Kakak hebat nggak sih.
Siang hari, tagar #JiHuaiLiveSleepwalking langsung trending di.
Cuplikan livestream dipotong oleh akun-akun buzzer, diunggah di Weibo, memancing kerumunan yang ikut nimbrung dalam gosip.
Kolom komentar dipenuhi wkwkwk, hampir memenuhi layar.
[Ya ampun, masuk sini nggak nyangka bakal segokil ini]
[Fansnya pada malu sampai ilang]
[U1S1, Kakak Sakura emang cantik banget, siapa yang nggak linglung liatnya?]
[Jadi Kakak, jangan-jangan kamu sampe tertegun liat kakak?]
[Kak, kalau keluar aku malu ngaku sebagai fansmu
……
Trending topik ini menyedot banyak netizen, popularitas livestream langsung naik satu lapisan.
Saat Ji Huai dibantu berdiri dari tanah, ekspresinya masih linglung, menatap kosong ke arah Ji Ying di balik tirai sambil mengedipkan matanya berkali-kali.
Semua orang berusaha menahan suara, tapi tiba-tiba terdengar suara "Hah…" dari seseorang, kemudian seluruh gedung bergema dengan gelak tawa.
Blogger guzheng Ji Ran bahkan memainkan nada yang salah. Ji Ying juga menundukkan pandangannya, hampir tak bisa menahan ekspresi. Bagaimana kakak keduanya selalu memberinya kejutan yang tak terduga.
Melihat ritme siaran mulai kacau, Yu Shu segera menekuk sudut bibirnya untuk mengontrol panggung: "Sepertinya, Kak Huai sedang menyambut dua tamu kita, Ji Ying dan Ji Ran, dengan caranya sendiri."
Ji Huai menepuk-nepuk debu di bagian bawah celananya, "..."
Yu Shu memimpin tepuk tangan: "Mari kita sambut dengan meriah, Ji Ying dan Ji Ran!"
Beberapa bintang tamu berdiri sambil bersorak, menyaksikan Ji Ying dan Ji Ran yang berjalan perlahan dari balik tirai.
Shi Yi bertepuk tangan, pandangannya tak bisa lepas dari Ji Ying. Dengan terpaksa ia menarik sudut bibir, sorot matanya menyapu kamera yang berputar, lalu buru-buru mengontrol ekspresinya.
Ji Ying menggandeng Ji Ran dan duduk. Enam orang mengelilingi meja bundar. Di sebelah kanan Ji Ying duduk Ji Ran, sementara antara dirinya dan Ji Huai dipisahkan oleh Ji Ran.
Melihat enam orang tampil dalam satu frame, komentar langsung menjadi luar biasa aktif.
[Dulu kupikir Shi Yi cukup cantik, tapi duduk di sebelah Ji Ying langsung kelihatan kalah jauh]
[Sebegitu cantikkah rupanya di dunia nyata?]
[Fu Jingshen, permusuhan kita karena merebut istri takkan pernah berakhir!]
[Aduh Kakak, sedang apa kau? Mata hampir copot menatapnya!]
[Kak, kenapa kau terlihat tak bernilai sekali begini?]
[Baru pertama kali lihat Ji Ran tampil di program, benar-benar berkelas]
Ji Huai tidak bisa melihat komentar langsung, tentu tidak tahu dirinya terus di-cue oleh penggemar. Saat ini hanya ada satu pikiran yang memenuhi kepalanya——
Apakah Ji Yingying benar-benar tidak sedang bergurau dengannya?
Ji Huai meragukan apakah dirinya belum benar-benar terbangun, lalu menggosok wajahnya kasar-keras. Setelah berkedip lagi, Ah, benar-benar dia.
Saat itu, Yu Shu bertepuk tangan, personel mengantarkan teh yang diseduh Ji Ying ke depan keenam orang.
Ji Ying menyapa beberapa tamu di meja, saat pandangannya melewati Ji Huai, ia berhenti sebentar lalu melengkungkan bibir: "Salut untuk Sang Guru Ji."
Pelipis Ji Huai berdenyut-denyut, setelah lama memaksakan beberapa kata: "...Aku tidak baik-baik saja."
