Tipu daya.
“Padahal jelas si He itu… Hmm.”
Fu Jingshen menggigit bibir bawahnya, sorot mata hitam legam mengunci pandangannya, "Masih menyebut usia delapan belas tahun itu?"
"Jelas-jelas itu salahnya..." Jari Ji Ying menancap di bahunya, berkata sedih: "Kamu tidak mencari dia..."
"Di perusahaan Keluarga Wen, di bawah pengawasan Ji Huai," Fu Jingshen bersikap santai, "Apa lagi yang bisa dia lakukan?"
Ji Ying terkejut.
Jadi... jadi dia sudah tahu semuanya, hanya mencari alasan untuk memperlakukanku tidak adil...
Wajah kecil Ji Ying menegang, tanpa ampun menggigit bibirnya.
Tapi lupa sifatnya yang selalu membalas dendam.
Akhirnya, Ji Ying memeluk lehernya dengan ujung mata memerah.
Suara tersedu-sedu: "Aku benci angka delapan belas."
Puncak musim panas Agustus.
Hari-hari terpanas, Ji Ying malas keluar rumah, mengurung diri dan berbaring berhari-hari.
Song Yun yang berada di barat laut jauh, kembali menugaskan pekerjaan baru pada Ji Ying, beberapa teks Sanskerta lagi yang perlu dicari bahan terjemahannya.
Ji Ying tidak ada urusan lain, mulai mengerjakan terjemahan kumpulan bahasa Sanskerta ini.
Ponsel di atas meja bergetar pelan.
Ji Ying mengangkat bulu matanya, melihat pesan Wen Yue.
[Apa kamu beli angkatan laut untuk super topik?]
Ji Ying: [?]
Dia antara ingin tertawa dan menangis: [Aku beli angkatan laut apa?]
Wen Yue: [Super topik kalian tiba-tiba dapat banyak penggemar cp aktif, benar-benar bukan dibeli?]
Ji Ying: ?
[Aku cek dulu]
Belakangan ini sibuk menerjemahkan, Ji Ying sudah beberapa hari tidak membuka Weibo. Dia login akun, ponsel bergetar kencang, layar dipenuhi notifikasi DM.
Ji Ying langsung masuk ke super topik, ujung jari putih halusnya membalik-balik konten, tiba-tiba berhenti.
Dia memandangi "penggemar cp" yang tiba-tiba membanjiri super topik itu, bingung mengedipkan mata.
[Suaranya manis banget, hu hu hu, aku sampai mati ngefans]
[Lihat Kakak Sakura menjemput Direktur Fu pulang kerja, benar-benar manis banget!]
[Aku gak peduli, suara mereka adalah pasangan tercantik se-dunia!]
Selain itu, ada juga yang menulis fanfiction tentang dia dan Fu Jingshen.
[Fu Jingshen x Ji Ying, CEO otoratif yang memanjakan dengan lembut]
[Fu Jingshen x Ji Ying, istri manja tak bisa kabur]
Akun-akun Weibo baru ini banyak yang jadi admin, bercampur dengan fans lama yang setia, berdebat habis-habisan.
Sementara yang pertama kali—
Apakah Kakak Sakura sudah lajang hari ini?: [Mati kaget aku! Kalian ini datang dari mana?! Ini pasti Fu Jingshen beli pasukan bayaran! Kapitalis keji!]
Seolah sengaja memprovokasi, di kolom komentar unggahan ini deretan "shipper" berkomentar berjajar.
[Suara terkunci selamanya]
[Harmoni seratus tahun]
[Cepat punya anak]
Ji Ying hampir tertawa, membalas Wen Yue: [Bukan aku yang bayar]
Wen Yue：[? Siapa yang akan begitu membosankan?]
Di seberang berhenti sebentar selama dua detik, [Jangan-jangan... Fu Jingshen?]
Ji Ying：[? Tidak mungkin kan]
Ji Ying kembali membuka Weibo, membuka pesan pribadi, melirik beberapa pesan sekilas. Tiba-tiba, jari-jarinya berhenti bergerak.
Ia menatap akun verifikasi biru bertanda [Logat Daerah], mengedipkan mata, dengan ragu-ragu membukanya.
