Zhou Liming memang gembira, tapi setelah euforia berlalu, tersisa kepahitan yang dalam.
Pemanen membocorkan rahasia ini padanya, apa artinya? Di dunia ini, hanya arwah yang bisa benar-benar menjaga rahasia.
Sejak era binatang buas hingga kini, untuk pertama kalinya Zhou Liming merasakan bayang-bayang kematian begitu dekat. Tekanan yang dipancarkan dari tubuh pemanen membuatnya sangat tidak nyaman, bahkan cemas. Darah dalam tubuhnya bukannya mendidih, justru membeku dalam dingin yang menusuk di bawah tekanan itu.
Kegelisahan Zhou Liming membuat si Pemanen memperlihatkan senyum tipis yang membeku, bersuara kejam: "Setiap medan perburuan hanya memiliki satu Kaisar, dia tak dapat disalin, sekaligus komponen terpenting dalam perburuan. Jenis ini kami sebut kelas kaisar, disajikan khusus untuk Pemimpin kami. Kau harusnya merasa lega, karena tak akan segera mati, melainkan dibekukan dan dikirim ke Xingdu, lalu dihidangkan dalam pesta agung."
"Bagaimana mungkin ini disebut beruntung?" Zhou Liming menghela nafas. Akhirnya sama saja mati, cuma beda cepat atau lambat. Apa yang patut disyukuri dari ini?
Tapi Zhou Liming tak rela mati. Memang benar saat ini dia tak memiliki keinginan maupun tuntutan, tapi bukan berarti harus mati. Dunia ini penuh keajaiban, Zhou Liming mengakui masih sangat terikat. Masih ada kekasihnya, belum menikah, belum punya keturunan. Bagaimana mungkin tega mati? Mendengar jawaban pasti dari Pemanen, raut Zhou Liming berubah serius. Kini dia harus berjuang mati-matian demi kelangsungan hidupnya.
“Meronta tidak ada gunanya, kau hanya produk buatan kami, bagaimana mungkin jadi rival kami?”
Pemanen tertawa dengan suara khas 'gek-gek', matanya tetap tanpa sehelai ekspresi seakan tawa itu bukan dari dirinya. Menurutnya, perkembangan Zhou Liming sampai level ini sudah di luar dugaan. Ingin memberontak? Siapa yang mau memproduksi barang tak terkendali? Memang benar Zhou Liming hampir menyamai kekuatannya, tapi mendekati bukan berarti melampaui.
Zhou Liming bukan tipe orang yang mudah melepas. Ia menyipitkan matanya, berucap datar: "Tak dicoba, mana bisa tahu?"
Bagai kilat menyambar langit, Zhou Liming menghilang dan muncul 0,1 detik kemudian di hadapan Pemanen, duri tulangnya menghujam ke arah perut lawan. Dengan energi yang dieksekusi sampai kesempurnaan, kecepatannya mencapai tingkat sulit dipercaya - lenyap dan muncul secara simultan tanpa bertele-tele.
Tapi serangan secepat kilat itu hanya mengenai bayangan samar sang Pemanen. Saat Zhou Liming bergerak, musuh itu pun telah berpindah tempat.
Keduanya sama-sama menggunakan teleportasi - satu menyerang, satu menghindar - gerakan depan-belakang yang menyatu menjadi entitas tunggal.
Tak seperti dugaan yang berhasil mengenai target, reaksi pertama Zhou Liming bukanlah penyesalan melainkan aliran energi yang langsung memicu teleportasi kedua kalinya.
Bayangan Zhou Liming samar-samar terlihat di udara, di sebelahnya ada cakar sang Pemanen yang sedang teracung. Andai Zhou Liming terlambat 0,1 detik saja, mungkin tubuhnya sudah tercakar.
Pertarungan keduanya sering digambarkan dalam hitungan 0,1 detik. Kelengahan sekecil apapun bisa berujung pada kematian.
Sang Pemanen sama sekali tak kecewa dengan gagalnya serangan tadi. Justru ia memperlihatkan senyum tipis penuh permainan. Baginya, ini adalah hiburan - seperti kucing yang sedang bersenang-senang dengan tikus. Ia tak ingin buru-buru membunuh Zhou Liming karena itu akan menghilangkan kenikmatan bertarung.
Dibandingkan dengan kelonggaran pemanen, Zhou Liming tentu tidak bisa santai, matanya menatap tajam setiap gerakan pemanen, dengan susah payah bertahan.
Gaya bertarung pemanen mengutamakan efisiensi dan daya penghancur yang tinggi, dipadukan dengan kecepatan serangan yang sedikit lebih cepat dari Zhou Liming. Sesuai namanya, dia benar-benar seorang pemanen yang memanen semua orang dan benda yang bermusuhan dengannya.