Ji Ying: "......"
[Tolong, Kakak apakah kau jadi fobia sosial!]
[Canggung sampai jari kakiku mengerut]
[Aku cepat atau lambat pasti akan tertawa sampai mati]
Ling Xuan diam-diam melirik ke arah Ji Ying, lalu menunjukkan senyum ramah setelah yang bersangkutan menoleh.
“Salam kenal, Sang Guru Ji Ying.” Lalu menatap Ji Ran yang berbusana hanfu: "Sang Guru Ji Ran."
Di kolom komentar, penggemar Ling Xiang mulai membanjiri layar.
[Wuww Kakak begitu sopan]
[Sungguh menunjukkan tata krama yang baik]
5 [Dibandingkan dengan yang itu di sebelah, hehehe]
6 [Kemana-mana harus menjatuhkan satu lalu memuji yang lain?]
Setelah beberapa tamu selesai basa-basi, Yu Shu menepuk-nepuk tangan. Personel segera membawa teh yang direndam Ji Ying ke depan enam peserta.
Yu Shu mulai menjelaskan prosedur selanjutnya.
Enam cangkir teh ini akan dipilih oleh para tamu pria dan wanita. Mereka yang meminum jenis teh sama akan dikelompokkan bersama untuk menyelesaikan tugas lanjutan.
Ekspresi para tamu tetap tenang. Li Chengru langsung mengambil cangkir di sampingnya. Membuka tutup, ia berkata singkat: "Longjing?"
Ling Xiang nomor dua membuka cangkir tehnya. Setelah mengecap cairan oranye terang, ia mengangkat ujung alis: "Da Hong Pao."
Sisa Ji Huai, dengan santai mengambil cangkir teh terakhir. Di bawah pengawasan puluhan pasang mata, dia menciumi tehnya, mengerutkan kening, lalu perlahan-lahan meneguk seteguk.
Menatap sorotan para hadirin, Ji Huai perlahan-lahan menelan tehnya, sudut bibirnya bergerak kaku, "Ini brengsek apa? Kok pahit banget?"
Komentar langsung meledak dengan gelak tawa, hahaha memenuhi seluruh layar.
[Perilaku idola, jangan kaitkan dengan penggemar]
[Kak, nama keluarga kita sudah tercoreng!]
[Aktor Li: Longjing, Ling Xuan: Obat Merah Besar, Kakaku: Ini brengsek apa]
[Memang benar putra mahkota putus sekolah 18 tahun, datang sini buat malu-maluin]
Ruangan hening beberapa detik. Ji Ying antara ingin tertawa dan menangis, ujung jari putihnya menunjuk cangkir teh: "Ini teh Kuding, wajar kalau pahit."
Ji Huai memonyongkan bibir, "Nggak enak."
Ji Ying: "......"
[Aku beneran mau muntah ketawa nih]
[Kakak Sakura aja sampai kehabisan kata wkwkwk]
[Báo hē a~]
[Hehe, menjadikan sikap tak beradab sebagai daya tarik]
[Si tukang kritik di lantai atas, tidak capek kah? Di mana-mana bisa melihatmu]
Yu Shu akhirnya paham, mengapa Ji Huai bisa sekaligus dibenci dan dipuja. Sifat seperti ini, yang menyukainya akan benar-benar setia, tapi juga mudah menarik kritikan.
Ia menghela napas sambil tersenyum: "Kalau begitu, silakan peserta perempuan memilih teh."
Begitu ucapannya selesai, di earphone Yu Shu tiba-tiba terdengar suara sutradara: "Sekretaris Chu bilang, harus memasangkan Ji Ying dan Ji Huai dalam satu kelompok."
Yu Shu: ?!
Apa yang direncanakan Donatur Papa? Mengapa mengikatkan nyonya mereka dengan bintang top dalam satu kelompok?
Ekspresi Yu Shu berubah, pikirannya berpacu mencari solusi.
Sebelum sempat bicara, Ji Ying sudah mengambil secangkir dari depannya, Shi Yi menyusul, terakhir Ji Ran.
