Memohon belas kasihan.
Kediaman Keluarga Ji.
Semua orang berkumpul di depan ruang tamu, menghadap tablet di meja depan sofa.
Karena masalah trending topik, kegiatan merek Ji Huai hari ini dibatalkan. Latar belakangnya saat ini adalah dinding hotel.
Dia fotogenik secara alami. Wajah di layar terlihat sempurna tanpa cacat.
Ji Tianze duduk berhadapan dengannya, Yu Wanqing di sampingnya tak sabar bertanya: "Ah Huai sudah makan?"
"Belum." Melihat kerumunan orang di seberang, Ji Huai mengalihkan pandangan. Tangannya gelisah memutar-mutar pulpen dari meja. Tiba-tiba ingat Ji Tianze tidak suka kelakuannya ini, buru-buru taruh pulpen sambil menunduk canggung.
Tangannya meremas-remas, lebih tegang daripada saat tampil di program TV.
Yu Wanqing: "Kalau gitu cepatlah makan sesuatu!"
Menghela napas: "Makanan luar juga tidak baik, lihat badanmu jadi kurus kering?"
Ji Huai mengambil ponsel sampingnya: "Sekarang juga pesan."
"Melihat Yu Wanqing hendak bertanya lagi, Ji Tianze batuk kecil, mengingatkannya: \"Bicarakan urusan penting dulu.\""
"Oh oh, masih ada urusan penting." Yu Wanqing tersadar.
Jelas, terkait trending topik dengan adik kandungnya sendiri, Ji Huai pun seakan ingin menyelip ke dalam gua, wajahnya hampir tertanam di dada.
Ia berbisik: "Untuk masalah ini, cara penanganan yang bisa kupikirkan hanyalah mengungkapkan identitas Yingying."
Ji Huai menundukkan kepala, terus menghindari lensa kamera.
"Aku gagal melindungi Yingying, akan kujalani segala tanggung jawab."
Ekspresi Ji Tianze tenang bagai air, bertanya datar: "Bagaimana caranya kau menjalani?"
Ji Huai membuka bibirnya, tertegun.
"Aku..."
Reputasinya yang demikian, mengakui Ji Ying sebagai adiknya, bagi Ji Ying sendiri seolah menjadi sebuah noda.
Setelah lama, Ji Huai menjawab: "Maaf."
Ji Tianze memejamkan mata sebentar, raut wajahnya menggelap.
"Sudah tiada?"
Garis rahang Ji Huai menegang, jari-jari yang terjuntai di sisinya mengendur lalu mengepal kembali.
Melihat suasana di layar semakin menegang, Ji Ying tak tahan mendekat, wajah kecilnya kaku: "Kakak kedua, mengapa kau minta maaf? Apa hal ini ada hubungannya denganmu?"
"Apa maksudmu 'menanggung sendiri'? Bukankah kami keluargamu?"
Ji Huai mengangkat kelopak matanya, tertegun sejenak sebelum menatap ke arah lensa.
"Ah Huai."
Panggilan ini berasal dari Ji Tianze.
"Kapan pernah kukatakan ingin kau menanggung sendiri?"
Dalam ingatannya, sang ayah sudah lama tidak memanggilnya seperti ini. Bibir Ji Huai bergetar, namun suaranya tertahan.
Setelah lama, ia berkata pelan: "Ayah, aku akan mempermalukan keluarga."
Mendengar ini, wajah Yu Wanqing berubah: "Siapa bilang! Setiap drama yang kau maini, Ibu rela memberikan speaker untuk teriak 'Ini anakku!' Siapa berani menyebutmu aib?"
Ji Huai menunduk, meski berusaha menghindar, kulitnya yang memutih dingin tetap diwarnai kemerahan.
Ji Tianze membuka mulut: "Aku sudah berbicara dengan tim humas dan divisi hukum."
"Masalah ini akan kita tanggung bersama sebagai keluarga Ji."
Ji Huai tetap diam lama, jakunnya bergerak pelan, mengeluarkan suara "ya" yang teredam.
Memanfaatkan suasana yang mulai mencair, Ji Ying meneruskan serangan dengan senyum manis: "Kak kedua, sebentar lagi Festival Pertengahan Musim Gugur nih."
Ji Huai tertegun sejenak, "Kenapa?"
Ji Ying menopang dagunya: "Tahun ini kamu mau rasa mooncake apa?"
"Suruh Ibu buatkan kita yuk?"
Semua mata tertuju pada jawaban Ji Huai, sementara jari telunjuk kanan Ji Tianze terus mengusap-usap ruang antara ibu jari dan telunjuk kirinya.
Lama berselang.
Ji Huai memalingkan wajah, batuk kecil: "Kuning telur asin, kurangi permennya."
-
Pukul sembilan malam, server Weibo kembali kolaps. Halaman trending topik terus mengalami lag, jutaan netizen terjebak dalam antrean virtual untuk ikut nimbrung dalam gosip terbaru.
Hingga pukul sepuluh malam, netizen baru bisa masuk Weibo secara sporadis dan ikut nimbrung dalam gosip secara lengkap.
Serentak mengeluarkan pernyataan kagum——
Ternyata kenyataan lebih dramatis daripada novel.
Selain hubungan kakak-adik Ji Huai dan Ji Ying, grup Ji yang selalu rendah hati juga menjadi sorotan dalam balikan situasi kali ini.
Mulai ada blogger yang mengedukasi netizen tentang hubungan asal-usul dua grup besar Ji dan Fu, serta industri masing-masing yang saling bersilangan padat.