Zhou Liming yang seharusnya menjadi sosok tak tertandingi bagi para prajurit super, kini justru terlihat kewalahan. Setelah beberapa kali menghindar, kakinya malah ditendang dengan keras oleh pemanen. Kekuatan raksasa itu kembali melemparkan Zhou Liming, kali ini bukan ke udara melainkan ke bawah tanah.
Di bawah sana reruntuhan bertebaran di mana-mana. Gedung-gedung pencakar langit yang telah hancur oleh medan energi, dengan jeruji besi yang tak terhitung jumlahnya saling bersilangan.
“Braak!” Ledakan dahsyat menggema saat Zhou Liming bagai komet menghantam Bumi, menghempaskan gelombang debu raksasa dari reruntuhan di bawah. Baja-baja ini remuk seolah tahu saat tubuhnya menghantam, terkait erat dengan cekungan besar hasil tabrakannya. Kekuatan dahsyat itu memaksa terciptanya kawah berdiameter hampir seratus meter di tengah reruntuhan, efeknya bak sebutir peluru meriam super.
“Hah... hah!”
Zhou Liming merangkak keluar dari cekungan dalam dengan tubuh penuh serpihan beton dan tanah, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Batuk-batuk kerasnya memuntahkan genangan darah. Tendangan Pemanen yang mengerahkan kekuatan penuh paha itu bahkan membuat tubuh perkasanya merasakan nyeri membakar di organ-organ dalam, seolah api menghanguskan limpa dan paru-parunya.
Tangannya mengusap-usap dada yang perih, Zhou Liming terus menarik napas pendek. "Sungguh kejam..." gumamnya.
Pemanen seolah puas dengan penampilannya baru saja, dia muncul di angkasa atas Zhou Liming, berkata dengan nada sinis: "Sudah kukatakan, kalian hanya layak jadi buruan, bagaimana mungkin bisa kabur dari lubang laras pistol pemburu?"
Zhou Liming meludahkan genangan darah dengan ganas, berkata: "Jangan bicara sembarangan, ayo lagi!" Dengan keras ia menginjak-injak tanah, tubuhnya meluncur dengan gerakan eksplosif, berputar di udara menyergap pemanen. Pemanen tak menunjukkan ekspresi, faktanya dengan sisik baja yang menutupi, mustahil membaca raut wajahnya yang selalu membeku. Terhadap Zhou Liming yang menerjang, dia menunjukkan ketidaksabaran, meneriakkan: "Mati-matian."
Dia menyambut Zhou Liming dengan menerjang, terus-menerus melakukan teleportasi, muncul dan menghilang di udara, lalu muncul kembali di hadapan Zhou Liming.
Jika bukan karena status Zhou Liming sebagai Kaisar, jika bukan karena Zhou Liming tidak bisa dibunuh sembarangan, pemanen pasti sudah membunuhnya. Melihat Zhou Liming yang sulit diatasi, pemanen pun murka. Ia memutuskan untuk menunjukkan sedikit kekuatan sebenarnya, memperlihatkan perbedaan langit dan bumi antara mereka berdua. Ia ingin menghajar Zhou Liming menjadi anjing mati, lalu mengurungnya. Setelah membersihkan planet ini, barulah menangani Zhou Liming.
Pemanen yang serius memang terlalu berbahaya. Zhou Liming bahkan tidak sempat berpikir, perutnya sudah sakit tertendang, tubuhnya kembali menghantam reruntuhan di bawah dengan keras.
Brak! Suara ledakan dahsyat menggema. Debu beterbangan memenuhi langit dari reruntuhan, meninggalkan cekungan dalam baru.
Zhou Liming sekali lagi batuk dengan hebat, kali ini lebih parah. Perutnya seolah berguling-guling, memuntahkan semua yang dimakan siang hari. Rasa sakit membuat matanya terbalik putih. Tapi Zhou Liming tidak menyerah, dengan teriakan aneh ia menerjang naik tanpa peduli apapun. Duri tulang di tangannya melepaskan energi, menyapu bayangan samar berkilauan putih.
Namun teleportasi sang Pemanen terlalu mengerikan. Baru saja Zhou Liming naik, yang menyambutnya adalah tendangan keras lagi.
Begitu berulang kali, Pemanen benar-benar tertarik. Berkali-kali ia menghempaskan Zhou Liming ke bawah, sementara Zhou Liming bangkit lagi dan lagi, nekat maju. Setelah beberapa kali, seluruh tubuh Zhou Liming penuh luka. Beberapa sisik hijau pekatnya rontok, memperlihatkan jaringan otot berwarna merah darah. Darah yang dimuntahkan dari mulutnya menggenangi sebagian besar dadanya, membuat sisik-sisik hijau pekat itu berubah merah menyala.