Shi Yi pertama membuka cangkirnya, raut wajahnya berhenti sejenak, seolah ingin bicara namun ragu sambil melirik ke Ji Huai. Ling Xuan di seberang seolah bercanda: "Sepertinya aku mengganggu reuninya pasangan CP Yi-Ji."
Shi Yi mengerutkan bibir, dengan ekspresi agak menyesal berkata: "Bisa rekam variety show bersama Sang Guru Ji lagi, sudah sulit dipercaya." Sambil menambahkan: "Terutama setelah kerja sama waktu itu."
Komentar langsung segera terbawa ritme.
[Apa maksud perkataan Ling Xuan ini? Benarkah mereka berdua punya cerita?]
[Hiks, air mata zaman dulu, siapa yang dulu belum pernah ship Yi-Ji?]
[Sudah delapan ratus tahun lepas ikatan, kakakku mandiri, fans teh jangan datang nempel!]
[Kakak Yamashou, kalian terlalu bisa lompat! Pikir semua orang mau nempel?]
Ling Xuan dan Shi Yi saling bersahutan, tiba-tiba suara jernih menyela, Ji Ying membuka tutup cangkir teh di depannya, mengedipkan mata ke arah Ji Huai: "Merupakan kehormatan bisa satu tim dengan Sang Guru Ji."
Memandangi wajah kecil gadis itu yang menyembunyikan kenakalan, sudut bibir Ji Huai naik lalu turun, mata berbentuk bunga persik yang sempurna sedikit melengkung: "Guru Ji kecil, kerja sama yang menyenangkan."
Dengan santai ia mengangkat alis: "Panggil aku Kakak, Kakak akan membawamu terbang."
[Aaaaaa Guru Ji~ Guru Kecil Ji~ Kok rasanya manis gini ya?]
[+1，pengen nyambungin]
[Dua wajah ilahi ini digabungin, layar bisa meledak tuh!]
[Hiks tiba-tiba pengen punya kakak kayak Ah Huai]
Melihat pengelompokan terakhir, Yu Shu perlahan lega di hati. Ia tahu persis teh ini direndam sendiri oleh Ji Ying, dan pilihan bergabung dengan Ji Huai juga kemauan Ji Ying sendiri.
Hatinya bertanya-tanya, sebenarnya apa hubungan Ji Huai dan Ji Ying ini? Jangan-jahan Nyonya Fu dikirim suaminya buat nge-fans pakai uang negara?
"Sepertinya semua sudah selesai dengan kelompok masing-masing." Yu Shu tersenyum, "Tim Longjing kita, Tim Obat Merah Besar, dan..." pandangannya tertuju pada Ji Huai dan Ji Ying: "Tim Kuding."
Ji Ying & Ji Huai: "..."
[Gua bisa mati ketawa di program ini gimana nih? Dasar tim kuding wkwk]
[Kak, kenapa kamu bisa senaas ini? Kakak Sakura sampai nggak bisa ngomong lagi wkwk]
Pembukaan berakhir, kru program segera berangkat ke tujuan berikutnya, siaran langsung dihentikan sementara.
Melihat komentar tentang Ji Ying yang semuanya harmonis, Sekretaris Chu lega dan mengirim kabar ke Fu Jingshen di ibu kota.
Fu Jingshen memandang antarmuka siaran yang telah terputus, senyuman mulai mengembang di matanya.
Beberapa saat kemudian, ujung jarinya menyentuh lembut layar: [Pesan tiket pesawat ke Huizhou untuk besok.]
[Aku sendiri yang akan menjemput Nyonya.]
Sekretaris Chu: [Diterima.]
-
Tiga rombongan, masing-masing satu mobil, bergerak menuju titik berikutnya.
Ji Huai menyetir, Ji Ying duduk di kursi penumpang. Tanpa kamera siaran yang selalu mengawasi, Ji Huai langsung bertanya: "Kenapa ikut rekam program ini?"
Ji Ying melirik kakak keduanya: "Pengin ya ikut."
"Ayah Ibu dan Fu Jingshen itu setuju?"
Ji Ying mengedipkan mata, "Kalau tidak?"
Ji Huai menghela napas panjang, dengan kesal: "Nggak bilang-bilang juga." Tiba-tiba teringat sesuatu, wajahnya masam: "Bikin Kakak dipermalukan kayak gitu."
