Malam yang gelap pekat, sangat tenang. Lampu-lampu dari ribuan rumah perlahan-lahan mulai padam.
Namun di beberapa tempat tertentu, lampu-lampu masih terang-benderang dengan orang-orang yang sibuk bekerja. Keributan global ini bertujuan melakukan pemeriksaan akhir terhadap roket peluru kendali raksasa hasil modifikasi. Senjata-senjata spesial ini diberi misi baru. Tidak hanya itu, semua pesawat antariksa milik berbagai negara telah memasuki fase hitung mundur persiapan peluncuran.
Ingin menghancurkan pesawat antariksa Pemanen di balik Bulan, namun kemampuan teknologi manusia terlalu terbatas. Hanya bisa menggunakan taktik tak lazim.
Di laboratorium ruang angkasa, tempat ini sepenuhnya mereplikasi kondisi luar angkasa. Di sini dilatih cara menguasai teknik bertahan di luar angkasa.
Keluar dari stasiun luar angkasa di laboratorium ruang angkasa, Zhou Liming melepas pakaian antariksa yang berat sambil menghela napas lega. Hasil simulasi luar angkasa yang baru saja dilakukan ternyata memuaskan dirinya. Tanpa disangka, di luar angkasa kecepatannya benar-benar terbebas dari gaya gravitasi, memungkinkan percepatan yang jauh lebih tinggi. Kecepatan awalnya yang hanya 2.3 Mach, ternyata meningkat sekitar 10 kali lipat dalam kondisi antariksa.
Konsep kecepatan 23 Mach memang belum pernah Zhou Liming coba, tapi ia tahu pasti akan menghasilkan sesuatu yang sangat mengejutkan.
Dengan kecepatan ini, hanya dibutuhkan 18 jam untuk tiba di Bulan. Tentu, sesuai skema yang dijalankan, mungkin memakan waktu sekitar 24 jam.
Bersama Zhou Liming dalam eksperimen ruang angkasa ini, terdapat tiga puluh prajurit super level tujuh paling terkemuka. Kecepatan mereka tentu tidak bisa menyaingi Zhou Liming, yang tercepat di antara mereka hanya mencapai 1.4 Mach. Faktor utama lainnya, mereka belum menguasai cara pengoperasian energi, masih harus mengandalkan sayap untuk terbang. Hal ini memberikan masalah dalam aksi yang akan segera datang ini.
Berdiam di koridor laboratorium ruang angkasa, Zhou Liming terdiam sejenak, tangannya berulang kali merogoh rokok di saku namun akhirnya tak jadi menyalakannya.
Di koridor yang sama, tiga puluh prajurit super level tujuh lainnya juga sunyi senyap. Setiap orang sangat paham bahwa bergabung dalam misi ini berarti tak ada kemungkinan selamat sama sekali.
Sebagai prajurit super level tujuh yang berada di puncak hierarki manusia, seharusnya mereka menikmati kehormatan tak tertandingi dan kekuasaan mutlak. Namun di saat kritis ini, sebagian besar justru memilih maju bergabung dalam operasi ini. Banyak yang gagal terpilih bukan karena kemampuan tak memadai, melainkan akibat keterbatasan kapasitas pesawat udara yang dikerahkan manusia.
Setelah duduk diam selama dua tiga jam, saat fajar mulai merekah, suara peluit berkumpul bergema di pangkalan.
Zhou Liming berdiri, merapikan bajunya yang compang-camping, lalu melangkah mantap menuju pintu keluar laboratorium.
Kekuatan inti sejati negara selalu terpusat di area belakang garis pertahanan. Dengan datangnya era binatang buas, yang hancur hanyalah kekuatan permukaan dan kota-kota pesisir, membuat sistem ekonomi runtuh. Pangkalan militer di area belakang maupun berbagai basis rahasia lainnya tidak mengalami kerusakan. Apalagi beberapa pangkalan dengan kemampuan peluncuran, semuanya tetap utuh.
Pembentukan aliansi mempersatukan kekuatan antariksa negara-negara di dunia. Sejak didirikannya Komite Berbagi Teknologi, departemen antariksa langsung dibentuk. Kemajuan di bawah penyatuan teknologi bisa dibayangkan.
Di saat genting ini, akhirnya kita harus meminjam kekuatan pasukan antariksa.