Begitu rinci dan kompleksnya sampai membuat netizen penggemar gosip terbelalak.
Dengan bahasa sederhana, kedua keluarga ini sejak zaman kakek buyut tak pernah sekalipun kehilangan kekayaan.
Sementara Ji Huai sang bintang top yang selalu difitnah, ternyata benar-benar putra mahkota lingkaran elit Beijing.
[Hamba tak pantas mendapat kehormatan ini, sampai Tuan Muda mau bernyanyi dan menari untukku]
[Dulu cuma bercanda manggil 'Pangeran Mahkota', ternyata beneran pangeran mahkota. Aku sendiri yang jadi badut angkat tangan/angkat tangan]?
[Aku akui dulu bicaranya terlalu keras, dbq]
Setelah mengetahui status asli Ji Ying, diskusi netizen semakin ramai.
[Pantas saja, hanya keluarga seperti ini yang bisa membesarkan anak perempuan seperti ini]
[Ada kakak penerus, kakak kelas top, plus suami CEO, ditambah dirinya sendiri cantik dan berbakat – ini benar-benar Sang pemenang sejati dalam hidup]
[Jadi inikah makna sesungguhnya pernikahan aliansi keluarga kaya? Benar-benar membuka wawasan]
Di sisi lain, super topik Shuangji mengalami kecelakaan fandom, penggemar cp meratap sambil mengubah deskripsi topik menjadi [Hubungan persaudaraan Shuangji yang sangat indah].
Berbeda dengan itu, super topik suara justru meledak popularitasnya. Melihat skenario yang begitu menjanjikan dan tidak perlu lagi dipaksakan, Sekretaris Chu berkaca-kaca haru.
Semalaman netizen kekenyangan "makan" gosip, penggemar cp ngefans sampai mati, semua akun buzzer menghapus postingan dan meminta maaf. Saat semuanya mulai harmonis, sekelompok kecil penggemar yang cerdik mengajukan pertanyaan——
[Jadi, rekaman ini sebenarnya siapa yang merekam?]
Sebagian netizen tidak bisa tidur.
Orang yang membocorkan informasi di balik layar ini, bodoh atau jahat, atau mungkin keduanya. Hasilnya bukannya berhasil menyakiti orang lain, malah menyisakan masalah untuk diri sendiri.
Tagar #ShiYi perlahan merangkak dari kursi belakang ke posisi trending. Netizen dengan menyingkirkan semua tamu undangan program 《Xun Yin》, mengamati acara dengan kaca pembesar, menyimpulkan yang paling mungkin melakukan hal ini adalah Shi Yi.
Penggemar Shi Yi tidak terima. Larut malam mereka menghapus tagar, membersihkan linimasa, dan mention perusahaan Shi Yi, Huaqun Entertainment, menuntut klarifikasi dan penegakan keadilan.
Tengah malam, penggemar menemukan Shi Yi sering online di Weibo. Mereka mengasihani sampai mata merah, memaki-maki perusahaan karena tidak bertindak membiarkan kakak mereka difitnah.
Subuh, Shi Yi memperbarui Weibo dengan mengirim pernyataan tegas: akan menjatuhkan sanksi hukum terhadap segala fitnah tanpa dasar.
Para penggemar yang sangat gembira, menganggap bulu ayam sebagai panji perintah, mengancam berbagai akun marketing untuk menghapus Weibo.
Sekretaris Chu saat membaca pernyataan itu tersenyum getir, belum pernah ia melihat orang yang begitu tebal muka.
Fu Jingshen di kursi belakang mobil membalik halaman dokumen: "Masih dengan tegas menolak?"
Sekretaris Chu mengangguk: "Benar."
Fu Jingshen mendengus pelan, jari panjangnya membelai lembut kertas, berkata tenang bagai angin sepoi-sepoi: "Kalau begitu, tak perlu lagi menyisakan muka untuknya."
-
Shi Yi tak pernah menyangka hal absurd seperti ini akan terjadi pada dirinya sendiri.
Seluruh opini publik tiba-tiba berbalik, api itu kini hampir menjilat tubuhnya.
Shi Yi hampir tak tidur semalaman. Dalam hati ia terus meyakinkan diri, ini bukan salahnya, mereka takkan menemukan bukti.
Asal dengan tegas menolak, tak ada yang bisa berbuat apa-apa padanya.
Telepon Kakak Lin terus berdering, justru memintanya mengakui kesalahan dan meminta maaf secara terbuka.
“Keluarga Ji dan Fu terus memberikan tekanan pada perusahaan.” Suara Kak Lin terdengar dingin tak biasa: “Aku sarankan kau lebih mengerti situasi.”
Shi Yi membelalakkan mata, terus-menerus menggelengkan kepala, bergumam: “Tidak, aku tidak bisa minta maaf...”
“Kalau minta maaf, bagaimana aku bisa tetap jadi artis?”
Kak Lin mengabaikan tangisannya: “Karma yang kau tanam sendiri, jangan libatkan seluruh perusahaan jadi kambing hitam.”
Ketenangan yang dipaksakan Shi Yi akhirnya runtuh bagai longsoran gunung, “Kak... Kumohon, aku benar-benar tidak bisa mengakui, nanti bagaimana nasibku?”
“Aku akan menemui Ji Huai, memohon pengampunan pada Ji Ying, bagaimana?”
Kak Lin terdiam. Mungkin ini satu-satunya cara, jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan.
Mungkin nona Ji yang terlihat baik hati itu mau memberi kesempatan lagi.
Catatan Penulis:
Aku terlalu ngantuk... Edisi Kedua agak pendek,