[Nonaku Ji Ying yang terhormat, saya adalah pembawa acara Yu Shu dari kelompok kategori program "Pencarian Suara" CCTV. Karena tidak menemukan email atau informasi kontak Anda, terpaksa menghubungi melalui Weibo dengan cara yang kurang sopan.]
["Pencarian Suara" adalah program yang mempromosikan budaya dan kebiasaan rakyat. Tema episode pertama adalah "Teh". Dengan tulus kami mengundang Anda sebagai tamu spesial episode pertama. Jika berminat, silakan tambahkan WeChat saya untuk diskusi lebih lanjut.]
Ji Ying membuka halaman utama akun verifikasi biru itu, menyadari ini benar-benar akun resmi program.
Baru saja mereka mengumumkan secara resmi seorang tamu selebriti.
Ji Ying menahan jarinya di atas nomor WeChat Yu Jie, berhenti sangat lama.
Ia menundukkan bulu mata, lama sekali, lalu melepaskan jarinya dengan sunyi sebelum keluar dari Weibo.
-
Grup Fu.
Sekretaris Chu melirik sekeliling sebelum membuka teleponnya.
Baru ketika tak ada orang dalam radius beberapa meter, ia menyalakan layar dan masuk ke Weibo, membuka [Topik Super Suara].
Melihat topik super yang semakin berkembang pesat dan penuh kemakmuran, Sekretaris Chu menghela napas lega.
Di segala waktu dan tempat, menjaga gengsi bos tetaplah kelas wajib bagi sekretaris elite.
Sekretaris Chu teringat pada suatu hari minggu lalu.
Menjelang pulang kerja, Direktur Fu memanggilnya. Pria itu sambil menandatangani dokumen bertanya santai, "Kudengar ada topik super tentang aku dan istriku."
Sekretaris Chu mulai waspada, "...Itu kabar yang bagus."
Di balik meja, pria muda itu mengangkat wajah, "Sekretaris Chu, topik super CP seharusnya seperti apa?"
Sekretaris Chu terdiam lama, "Hmm, sepertinya, ya, akan banyak penggemar CP yang menggarap permen sendiri untuk dinikmati."
"Benarkah." Fu Jingshen menaruh pulpen tanda tangan, buku jari jenjangnya mengetuk-ngetuk meja: "Kalau begitu tentang topik super saya dan istri, serahkan pada Sekretaris Chu."
Sekretaris Chu："……"
Beberapa hari ini, ia menghubungi beberapa jajaran tinggi departemen PR secara terbatas untuk membangun cabang [suara] topik super.
Syukurlah, kini mulai terlihat hasilnya.
Saat senggang, Sekretaris Chu kembali memposting di forum, sampai terdengar suara asisten dari belakang: "Sekretaris Chu, ini protokol investasi pilihan departemen proyek minggu ini, mohon diserahkan ke Direktur Fu…"
Kaget mendengar suara itu, tangan Sekretaris Chu baru saja membuat lingkaran di layar, telepon genggam hampir terjatuh.
"Taruh saja di sini." Sekretaris Chu cepat-cepat menyimpan teleponnya, batuk kecil.
Asisten: "Setuju."
Sekretaris Chu menarik napas lega, lalu mengundurkan diri, mengambil dokumen, dan melangkah menuju kamar barat.
Sampai di depan pintu, dia mengangkat tangan dan mengetuk tiga kali dengan lembut. Setelah mendengar suara pria menanggapi, dia melangkah masuk.
Sekretaris Chu meletakkan dokumen di tangan Fu Jingshen. Pria itu mengalihkan pandangan dari layar komputer, jarinya membuka lembaran dokumen.
Tiba-tiba, pandangannya berhenti, "《Xun Yin》?"
Sekretaris Chu terkejut sebentar, lalu mengangguk sambil menjawab, "Benar."
Seperti biasa, protokol program budaya seperti ini biasanya tidak lolos penyaringan tahap pertama. Karena penontonnya sedikit, eksposur minim, keuntungan dari investasi pun otomatis kecil.