Di luar pangkalan, lima pesawat udara telah terpasang di atas roket-roket raksasa.
Seluruh cadangan roket telah dimodifikasi. Di bagian kargo, dipasangi proyektil nuklir berdaya ledak tinggi, mengubahnya menjadi peluru kendali raksasa yang mampu melakukan serangan luar angkasa.
Seluruh kekuatan aliansi telah mengerahkan semua roket di dunia. Semua dimodifikasi dalam tiga hari, dipindahkan ke pangkalan peluncuran, dan mulai menghitung mundur.
Saat tiba di pangkalan, langkah-langkah operasi ini telah dijelaskan secara detail sebelumnya. Setiap prajurit super mengetahui tugas yang harus dilakukan. Kelompok pertama adalah Peluru Kendali roket yang akan menjadi kekuatan serangan tahap pertama, melakukan serangan nuklir gelombang pertama terhadap pesawat antariksa di Bulan. Kelompok kedua adalah pasukan prajurit super yang diangkut oleh pesawat antariksa dengan perbedaan waktu satu jam dari serangan roket.
Sesuai skema, jika serangan nuklir mampu menghancurkan pesawat ini, prajurit super di pesawat antariksa akan kembali ke pangkalan.
Jika serangan nuklir tidak berfungsi, prajurit super di pesawat antariksa akan menjadi taktik terakhir.
Kekuatan serangan prajurit super memang tidak sekuat bom nuklir, namun beberapa taktik serangan mereka jauh melampaui kemampuan nuklir. Contohnya duri tulang Zhou Liming yang bisa dengan mudah membelah benda-benda bahkan bom nuklir pun tidak bisa menghancurkannya. Fenomena ini tetap menjadi misteri yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah sampai sekarang.
Apakah prajurit super bisa memberikan keunikan dan kekuatan, akhirnya harus dicoba dulu baru tahu.
Termasuk Zhou Liming, total tiga puluh satu orang berdiri di alun-alun pangkalan. Setiap orang menunjukkan ekspresi serius, lalu membalas hormat gerak komandan pangkalan sebelum masuk ke pesawat ulang-alik yang dialokasikan.
Ini pertama kalinya Zhou Liming memasuki interior pesawat ulang-alik jenis ini - mungkin juga yang terakhir. Di dalamnya selain ruang kehidupan dari baja, terdapat berbagai alat dan rute elektronik yang rapat dan padat, membuat matanya berkunang-kunang. Seorang astronot instruktur yang mengajarkan operasional dasar kemudian pergi, menyisakan lima orang di dalam.
Duduk di kursi, menggunakan sabuk pengaman untuk mengamankan diri, baru bisa menghela napas panjang.
Keempat orang di sampingnya masih sangat muda. Wajah tegang dengan nafas tersengal-sengal, seolah sedang meronta-ronta.
Zhou Liming tersenyum tipis, berkata: "Bagaimana, menyesal? Kalau menyesal sekarang, masih sempat. Tunggu sampai roket ditembakkan, tidak ada lagi kesempatan untuk menyesal."
Karena masih pemuda, terpancing oleh nada bicara Zhou Liming, salah satu dari mereka berkata: "Siapa yang menyesal? Sejak memutuskan menyebut nama saat itu, dua kata 'penyesalan' sudah hilang." Ia bergumam: "Hanya agak panik saja. Ini kan mau meninggalkan Bumi. Siapa tahu luar angkasa di sana seperti apa?"
Ketiga orang lainnya mengangguk, panik yang tak terucapkan.
"Ingat dulu ada konglomerat yang menghabiskan puluhan juta dolar hanya untuk jalan-jalan ke luar angkasa. Sekarang kami tidak perlu keluar uang sepeser pun juga bisa merasakan candu luar angkasa. Apa yang perlu dipanikkan?" Di antara yang hadir, Zhou Liming adalah anggota termuda, tapi justru yang paling tenang, seolah kali ini benar-benar sedang pergi berlibur.
Tidak semua orang bisa seperti Zhou Liming yang memandang hidup-mati dengan begitu enteng. Semua diam seribu bahasa.
Kecepatan pesawat ulang-alik membutuhkan 48 jam untuk mencapai Bulan, cukup lama. Ini berarti kelima orang harus hidup di sini selama dua hari, bisa dianggap sebagai berbagi ruangan sementara.