Ngomongin ini, Ji Ying lagi pengen ketawa.
"Kak."
"Mau apa."
Ji Ying: "Aku pengen semua orang tahu kamu kakakku."
"Nggak boleh." Ji Huai menyangkal dengan tegas dan pasti.
Ji Ying bertanya bingung: "Kenapa sih?"
Ji Huai: "Reputasiku jelek, jangan sampai kamu ikutan dimarahi."
Ji Ying terkejut, perlahan mengedipkan mata, "Nggak akan..."
"Pokoknya nggak boleh." Nada bicara Ji Huai tidak bisa ditawar.
Ji Ying menundukkan kepala, hidungnya agak iri, bergumam kesal: "Aku nggak mau! Kamu memang kakakku, bagaimanapun juga tetap kakakku."
Dengan keras kepala berkata: "Aku tetap akan panggil kamu Kakak."
Ji Huai diam-diam beberapa detik, mengulurkan tangan kanan mengusap lembut tengkuk Ji Ying.
Dengan kecerobohan yang sengaja dipertontonkan tersenyum: "Bukannya udah kubolehkan kamu panggil Kakak?"
"Sebentar lagi Kakak bakal bawa kamu menang."
Ji Ying menundukkan kepala, masih tidak terlalu senang.
……
Sambil mengobrol, mobil tiba di tujuan. Ji Ying turun dari mobil, diingatkan oleh personel program untuk berganti baju olahraga terlebih dahulu.
Ji Ying dan Ji Ran pergi ke ruang ganti wanita bersama-sama.
Ji Ran adalah blogger musik terkenal di lingkup musik bergaya klasik, menciptakan banyak lagu sendiri, berkarakter ramah, memiliki sense variety show yang baik. Ji Ying sudah bertemu dengannya pagi tadi, kesan mereka saling bagus.
Shi Yi berjalan di belakang kedua orang itu dengan ekspresi yang tidak fokus.
Karena baru saja, dia menerima telepon dari manajernya.
Manajer khusus menekankan agar sikapnya terhadap Ji Ying harus sopan, sama sekali tidak boleh menyinggungnya. Selain itu, manfaatkan kesempatan berinteraksi dengan Ji Huai, sekaligus menarik lebih banyak cp.
Mendengar itu, perasaan Shi Yi sangat tidak nyaman. Pandangannya tak bisa menahan untuk tertuju pada sosok Ji Ying yang menjauh, dialah yang hampir merebut semua perhatian penonton.
"Diriku seorang selebritas, malah dirampok popularitas oleh dua orang awam ini. Bahkan kesempatan berpasangan dengan Ji Huai juga direbut. Bagaimana caranya aku bisa menarik penggemar cp!"
"Daripada hidup nyaman sebagai nyonya direktur, malah memaksa ikut acara varietas cari sensasi. Sudah begini, aku masih harus bersikap sopan padanya karena statusnya sebagai istri CEO!"
Shi Yue semakin tidak nyaman memikirkannya. Dengan menggeretakkan gigi, dia menyusul mereka.
Memasuki kamar ganti, personel membagikan seragam tim berwarna berbeda kepada ketiganya - kaos dipadukan celana training.
Saat Ji Ying mengenakan baju, tirai di belakangnya tiba-tiba dibuka. Shi Yue mengeluarkan suara "Ah oh", "Maaf ya, aku lupa memberitahumu." Pandangannya menyapu tulang punggung Ji Ying yang terbuka, lalu mengedipkan mata dengan polos: "Tapi kita kan sesama perempuan, tidak apa-apa lah."
Ji Ying menarik bajunya, "Ada hal?"
"Aku ingin meminjam foundationmu. Punyaku ketinggalan." Shi Yue mengangkat bahu, wajah memelas: "Bisa pinjamkan?"
Ji Ying menggelengkan kepala dengan jujur: "Maaf, saya tidak meminjamkan kosmetik."
Ekspresi Shi Yi kaku sejenak. Ia mengangguk dan menutup tirai, lalu berbalik menuju bilik sebelah untuk menemui Ji Ran.