Tapi 《Xun Yin》berbeda. Pertama, didukung CCTV sehingga lebih kredibel. Kedua, tim produksi berkualitas tinggi dengan pembawa acara Yu Shu yang citranya bagus dan reputasi baik belakangan ini. Ketiga, mengundang selebritas populer dan influencer kontroversial sebagai anggota tim tamu - dengan ini kontroversi pun terjamin.
Fu Jingshen menundukkan pandangan, jarinya mengetuk lembaran dokumen: "Simpan dulu di sini, aku masih mempertimbangkan."
Sekretaris Chu: "Baik."
-
Ji Ying menopang dagu sambil menatap tulisan Sanskerta yang rumit di hadapannya. Perlahan, pikirannya mulai melayang lagi.
Pandangan tak sadar melayang ke telepon genggam di samping meja.
Akhirnya tak tahan, Ji Ying meraih ponselnya dan mengetik ulang nomor WeChat itu di kolom pencarian.
Setelah lama, jarinya menyentuh lembut tombol kirim.
Tak lama kemudian, ponsel bergetar. Ji Ying menundukkan pandangan, melihat foto profil Yu Shu muncul di daftar pertemanannya.
Yu Shu: [nonaku Ji, halo. Senang Anda tertarik mempelajari lebih dalam program kami.]
Ji Ying: [Mengenai rincian teknis acara, saya masih punya beberapa pertanyaan. Mohon penjelasan Sang Guru.]
Yu Shu: [Silakan bertanya, nonaku Ji.]
Ji Ying memperoleh gambaran umum proses program "Xun Yin" dari Yu Shu.
Setiap episode menampilkan 4 selebriti tetap dan 2 tamu non-selebriti. Mereka akan mengunjungi berbagai lokasi untuk menyelesaikan tugas dan permainan guna mempromosikan budaya atau tradisi lokal.
Episode Ji Ying bertema "Teh", dengan lokasi yang familiar——
Huizhou.
Ji Ying meraih ponselnya, ujung hatinya sedikit tersentuh. Tak disangka, ada program seperti ini yang selaras dengan persepsinya sebelumnya, seolah-olah hadiah turun dari langit untuk mewujudkan mimpinya.
[Sang Guru Yu, saya akan mempertimbangkan lagi dan memberi jawaban nanti, boleh?]
Yu Shu: [Apakah nonaku Ji masih memiliki kekhawatiran lain?]
Ji Ying mengetuk layar dengan jari-jari yang dilema: [Saya harus bertanya pada suami saya.]
Status "sedang mengetik" muncul di sisi lain. Yu Shu tentu memahami status Ji Ying. Setelah lama memeriksanya, ia menjawab sambil bergurau: [Sepertinya, nonaku Ji adalah istri yang sangat patuh pada suami]
Ji Ying mengerutkan bibir, lalu diam-diam menarik kembali pesan tersebut.
Mengirim lagi: [Saya harus memberi tahu suami saya.]
Yu Shu: [Nonaku Ji, Anda benar-benar lucu.]
Ji Ying menggembungkan pipi: [Terima kasih]
[Sang Guru Yu, saya akan segera memberi Anda jawaban.]
Yu Shu: [Menunggumu~]
Meletakkan telepon, Ji Ying melirik jam. Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Fu Jingshen masih berada di acara sosial luar dan belum kembali.
Ji Ying tertegun menatap meja, gigi kerangnya menggigit bibir bawah dengan gelisah. Membuat Fu Jingshen melunak dan menyetujui hal ini, lebih sulit daripada mencapai langit.
Pria itu biasanya langsung menolak mentah-mentah; atau, mengangkat alis perlahan sambil bertanya dengan tenang: "Setuju boleh, apa kompensasiku?"
Ji Ying baru membayangkannya saja sudah merasa marah.
Ia meraih telepon sambil mondar-mandir dalam kamar. Akhirnya, pandangannya tertuju pada Wen Yue - satu-satunya penasihat militer di daftar WeChat-nya.
Ji Ying langsung menelepon Wen Yue. Tak lama, skenario kedua tersambung, suara malas-malasan terdengar: "Cari aku jam segini buat apa? Nggak ada hidup malam gitu?"