Karena dikejar waktu, sepuluh menit setelah Zhou Liming naik pesawat ulang-alik, semburan api jingga-merah tiba-tiba muncul di langit. Roket-roket yang telah dimodifikasi di pangkalan mulai dinyalakan dan lepas landas, membuat seluruh pangkalan memerah dalam sekejap.
Dari dalam pesawat ulang-alik, Zhou Liming tak bisa menahan decak kagum melihat pemandangan megah ini, "Sungguh menunjukkan kemampuan teknologi manusia yang luar biasa."
Berdasarkan berbagai perhitungan, lima menit setelah gelombang pertama roket lepas landas, roket yang membawa pesawat ulang-alik akan menyala bersamaan dan mengikuti peluru kendali yang telah meluncur lebih dulu.
Memandang angka hitung mundur di kabin pesawat ulang-alik, pada detik ini Zhou Liming memikirkan banyak hal. Sejak mulai mengingat, perjalanan hidupnya datar: SD, SMP, hingga kelas 2 SMA, lalu tibalah era binatang buas. Setetes memori pun ternyata terukir jelas di benaknya. Saat menutup mata, yang muncul hanyalah wajah-wajah familiar.
Kemudian bayangan Lian Ruixue, Lan Yining, dan Wen Jingqing terus menghantui pandangannya, tak bisa diusir.
Terhadap Wen Jingqing, perasaan Zhou Liming kompleks. Seperti mawar berduri, membuatnya ragu untuk menaklukkan, memilih membiarkan mengalir. Hubungan mereka tetap ambigu, bukan apa-apa. Mungkin ini yang terbaik - di era ini, tak tahu apakah bisa pulang. Tanpa janji, justru lebih baik untuknya.
Lima menit tak lama. Keempat orang lain juga diam-diam merenung. Mungkin mirip Zhou Liming: merindukan keluarga yang masih ada, atau yang telah tiada.
"Hitung mundur dimulai, 10, 9……3, 2, 1, 0, mulai penyalakan!"
Suara sintetis elektronik berbunyi. Saat angka di atas berubah menjadi 0, roket yang membawa pesawat ulang-alik menyala, membuat pesawat bergetar keras. Beberapa detik kemudian, pesawat mulai lepas landak secara perlahan dan berangsur menjauhi daratan. Seiring peningkatan energi pendorong, kecepatannya semakin bertambah cepat, menderu menembus atmosfer.
Dari dalam pesawat ulang-alik, terlihat empat roket identik lainnya lepas landak secara serempak. Kelima roket membentuk formasi pentagon saat menerjang atmosfer, pemandangan yang sungguh megah.
"Apakah ini saatnya meninggalkan Bumi?"
Zhou Liming menatap kosong ke daratan hitam legam di luar, tiba-tiba dilanda kebingungan. Seolah ada sehelai kerinduan akan kehidupan yang tersisa. Namun segera, kebimbangannya sirna. Di Bumi tersisa para kekasihnya - apa arti pengorbanan diri jika mereka bisa hidup bahagia? Itu lebih berharga dari apapun.
Apalagi masih ada ratus juta manusia lain yang juga membutuhkannya.
Mungkin diri saat ini bagaikan pahlawan yang tak terdengar, tak dikenal orang. Tapi bagaimana pun, aku tak peduli akan ketenaran atau keuntungan. Yang kupedulikan hanyalah apakah hati nuraniku takkan menyesal, cuma itu saja.
Setelah tercerahkan, Zhou Liming justru merasa lega. Dia menutup matanya, merasakan getaran akibat kecepatan roket yang luar biasa. Getaran itu justru memberi sensasi kenikmatan. Terbiasa dengan penerbangan kecepatan super tinggi, tubuhnya tak merasakan ketidaknyamanan akibat kehilangan gravitasi.
Yang tak Zhou Liming ketahui adalah Lian Ruixue saat ini sedang berdiri kaku di gedung tertinggi Kota YuA. Matanya menatap kosong ke lima titik merah kecil di kejauhan. Dia tahu, kekasihnya sedang berada di salah satu titik merah itu, menjalankan misi yang mungkin takkan pernah bisa pulang.
Di detik ini, air mata mengalir di wajah tegar yang biasanya membeku. Perempuan kuat yang jarang menangis ini, kali ini tak mampu lagi menahan isak tangis.