Kembali ke bilik ganti sendiri, Shi Yi menyempurnakan riasannya di depan cermin dengan ekspresi muram.
Tak sengaja teringat belakang Ji Ying yang belum sempat ditutupi saat tirai dibuka tadi.
Jelas terlihat bekas merah yang berserakan di sana-sini - bekas lama dan baru bercampur, jelas jejak setelah bercinta.
Teringat rumor online tentang CEO Grup Fu yang berusia lanjut, licin dan dominan, perutnya mual dibuatnya.
Pada dasarnya tak lebih dari burung kenari yang melayani dengan tubuh, tapi sok berwibawa.
Setelah ganti baju, perekaman program dilanjutkan. Destinasi kali ini adalah stadion besar. Ji Ying mengikuti Ji Huai memasuki arena.
Sebelum masuk, ada ambang pintu. Ji Huai berhenti menunggunya, pandangan tak lepas dari langkah kakinya.
Keduanya berjalan berurutan, sama-sama memiliki wajah secantik lukisan. Kamera tak sadar berlama-lama merekam wajah mereka beberapa detik.
Komentar langsung dipenuhi netizen yang menjilati wajah.
[Hahaha, aku benar-benar ngiler]
[Kakak nakal gaya badboy x Bidadari tak tersentuh, Tolong, XP siapa yang tergugah!]
[Benar-benar pengin nge-ship huft, Kakak kenapa harus menikah]
Mendekati arena olahraga, yang terlihat adalah hamparan papan akupresur, di tengahnya terdapat palang tunggal-ganda, tali lompat, bahkan ember air.
Ji Ying membuka matanya lebar-lebar, sama sekali tidak mengerti mengapa program budaya memunculkan barang-barang ini.
Yu Shu tersenyum misterius, "Sebelum Perjalanan Kampung Teh resmi dimulai, pertama kita akan lakukan pemanasan dulu."
Melihat papan akupresur yang tersebar di seluruh arena, semua tamu terpaku di tempat. Shi Yi menutupi wajahnya dengan manja, "Aduh, ini bagaimana ya? Pasti sakit sekali."
Li Chengru juga geleng-geleng kepala sambil tertawa, "Usiaku sudah sangat lanjut, tidak usah lah."
Ji Huai mengerang, berbisik pada Ji Ying: "Brengsek ini, sakit sekali."
"Jangan sampai nanti kamu menangis ah."
Ji Ying menggembungkan pipi: "Aku tidak akan menangis!"
"Tidak apa-apa, Kakak sebentar lagi akan membawamu terbang." Ji Huai bersemangat mengangkat kakinya.
Tanpa disadari, dengan banyaknya kamera di sekitar, obrolan cerewet mereka sepenuhnya tertangkap lensa.
[Ya ampun, yang lembut seperti ini benar-benar kakakku?]
[Ke Kakak Sakura, suara kakak jadi kecil!]
[Ternyata memang tidak ada yang tega membentak kakak]
[Tidak boleh, aku tidak boleh ship! Ingat setiap hari kakak sudah menikah!]
Sambil berbincang, "Aktivitas Pemanasan" resmi dimulai.
Peserta pria harus menggendong rekan satu tim masing-masing, melewati berbagai rintangan, melintasi papan akupresur. Saat mencapai titik tengah, peserta pria dan wanita akan bertindak terpisah: peserta wanita berebut bendera merah, sementara peserta pria menjemput peserta wanita yang telah memperoleh bendera dari sisi lain, lalu bersama-sama menuju garis finis. Rombongan yang pertama mencapai finis akan memenangkan hadiah misterius.
Saat Ji Ying terkapar di punggung Ji Huai dan digendongnya, pikirannya masih berkunang-kunang. Ia menundukkan bulu matanya, berbisik sangat pelan di telinga Ji Huai: "Kakak kedua, sudah lama sekali Kakak tidak menggendongku."
Bertahun-tahun ini, kakak tertua sibuk dengan studi dan pekerjaan, sementara kakak kedua selalu sibuk menjalani jadwal syuting. Ji Ying sudah tidak ingat berapa lama terakhir kali seluruh keluarga berkumpul untuk makan bersama.
