia jadi tak berharga. Bunuh lalu lempar ke tong sampah, bahkan petugas kebersihan pun tak mau ikut campur, langsung angkut seperti sampah dan buang ke kolam limbah...
Setiap kota pasti punya sosok kakak kelas berpengaruh. Hal ini tak bisa dihindari.
Prinsip "duduk di gunung habiskan persediaan" masih dipahami Yang Guang. Bisnis kuliner yang sangat menguntungkan, ditambah jalur suplai makanan yang mapan, mustahil dia lewatkan. Dengan cepat dia membuka hampir 20 restoran di kawasan ini, lebih menguntungkan daripada mesin cetak uang.
Alun-Alun Dongfang Hong dengan keramaian manusia terpadat, mana mungkin Yang Guang melewatkannya?
Bank saat ini memang menghadapi kesulitan, tetapi dengan negara yang mendukung, kondisinya masih stabil. Tapi siapa Yang Guang? Dengan menggunakan beberapa taktik, bukankah divisi operasional bank ini akhirnya ditutup patuh? Nafsu Yang Guang bukan sekadar menyewa, yang dia inginkan adalah seluruh bangunan ini.
Zhou Liming dengan santai mengeluarkan sekotak rokok Zhonghua, mengambil sebatang, menyalakannya, lalu berkata datar: "Kakak Guang ya? Aku tidak mau ikut campur. Pulang dan bilang pada si Guang itu, tempat ini sudah kumiliki, suruh dia menarik anak buahnya dan pergi." Di mata Zhou Liming, prajurit super level enam pun hanya ampas, apalagi si Guang omong kosong ini?
Para pria besar lain yang mendengar ucapan Zhou Liming serentak bangkit, melemparkan puntung rokok mereka, menggenggam pipa besi dan tongkat baseball lalu mengepung.
Pria kekar yang berdialog dengan Zhou Liming menyeringai sadis: "Nak, tuturmu itu bisa membuat lidahmu terkilir."
Zhou Liming menghirup asap rokoknya, menghembuskan cincin asap sambil menoleh ke Lan Hualiang: "Om Lan, minggirlah sedikit. Jangan sampai kau terluka."
Lan Hualiang tentu tahu kehebatan Zhou Liming. Orang berbobot lebih dari 100 jin saja bisa dilemparnya puluhan meter. Menghadapi belasan preman ini baginya seperti main-main. Sebaliknya dirinya sendiri, jika terkena satu pukulan saja pasti langsung rubuh di tempat, paling ringan tulang remuk.
"Sial! Sok jagoan lu!"
Tiupan angin kencang tiba-tiba muncul di atas kepala. Preman yang paling dekat dengan Zhou Liming sama sekali tidak peduli ini terjadi di siang bolong. Di hadapan banyak orang, langsung mengayunkan tongkat baseball dengan jurus kejam menyapu ke arah kepala. Jika kena, kepala pasti pecah seperti semangka yang ditimpa, otak berceceran. Para pelarian berbahaya seperti mereka ini, membunuh orang pun dianggap biasa. Polisi saat ini memang tidak punya waktu luang mengurus hal-hal seperti ini.
Zhou Liming sama sekali tidak panik. Langsung mengangkat kaki dan menendang.
Mungkin jika orang lain yang bertindak, pasti kakinya belum sempat menendang sudah terkena tongkat baseball. Tapi Zhou Liming bukanlah orang sembarangan. Dengan serangan balik yang lebih cepat, ia menendang keras dada pria kekar itu. Kekuatan dahsyatnya membuat seluruh dada itu seperti ditabrak truk puluhan ton, hingga cekung ke dalam. Tubuhnya terlempar belasan meter, menghancurkan pintu besi bergulung yang tertutup rapat sebelum akhirnya berhenti. Tewas di tempat.
Langkah pertama Zhou Liming langsung membuat mereka terpaku. Namun hanya sesaat, malah semakin membangkitkan sifat buas mereka. Dengan teriakan mengerikan, mereka mengepungnya.
"Masih ada yang tidak takut mati!" Zhou Liming masih menggigit rokoknya. Bagai serigala menerkam kawanan domba, ia menggerakkan tangan dan kaki tanpa menggunakan kekuatan yang keterlaluan. Tapi di setiap langkahnya, jerit kesakitan bergema. Siapa pun yang disentuhnya, jika tidak tewas pasti mengalami luka berat.
Menghadapi bajingan-bajingan ini, Zhou Liming sama sekali tidak berpikir untuk mengontrol kekuatan. Lagipula, mana ada di antara mereka yang tidak membawa beberapa nyawa di pundak?