"Siapa yang udah mulai hidup malam jam..." Di tengah kalimat, Ji Ying tiba-tara berhenti. Dari sebelah sana terdengar tawa penuh kemenangan Wen Yue, "Hmm~"
“Bukan jam ini? Biar aku tebak, sepuluh malam? Sebelas malam? Atau tengah malam?”
Kuping Ji Ying memanas.
"Yueyue, aku benar-benar merekam ini! Aku juga akan kasih tahu kakakku."
Di seberang sana, Wen Yue terdiam dua detik, tiba-tiba mendengus dingin: "Ji Chen? Aku takut sama dia?"
Ji Ying: ?
Mengenai ketegangan tersembunyi antara kakaknya dan Yueyue, Ji Ying baru menyadarinya dengan lambat setelah diungkapkan terang-terangan oleh Fu Jingshen.
Dengan ragu dia bertanya: "Kamu dan kakakku..."
Baru memulai kalimat, Wen Yue langsung mengalihkan topik pembicaraan: "Bilang saja, ada perlu apa?"
Perhatian Ji Ying pun ikutan teralihkan. Dia menceritakan rencananya untuk ikut acara varietas pada Wen Yue.
"Acara varietas apa?"
Ji Ying: "Yang dari CCTV..."
Wen Yue: "CCTV lagi?"
Ji Ying terkejut, teringat sebelumnya Ji Huai juga pernah menyampaikan sebuah program, "Jangan-jangan kakak kedua aku..."
Wen Yue: "Tidak mungkin? Kebetulan sekali? Lagipula Ji Huai ikut program budaya? Pengetahuan setengah-setengahnya, tidak salah kan?"
Ji Ying menggelengkan kepala: "Aku tidak tahu."
Wen Yue: "Sudahlah, ini tidak penting. Ngomong-ngomong kamu mau ikut ini, yang di rumahmu akan setuju?"
Ji Ying mengerutkan dahi, berbisik pelan: "Aku tidak tahu... Aku juga khawatir tentang hal ini, jadi ingin tanya padamu bagaimana caranya."
Di seberang diam beberapa detik, lama kemudian Wen Yue membuka mulut: "Dua kata: membohongi."
Ji Ying kaget: "Ah?"
"Tentu saja, ini harus dibarengi syarat-syarat eksternal. Kamu harus membohonginya saat pria tidak terlalu sadar."
"Jadi..." Ji Ying menatap dari atas sambil berpikir: "Apa aku harus memabukkan Kakak ketiga?"
Wen Yue: "Memabukkan buat apa? Tidur sebentar langsung lupa."
"Lalu...?"
"Ying, bodoh amat?" Wen Yue menghela napas: "Kapan pangkal telinga pria paling lembut? Saat di ranjang."
Wajah Ji Ying memerah, dia menggelengkan kepala dengan terbata-bata: "Tidak, tidak mungkin." Suaranya semakin kecil: "Dia selalu sadar di saat-saat seperti itu."
Yang tidak sadar, hanya dirinya sendiri...
"Kau salah." Wen Yue menepuk meja: "Dia sadar karena dia mengendalikanmu."
"Jadi harus sebaliknya, untuk membuatnya tidak sadar, kau harus belajar mengambil kendali."
Pipi Ji Ying sudah hampir membara, "Mengambil kendali? Bagaimana caranya aku..."
Wen Yue tiba-tiba tersenyum misterius, "Tunggu di rumah, akan kujemputkan kurir lokal."
"Kau akan paham setelah melihatnya."
Setengah jam kemudian.
Ji Ying menerima paket dengan gelisah. Saat membuka dan melihat isinya, tubuhnya kaku sepenuhnya. Ujung jari putih halusnya gemetar mengangkat kain tipis yang nyaris tak terlihat, serta ekor rubah yang tidak diketahui fungsinya.
Ini... apa-apaan ini?!
Ji Ying terkena dampak besar, langsung menelepon Wen Yue, "Yueyue, jangan-jangan kau mau aku memakai ini?"
“Iya dong.” Wen Yue tersenyum licik: “Ini senjata pamungkas kemenangan, orang biasa saja tidak kuajarkan.”
Ji Ying: “Apa kamu pernah mencobanya?”
Wen Yue: “……”
“Kamu mengajariku padahal belum pernah?” Ji Ying antara ingin tertawa dan menangis.