Ji Huai menunduk, tiba-tiba berbisik: "Saat hari pernikahan Yingying tiba, Kakak kedua akan menggendongmu menikah."
Ji Ying masih terpana ketika tiba-tiba atas komando Yu Shu, Ji Huai langsung melesat keluar bagai anak panah yang terlepas dari busurnya.
"Sayang sekali beberapa detik kemudian, Ji Huai mengeluarkan teriakan kesakitan."
"Astaga, kenapa sakit begini?"
Komentar langsung di layar nyaris histeris menertawakan.
[Mengapa tamparan di muka selalu datang secepat ini?]
[Wkwk, memang siapa yang suruh siapa jangan nangis?]
[Aku sudah menggali kastil untuk mengganti rasa malu kakakku]
[Kakak pelan-pelan, jangan sampai Kakak Sakura-ku terjatuh!]
Wajah memutih dingin Ji Huai memerah karena menahan diri. Melihat Ling Xuan yang tertinggal beberapa meter mulai mendekat, dia tetap menggeretakkan gigi mempercepat langkah.
Ji Ying diam-diam cemas untuk kakak keduanya, sampai tiba di titik tengah. Ji Huai menurunkannya, "Kau ambil bendera merah, aku akan menjemput dari sebelah sana."
Ji Ying mengangguk kuat.
Dia menatap posisi bendera merah. Sebuah lereng curam yang harus didaki dengan berpegangan pada tali.
Menyadari stamina-nya payah, Ji Ying tak berani membuang waktu. Segera dia pegang tali dan mulai memanjat.
Tapi secepat apapun Ji Huai, hanya berhasil merebut keuntungan beberapa detik. Saat Ji Ying baru setengah jalan memanjat dan mulai kelelahan, betisnya tiba-tiba ditarik orang dari belakang, membuatnya meluncur turun cukup jauh.
Shi Yi memanfaatkannya untuk naik ke depan, menyunggingkan sudut bibir dari posisi lebih tinggi: "Semangat ya."
Ji Ran yang menyusul dari belakang menyangga pinggang Ji Ying, "Ayo semangat."
Ji Ying menenangkan napas lalu melanjutkan panjatannya. Ji Ran lebih cepat darinya, langsung menarik Shi Yi yang hampir meraih bendera merah. Keduanya saling merangkul tali, bergumul.
Ji Ying memanfaatkan kesempatan ini untuk memanjat dari sisi lain. Saat ujung jari putih halusnya menyentuh bendera merah di jalurnya, Shi Yi kembali menarik lengannya.
Bendera merah di tangan Ji Ying hampir terjatuh.
[Bukan, maksud Shi Yi apa?! Dua kali begini keterlaluan ya?]
[Tapi ini kan lomba, wajar saja. Ji Ran juga kan menarik Shi Yi kita?]
[Huhu tegang sekali, semangat Kakak Sakura!]
Ji Ying tidak melepaskan bendera merah, merasakan Shi Yi hampir sepenuhnya menindih tubuhnya.
Di sisi lain, Ji Huai seperti mempertaruhkan nyawa, melesat memimpin.
Dengan langkah cepat mencapai lereng, pandangannya berkunang-kunang berteriak: "Ying... Ji Ying!"
Matanya berbinar: "Kak!"
[Aduh antusias sekali, hampir menang!]
[Kakakku keren, dia yang paling hebat!]
Ji Huai menarik sudut bibir, langsung berjongkok mengangkat dan menggendongnya pergi, langkahnya cepat bagai angin puyuh.
Tiba di garis finis, dia menyambar bendera merah dari tangan orang di punggungnya, menancapkannya penuh semangat heroik ke lubang tiang.
Berteriak penuh kebanggaan: "Katakanlah kakakkmu hebat atau tidak!"
Sorak-sorai yang diharapkan tak kunjung datang.
Raut wajah Ji Huai berubah, hatinya menangkap ketidakberesan subtile, baru tersadar melepaskan gendongannya.
Berbalik badan, bertemu dengan tatapan Shi Yi yang terpaku, wanita itu tersenyum manis: "Sang Guru Ji, Anda benar-benar hebat."
Ji Huai: "……"
Kembali sibuk mengangkat pandangan, menatap ke arah bukit tinggi di kejauhan.