Zhou Liming yang gigih dan tak kenal menyerah sama sekali tidak peduli dengan semua ini, matanya hanya tertuju pada Sang Pemanen di langit.
Sang Pemanen tentu takkan menunjukkan secuil belas kasihan. Di matanya, perjuangan Zhou Liming hanyalah usaha tak berguna yang takkan pernah mengubah apapun. Setelah menyaksikan ribuan planet menuju kehancuran, bagaimana mungkin ia akan tersentuh oleh kegigihan Zhou Liming? Makhluk-makhluk yang telah dibunuh atau dihancurkannya dihitung dalam ratusan juta, untuk apa ia peduli pada Zhou Liming?
Maka dengan tanpa belas kasihan, Sang Pemanen terus menerus menendang Zhou Liming jatuh, menikmati ritme pertempuran ini.
Entah sudah berapa kali, Zhou Liming menggelengkan kepala untuk membersihkan serpihan lumpur dari rambutnya, merangkak keluar dari cekungan yang tercipta akibat hantaman, menatap tajam Sang Pemanen di langit, lalu meneriakkan suara aneh sebelum kembali menyergap.
Gerakan berulang yang tak terhitung jumlahnya seperti ini telah membuat Pemanen mati rasa. Dia mulai merasa jengkel dengan Zhou Liming di hadapannya, bagaikan kecoa yang tak bisa mati - semakin keras dia bertindak, semakin besar perlawanan yang diberikan. Pemanen yang tiba-tiba kehilangan minat ini ingin segera mengakhiri permainan. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, ratusan miliar binatang buas di planet ini menanti untuk dipanen, tak mungkin menghabiskan waktu hanya untuk satu individu.
Dia menjilat bibirnya sambil bergumam, "Akan kuhabisi kau sekaligus."
Zhou Liming masih berlari mendekat seperti biasa, namun Pemanen telah berubah. Dengan teleportasi, Pemanen muncul tepat di depan Zhou Liming. Tangan yang termutasi menjadi pisau terangkat, diayunkan dengan kejam ke arah leher Zhou Liming, bertujuan melumpuhkannya dalam satu serangan. Dia sangat yakin dengan kecepatannya - bahkan di antara sesama klannya, sulit menemukan yang mampu menyaingi.
Namun pada detik ini, Zhou Liming yang awalnya kesadarannya terhuyung-huyung tiba-tiba matanya memancarkan kilatan tajam. Seluruh tubuhnya memancarkan medan energi super yang kuat, secara paksa menghilang di hadapan sang Pemanen.
Bahkan sebelum sang Pemanen sempat berubah niat, dia hanya merasakan dingin menyergap perutnya seolah ada benda tajam yang menembus. Bahkan rompi di punggungnya terasa dingin. Meski tidak terasa sakit, energi dalam tubuhnya perlahan membeku seketika - bagaikan balon yang tertusuk, energinya berhamburan sedikit demi sedikit dengan kecepatan yang semakin meningkat.
Akhirnya dia panik, tapi menyadari tubuhnya diikat erat oleh seseorang sehingga tidak bisa bergerak sama sekali.
Di hadapan langit yang awalnya kosong melompong, muncul wajah dingin Zhou Liming. Noda darah di atasnya menjadi semakin mengerikan. Dia mendekati telinga Pemanen dan berkata dengan datar: "Aku lupa memberitahumu, aku masih punya satu kemampuan lagi, yaitu membuat semua yang kulihat bergerak lambat seperti rekaman kamera. Gerakanmu memang cepat, tapi bukan berarti tak ada peluang untuk membunuhmu."
Duri tulang di tangannya terus-menerus memutar-mutar, menghancurkan seluruh bagian perut Pemanen sampai hancur lebur.
Pemanen seperti kesurupan. Dia tak percaya dirinya yang selama ini menganggap buruan ini sudah di bawah kendalinya, justru dibunuh oleh buruannya sendiri. Pikirannya berputar-putar mencerna mengapa Zhou Liming tidak menggunakan kemampuan ini sejak awal untuk bertarung mati-matian dengannya, malah memilih metode menyakiti diri sendiri demi mengurangi kewaspadaannya dan menurunkan kemampuannya - semua ini hanya untuk menjebaknya dalam keadaan lengah, layaknya pembunuh bayaran yang menyerang dengan satu pukulan pasti mematikan.
Pemanen selamanya tidak mungkin mengerti, bahwa manusia sebenarnya adalah makhluk yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya daripada binatang buas.