Wen Yue: “Praktik melahirkan pengetahuan sejati, coba saja baru tahu bisa atau tidak?”
Ji Ying diam-diam menutup telepon, duduk termenung di depan meja dengan wajah penuh dilema.
Setelah seperempat jam, pandangan Ji Ying tertuju pada kotak paket kiriman Wen Yue. Lama kelamaan, tangannya yang putih meraih perlahan kain itu, lalu berbalik memasuki kamar mandi utama.
Usai mandi, Ji Ying berdiri di depan cermin. Menatap bayangan dirinya yang telah berganti baju, bahkan membuka mata pun dilakukan setelah mempersiapkan mental.
Bulu-bulu merah muda nyaris tak sanggup menutupi kulit putih salju di dadanya. Ujung baju terbuka hingga pangkal paha, ekor merah muda di belakangnya menggantung di udara, sesekali bergetar.
Ji Ying memasang aksesoris telinga rubah terakhir dan kalung merah muda, menatap bayangannya di cermin. Bulu mata lentiknya bergetar naik turun.
Ya Tuhan, benarkah ini dirinya?
Setelah ragu-ragu cukup lama, Ji Ying akhirnya memakai jubah mandi di luar kostumnya. Saat keluar dari kamar mandi, suara pintu depan yang ditutup terdengar dari luar kamar.
Jantung Ji Ying berdebar kencang, jemarinya menggenggam erat ujung jubah mandi.
Dia melangkah menuju ambang pintu kamar utama, menyimak suara dari luar.
Langkah kaki pria yang tak terburu-buru semakin mendekat, hampir mencapai pintu.
Detik berikutnya, gagang pintu kamar utama mulai diputar.
Begitu Fu Jingshen melangkah masuk, sepasang lengan harum nan lembut tiba-tiba mencekik lehernya dari belakang. Seketika, tubuh lembut penuh wewangian sudah berada dalam pelukannya.
Kedua tangannya menopang pinggang belakang gadis itu, alisnya sedikit terangkat: "Nyonya Fu hari ini begitu proaktif..."
"Percakapan belum selesai, bibirnya sudah diblokir tanpa alasan. Ji Ying meniru gerakannya, memencet rahangnya dengan tangan, lalu menciumnya dengan kikuk."
"Fu Jingshen menutup pintu dengan 'brak' menggunakan tangan satunya. Dia diam saja membiarkan tubuhnya tertekan di ambang pintu sambil membiarkan perempuan itu melanjutkan aksinya."
"Tangan yang menyangga pinggang Ji Ying bergerak. Sesaat kemudian, matanya terbuka lebar, pandangan sampingnya menangkap ekor berbulu di genggamannya."
"Jari-jarinya bergerak halus. Jubah mandi jatuh ke tanah dengan mudah. Fu Jingshen menggenggam erat pinggang belakangnya, bertatapan dengan mata berkilauan sang gadis, tiba-tiba tersenyum."
"'Ji Ying hari ini memberiku... kejutan yang sangat besar.'"
"Ji Ying sama sekali tidak berkata-kata, langsung menyambar untuk menutupi bibirnya."
"Ujung mata Fu Jingshen memerah tipis, tapi sorot matanya pelan-pelan menjadi tenang."
"Dia merangkul ekor berbulu dengan jemarinya, mendekat ke telinga Ji Ying: 'Ada hal yang ingin dibicarakan?'"
“Jantung Ji Ying berdegup kencang. Pria ini benar-benar terlalu licik. Padahal dia sudah lama merasakan ketertarikan fisiknya.”
“Ji Ying tetap diam, jemarinya meraih dasinya menarik ke bawah, tangan satunya bergerak ke kerah baju pria, membuka kancing satu per satu.”
“Fu Jingshen membiarkannya melanjutkan, bertanya balik dengan suara rendah: ‘Apakah ini hal besar?’”
“Bibir merah Ji Ying sedikit terbuka, mendekatkan mulutnya ke bibirnya: ‘Bukan hal besar.’”
“‘Tapi... bagian lain sudah terlalu besar.’”
Catatan Penulis:
Sakura: Mengambil risiko
Huaigu juga mengorbankan segalanya.