Ji Ying dan Ling Xuan berdiri sejajar, memandang ke arah ini dengan santai.
Ji Huai: "……"
Seolah ingin memperbesar keributan, lensa kamera sengaja memberikan dua close-up pada Ji Ying dan Ji Huai.
Sementara itu, tawa netizen hampir meluap dari layar.
[Hebat, terlalu hebat, sampai daguku copot karena tertawa]
[Astaga, benar-benar tidak ada skenario? Bagaimana mungkin hal seekstrim ini bisa terjadi?]
[Pasti tidak ada, mana mungkin putra mahkota punya akting sebaik itu]
[Sedang kerja, benar-benar harus menahan tawa sampai menderita]
[Penggemar benar-benar butuh tabung oksigen, Kak, baru pagi ini saja, reputasi sudah tercerai-berai QAQ]
Hasil akhirnya bisa ditebak.
Li Chengru dengan perlahan menggendong Ji Ran sampai ke garis finish, menancapkan bendera merah ke lubang, lalu menggelengkan kepala sambil berhela napas: "Hidup ini selalu penuh kejutan yang datang tak terduga."
Ling Xuan melipat lengannya, menatap Ji Huai dengan senyuman tak sampai ke mata: "Ini semua tak lepas dari jasa Guru Ji yang luar biasa hebat."
Ji Huai: "……"
Yu Shu batuk kecil, lalu mulai berbicara. Karena situasi kali ini benar-benar sulit dipercaya, bahkan protokol darurat pun tak mampu mengantisipasi hasil penanganannya. Akhirnya Yu Shu terpaksa mengambil alih kendali dan mengumumkan hasil pertandingan.
Li Chengru dan Ji Ran secara wajar meraih posisi pertama, sementara Ji Huai sebagai dalang utama yang merusak kompetisi ditempatkan di posisi bantalan bersama Ji Ying, membuat Tim Kuding benar-benar merasakan kepahitan.
Hasil pertandingan kali ini langsung menentukan lokasi memetik teh di hari berikutnya.
Setelah melalui seleksi dari dua tim sebelumnya, yang tersisa untuk Ji Huai dan Ji Ying hanyalah sepetak lahan teh yang gersang.
Dan selanjutnya, mereka harus memanfaatkan lahan teh ini untuk memetik, menjual, dan membuat teh.
Ji Ying melirik Ji Huai dengan penuh dendam. Skenario kedua batuk kecil dengan canggung, arah pandangan mengambang sambil pura-pura mati.
Seperti diduga, tagar #ApaKakakJiHuaiHebat kembali merangsek ke trending topik saat senja.
Seorang netizen tidak sabar mengklik: [Tidak akan ada habisnya kan? 3-5 trending sehari, benar-benar Kaisar Pemasaran!]
Beberapa menit kemudian, netizen itu memposting rantai "wkwkwk" panjang: [Kok bisa segila ini? Gile, tertawa sampai muntah, ini terlalu memalukan secara sosial ya?]
[Dulu cuma tahu Ji Huai pemarah, kok baru ketahuan kekikukannya? Berani-beraninya jadi ingin jadi penggemar, cepat ada yang sadarkan aku!]
[Hiks cuma aku yang merasa Ji Huai dan Kakak Sakura benar-benar sangat cocok?]
[+1, tidak hanya cocok, tapi juga mirip wajahnya, apa ini keseragaman pria tampan dan wanita cantik?]
[Ya ampun, sama-sama bermarga Ji, jangan-jangan semua pasangan di dunia ini akhirnya jadi saudara kandung?]
[Ayo kita bikin super topik diam-diam buat mendukung mereka, oke? Jangan larang aku, meski kakak sudah menikah aku tetap bisa mendukung!]
Tak lama kemudian, sebuah super topik diam-diam terbentuk dan berkembang dengan kecepatan kilat. Seketika itu juga, jumlah anggota super topik "Shuang Ji" melampaui super topik "Suara" di sebelah.
Catatan Penulis:
Sakura: Ini benar-benar tidak layak didukung!
Acara varietas ini semua hasil kreasiku sendiri, khayalan semata, jangan diverifikasi
